Kiss Me?

1K 12 2
                                    

Alden tersenyum tipis ketika melihat Rayna sudah terlihat mabuk, wanita itu juga beberapa kali cegukan serta mengoceh tidak jelas. Hal itu membuat Alden sangat gemas, tidak sabar ingin mengecup bibir wanita itu, sayangnya ada kamera, jadi Alden harus tahan untuk bertindak, biar Rayna dulu yang memulainya.

"Kamu tahu, sampai saat ini aku belum mabuk," celoteh wanita itu, diiringi tawa lirih.

"Oh ya?" tanya Alden.

"Iya, coba kamu lihat aku, aku masih waras, kan?"

Mana berani Alden melakukannya, yang ada nanti malah dia hilang kendali.

"Kamu tidak berani menatapku? Atau jangan-jangan kamu duluan yang mabuk?" tanya Rayna sambil tertawa pelan.

Alden tak menjawab, dia terus saja menatap wajah cantik Rayna, wanita itu saat ini benar-benar mabuk, dan bagi Alden wanita itu begitu sangat seksi. Dan tanpa dirinya duga, dia juga saat ini sudah setengah sadar.

"Kamu cantik," puji pria itu dengan tulus.

"Aku tahu itu, Zidan juga mengatakannya. Apa kamu tertarik juga denganku?"

Alden mengangguk. "Ya, aku tertarik denganmu semenjak pertama kali kita bertemu," kata pria itu jujur.

"Wow, benarkah?"

"Iya, Rayna. Apa kamu mau jadi kekasihku?"

Rayna menggeleng. "Aku sudah punya kekasih, Zidan namanya."

"Tapi dia tidak pernah ada waktu untukmu, kamu bukan prioritas dia lagi."

Wajah Rayna seketika murung. "Iya, kamu memang benar. Sebenarnya dia itu mencintaiku atau tidak ya?" tanya wanita itu lirih.

"Aku rasa dia tidak mencintaimu."

Rayna mendongakkan kepalanya, menatap wajah Alden dengan sendu.

"Benarkah? Apa kamu mengetahuinya juga?"

Alden menggeleng. "Sebenarnya aku tidak tahu dia mencintaimu atau tidak, tapi yang aku tahu, jika laki-laki mencintai seorang wanita, sesibuk-sibuknya dia pasti akan menyempatkan diri untuk bersama dengan wanita yang dia cintai. Jadi kesimpulannya sudah jelas, kan?"

"Dia tidak mencintaiku?"

"Kurasa begitu."

"Lalu apa yang harus aku lakukan sekarang?" tanya Rayna frustrasi. "Bukankah menjalankan pacaran seperti ini terlihat sia-sia?"

"Kamu benar, maka dari itu putusin saja dia. Ada lelaki yang lebih baik dari dia, mungkin dia memiliki masa lalu yang buruk, tapi dia bisa saja merubah sifatnya demi kamu," jelas Alden.

"Siapa orang itu?"

"Aku," jawab Alden mantap.

Rayna tersenyum sinis. "Kamu mencintaiku? Omong kosong macam apa ini? Oh aku tahu, kamu berkata seperti itu karena supaya aku terbuai oleh kata-kata manismu, ketika aku sudah mulai tergila-gila padamu, kamu akan memanfaatkannya untuk menyalurkan hasratmu sesuka hatimu, setelah kamu bosan maka kamu akan mencampakkanku begitu saja. Benar begitu, bukan?"

Alden tertawa mendengarnya. "Kalau untuk menyalurkan hasrat aku bisa saja memesan seorang wanita. Kenapa harus capek-capek seperti itu, sama saja itu buang-buang waktu aku."

"Nah, buang sifat jelekmu itu. Kamu tidak takut terkena penyakit menular?"

"Aku akan merubah sifatku ini jika kamu mau jadi kekasihku, Rayna. Aku janji akan menjadikan satu-satunya wanita dalam hidupku," kata pria itu dengan lugas.

"Dan menjadi pemuas ranjangmu juga?" Lagi-lagi Rayna tertawa sinis.

"Oh ayolah, Rayna. Kita sudah sama-sama dewasa, pasti rutinitas itu wajib kita lakukan."

Terjerat Gairah Sahabat Kekasihku Onde histórias criam vida. Descubra agora