"Bibi sangat mengkhawatirkan Tae Yong. Ini semua salah bibi karena bibi kurang perhatian padanya. Bibi terlalu fokus pada diri sendiri. Bibi tidak pernah benar-benar memperhatikannya." Nyonya Jo menyeka air matanya. Ia memandangi Tae Yong dari balik jendela kaca. Pria itu hanya ingin menutup mata tanpa makan dan minum sedikit pun.

Ariana menyentuh salah satu lengan Nyonya Jo kemudian menggenggamnya.

"Ini semua salah saya, Bi. Jika saja saya tidak memintanya untuk menemani saya, maka Tae Yong tidak akan terluka seperti ini," sesal Ariana yang menyadari ternyata kejadian malam itu tak hanya menyakiti Tae Yong, tetapi juga ibunya.

"Nona Go."

Ariana mengangguk secara perlahan. "Saya akan bertanggung jawab. Saya akan merawatnya sampai sembuh."

Nyonya Jo tampak terharu. Perasaannya menjadi lega. Ia menggenggam kedua tangan Ariana dengan penuh kehangatan tanpa berucap sepatah kata pun.

Ariana masuk ke dalam ruangan dan duduk di samping brankar Jo Tae Yong. Pria itu menggeliat secara hati-hati.

"Eomma," gumamnya terdengar samar.

Ariana menyentuh kening Jo Tae Yong secara perlahan sampai si empu membuka mata.

"Ibumu sudah pergi," ucap Ariana.

Tae Yong tertegun menatap satu wajah yang akhir-akhir ini menghiasi mimpinya. Ia kembali memejamkan mata mengira bahwa mungkin saja Ariana yang di depanya hanya ilusi.

"Tae Yong, suster bilang kau belum makan. Bibi juga bilang begitu. Mengapa kau tidak mau makan? Aku sudah di sini, aku akan menemanimu makan," ucap Ariana seraya mengerucutkan bibir seolah sedang marah pada Tae Yong karena belum makan apa-apa.

Jo Tae Yong membuka matanya. Ia tidak lantas menjawab dan hanya bungkam menatap Ariana. Ternyata ia tidak sedang bermimpi.

Ariana tersenyum simpul kemudian menoleh pada suster untuk mendekatkan makanan.

"Nona Go, apa kau baik-baik saja?" tanya Tae Yong terdengar lirih.

Ariana menatapnya dengan heran. "Tentu saja. Kau bisa melihatku saat ini. Aku baik-baik saja, kan?" pungkasnya.

Tae Yong mengangguk secara perlahan disertai mata yang terpejam.

"Ayo, sekarang buka matamu! Kau jangan tidur lagi karena aku akan menyuapimu," tukas Ariana.

Jo Tae Yong tidak mungkin dapat menolak. Ariana dibantu oleh suster agar Tae Yong dapat duduk dengan nyaman.

Tae Yong masih terpaku. Rasanya seperti dejavu ketika mendapati Ariana menemaninya saat ini. Seperti saat dirinya terluka karena terserempet mobil ketika di beberapa waktu silam.

Ariana mulai menyuapinya tanpa penolakan.

"Tae Yong. Aku membawa sesuatu untukmu."

Tae Yong termangu menunggu sesuatu apa yang Ariana bawa untuknya. Ariana membawa coklat panas yang dikemas dengan termos berukuran sedang.

"Aku tidak tahu makanan apa yang kau sukai, tapi aku masih ingat waktu masa sekolah kau menyukai cokelat panas, bukan?"

Tae Yong mengangguk seraya mengukir senyuman pada Ariana. Hal itu mungkin terkesan sepele. Namun, ia tidak pernah mengira bahwa Ariana Go akan memberinya sebuah sikap yang saat ini mampu melelehkan hatinya.

Jo Tae Yong akhirnya menikmati cokelat panas dari Ariana. Meneguknya sedikit demi sedikit secara perlahan.

"Bagaimana rasanya?" Ariana merasa penasaran menunggu jawaban. "Aku membuatnya khusus untukmu," ucap Ariana.

Tae Yong sontak menatapnya. "Emh, rasanya sangat lezat. Persis seperti buatan ibuku," ucapnya.

"Wah, benarkah?" Ariana tampak sumringah.

"Gomawo, Nona Go."

Ariana menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. "Tae Yong. Bisakah kau berhenti memanggilku dengan sebutan nona? Aku tidak nyaman mendengarnya."

"Wae?" Tae Yong menatap dengan polos.

"Bukankah kita seumuran? Panggil saja namaku ... Ariana."

Tae Yong tertegun sesaat. "Ah, sebenarnya aku juga sering menyebut namamu. Hanya saja kau mungkin tidak mendengarnya."

"Apa?" Ariana bengong.

"Ah, ti- tidak." Tae Yong sadar bahwa apa yang diucapkannya barusan dapat mengundang tanda tanya pada Ariana.

"Baiklah, Nona Go. Mulai sekarang aku akan memanggil namamu saja ... Ariana," pungkasnya.

Ariana tampak senang mendengarnya.

"Tuan, waktunya mengganti perban," ucap seorang suster yang sudah menyiapkan kebutuhan medis untuk Jo Tae Yong.

Ariana dan Jo Tae Yong seketika menoleh.

"Apakah aku boleh membantu?" tanya Ariana. Saat itu juga Tae Yong dan suster saling menoleh.

Ariana membantu mengganti perban yang membalut pinggang rata Jo Tae Yong. Dengan begitu ia dapat melihat dengan jelas bagaimana bentuk perut dan tubuh laki-laki itu. Kedua netranya saling bertemu, Ariana dan Jo Tae Yong kian mematung dalam tatapan semu.

"Aku berharap lukamu cepat kering." Ariana berucap untuk mengalihkan suasana.

Jo Tae Yong kini mengalihkan pandangan pada dua sosok pria yang datang ke dalam ruangannya. Jimin dan Jeka datang untuk menjenguknya.

Jimin terpaku melihat Ariana yang sedang membantu mengobati luka Jo Tae Yong.

"Ari," panggil Jeka. Ariana sontak menoleh.

Jeka mendekat dan memperhatikan sepupunya itu, kemudian menoleh pada Jimin yang masih terdiam di tempat.

"Bagaimana keadaanmu? Jimin memberitahuku kalau kau sedang terluka," tanya Jeka yang menunjukkan kekhawatirannya tersebut pada sang teman.

"Aku sudah lebih baik. Semua itu berkat Ariana yang sudah merawatku."

Jeka terfokus padanya. Ungkapan Tae Yong seolah menegaskan bahwa saat ini Ariana begitu berarti baginya.

Jimin mendekat ke samping Ariana dan menyentuh salah satu lengan perempuan tersebut. "Ari, aku menghubungimu beberapa kali."

"Benarkah? Maaf, sepertinya ponselku tertinggal di rumah," sahut Ariana.

Jimin cukup mengangguk lalu menggenggam kedua tangan Ariana yang otomatis menjauh dari Jo Tae Yong. "Apa kau sudah makan?" Ariana pun menggeleng secara perlahan sebagai jawaban.

"Kalau begitu ayo kita makan," ajak Jimin.

"Ari, barusan kau menyuapiku. Aku kira kau sudah makan," ucap Tae Yong sengaja.

Ariana menggeleng ke arahnya. Jimin terdiam menatap tajam pada Jo Tae Yong.

"Baiklah, kalai begitu aku harus pergi. Tae Yong, semoga kau cepat sembuh," ucap Ariana.

Jo Tae Yong mengangguk.

"Kami pergi dulu." Jimin berpamitan kemudian menggandeng tangan kekasihnya dan berjalan keluar bersama-sama.

Jeka menepuk pundak Jo Tae Yong. "Kau lihat itu? Jimin sangat memahaminya."

Tae Yong terdiam tanpa menyahut apa pun.


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
LDRWhere stories live. Discover now