6

499 59 39
                                    

"Sunoo-ya."

Nyonya penatua Kim memanggil dengan lembut. Pun Sunoo, pemuda riang yang telah menjalani satu semester kelas tujuhnya itu menyahut,

"Nde, Halmeoni?"

Senyum di wajah Nyonya penatua Kim merekah ketika rungunya mendapat balasan yang begitu manis dari cucunya, "Kemarilah," panggilnya.

Sunoo menurut, ia mendatangi neneknya dengan patuh.

"Apa Jungwon dan Riki saat ini berada di kamarmu?" tanya Nyonya penatua Kim.

"Ya, mereka sedang tertidur di sana. Apa aku harus membangunkan mereka?" Sunoo balik bertanya, ketika ia mendapati gelengan kecil dari neneknya iya hanya menatap neneknya senang.

Dipikirannya, bukankah itu tidak buruk? Tidur kedua adiknya sangat nyenyak, Sunoo tidak akan tega membangunkan mereka.

"Sunoo-ya, berapa umurmu saat ini?" Saat pertanyaan dilayangkan, mata tua Nyonya penatua Kim menatap lembut cucu tertuanya namun siapapun tahu bahwa tatapan lembut tersebut terselip sedikit rasa ibah dan miris.

Nasib ketiga cucunya sangat tidak beruntung dan Nyonya tua hanya menghabiskan sisa hidupnya untuk mendoakan agar tidak ada lagi kemalangan yang menimpa ketiga cucu yang sangat disayanginya.

Sunoo mengerjab, "tiga belas tahun, oh! Tiga bulan lagi aku akan berumur empat belas," balasnya antusias.

"Berarti Sunoo sudah dewasa," Nyonya penatua Kim mengelus surai hitam Sunoo, "benar, bukan?"

"Kata Sunghoon hyung, aku belum dewasa," ujar Sunoo serius, tatapan riangnya berubah menyorot pada Nyonya penatua Kim.

"Lalu apa kau sekarang, hm?" tanya Nyonya penatua Kim lagi, nadanya geli bukan main dan berpikir mengapa selalu nama Sunghoon yang keluar dari bibir cucunya yang satu ini.

"Aku seorang remaja, halmeoni!"

Dan jawaban yang Sunoo berikan cukup membuat Nyonya penatua Kim tertawa, terasa sangat menggelitik ketika Sunoo memprotesnya seperti itu.

"Berarti Sunoo bukan lagi anak-anak," tanggap Nyonya penatua Kim sembari menganggukkan kepalanya main-main, memberi gestur candaan bahwa ia mengerti perkataan Sunoo, "apa halmeoni bisa meminta sesuatu dari Sunoo yang bukan lagi anak-anak?"

Sunoo memiringkan kepalanya bingung, mata indahnya mengerjan lugu. Pun, kognitifnya berusaha mengolah dan menebak kira-kira apa yang neneknya akan minta padanya.

Nyonya penatua Kim tersenyum lembut, senyum yang begitu susah untuk luntur ketika dihadapkan pada cucu-cucunya, "apa halmeoni bisa meminta Sunoo untuk berjanji tidak marah dan menangis setelah ini?" mohonnya.

"Apa aku akan marah dan menangis setelah ini?" tanggap Sunoo bingung.

"Ya, kau akan," balas Nyonya penatua Kim, "jadi apa halmeoni bisa meminta Sunoo untuk tidak marah dan menangis?" pintanya sekali lagi.

Bingung dengan permintaan neneknya yang bahkan tidak memiliki konteks itu, Sunoo hanya mampu mengangguk linglung.

"Ayahmu, Sunoo-ya," mata tua Nyonya penatua Kim menatap Sunoo lamat-lamat, mengamati bagaimana perubahan ekspresi yang cucunya perlihatkan setelah ia memberi tahu, "halmeoni berbohong ketika berkata bahwa ayahmu telah pergi untuk selamanya, dia tidak pernah pergi. Dia hidup, berada di sekitar kita, mengamati Sunoo dan adik-adik dengan tenang."

Sunoo tidak pernah melanggar janjinya, apalagi ketika janji itu ia buat bersama nenek.

Namun kali ini, ketika setitik cairan bening menggenang dan jatuh membasahi pipi gembilnya, Sunoo telah melanggar janjinya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 01, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Sempiternal [SungSun]Where stories live. Discover now