Daftar Pustaka 01

16 6 2
                                    

Baru setengah tahun di sekolah, aku sudah di panggil guru BK sebanyak 76 kali.
Ya mungkin karena aku sering telat dan nekat masuk kelas dengan memanjat pagar atau benteng yang mengelilingi sekolah, mengecat rambutku berkali-kali, lupa menggunakan dasi, lupa membawa ikat pinggang, kadang lupa pake kaos kaki.
Kadang aku juga bolos tanpa sepengetahuan Ayah dan Ibu. Minus akhlak banget ya aku...
Tapi dari aspek pendidikan aku ini pintar, aku mampu menyelesaikan soal yang bahkan guruku tidak bisa menjawabnya.

Dan respon dari Ayah dan Ibuku, ya mereka memang sering menasehatiku, dan mengingatkan aku. Dengan apa yang sudah aku lakukan selama ini entah kenapa aku belum pernah di marahi.

"Tama!"

Lamunanku terpecahkan, aku menoleh ke arah orang yang memanggilku.
Dia adalah Lukas teman masa kecilku juga selain Dafina.

"Ada apa Lu?" tanyaku, aku melihat dia duduk di sampingku sambil memandangi Dafina yang sedang belajar sendirian di tempat duduknya.

"Kamu menyukainya ya?" tanyaku

"Iya, tapi aku tidak akan merebutnya darimu" kata Lukas, dia melihat ke arahku
"Kamu harus segera menyatakan cintamu kepada Dafina sebelum keduluan anak-anak yang lain" lanjutnya

Memang benar, selama ini aku menyukai sahabat masa kecilku sendiri. Tapi aku masih menunggu waktu yang tepat untuk mengatakannya, aku sendiri juga tidak tahu kapan waktu yang tepat itu tiba.

Lukas menepuk bahuku "Aku akan mengaturnya untukmu" dia berlari ke luar kelas. Haaah entah rencana apa yang saat ini ada di pikirannya sampai-sampai membuat dia menjadi semangat seperti itu?

Dua perempuan lain datang ke kelas kami, sepertinya mereka adalah teman kami dari kelas yang berbeda bernama Gavi, dan Sabila.
Keduanya sangat terkenal karena masing-masing adalah tik-tokers sekaligus selebgram dan model yang sangat terkenal.
Aku juga terkenal sih tapi gak seterkenal mereka karena aku gak pernah posting apa pun di IG, gak buat tik-tok juga, dan gak minat jadi model.

Aku masih mengamati mereka.
Gavi dan Sabila duduk di samping Dafina.
Dari sikapnya aku merasa bahwa mereka berdua mempunyai niat yang tidak baik terhadap Dafina.

Gavi melihat ke arahku dan mendadak tersenyum ramah "Anoo bisakah kamu keluar dulu, ada yang ingin kami bicarakan dengan Dafina"

Mengingat bahwa Dafina bisa melindungi dirinya sendiri kekhawatiranku langsung menghilang "Ya baiklah" aku pun pergi ke luar kelas dan

"Bruak"
Lukas menabrakku hingga terjatuh ke lantai.
Bukan aku yang terjatuh tapi Lukas, sepertinya tadi dia berlari dan mau masuk ke kelas menemuiku.

"Sialan..." ucapnya sambil bangun dan menepuk-nepuk pakaian yang di kenakan dari debu-debu di lantai. Pandangan matanya langsung tertuju ke dalam kelas dia kaget melihat Gavi dan Sabila ada di dalam bersama Dafina.

Sepertinya si Lukas ini tahu sesuatu.
Yang benar saja, dia langsung menarikku menjauh dari kelas.

"Ada apa Lu?" tanyaku

"Mengapa kau membiarkan Dafina di dalam sendirian?! Kau bodoh ya?! Mereka bisa melakukan apa saja kepada Dafina wahai Pusaka Tama Karisma" Lukas kesal kepadaku. Dia panik dan khawatir memikirkan nasib Dafina.

"Tenang saja, dia bisa membela dirinya sendiri kok. Apa kau masih ingat? Dulu dia pernah membanting preman yang mau mengganggunya" ucapku

Lukas tersenyum "Benar juga ya" sekarang dia merasa lebih baik dan energi negatifnya meredah. "Tapi ada yang ingin aku sampaikan kepadamu" tambahnya

"Soal apa?" tanyaku

"Menurut informasi yang aku dapatkan dari kelinci maksudku teman sekelasku yang bernama Usagi, wakil ketua osis di sekolah kita yang bernama Ethan Tenza rupanya menyukai Dafina" ucap Lukas

DAFTAR PUSTAKA: DAFINA TARISTA X PUSAKA TAMA KARISMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang