1•Interaction

1.6K 148 52
                                    

•𝙋𝙖𝙢𝙞𝙩•
~𝓞𝓬𝓱𝓪𝓷𝓼~

Malam yang dingin membuat laki-laki di sudut cafe begitu menikmati hot chocolate-nya.

Hembusan napas kesekian sambil terus berpikir, judul skripsi seperti apa yang akan langsung di-accept oleh dosennya.

Laki-laki itu, si pemilik lesung pipi yang semakin terlihat manis saat tersenyum pada pelayan laki-laki yang mengantarkan pesanannya.

Sudah beberapa minggu ini laki-laki jangkung itu rajin mengunjungi cafe tempatnya berkerja.

Laki-laki dengan mata coklat yang berhasil menjerat gadis mana saja ke dalam pesonanya, termasuk Namira Rainjani.

Semenjak kedatangan laki-laki itu pertama kali hingga kini sudah terhitung kelima kalinya, Namira terus-terusan memusatkan perhatiannya pada dia, laki-laki yang duduk berjam-jam dan tampak sibuk dengan laptopnya itu.

Penampilan seperti pengunjung laki-laki muda biasa, tapi wajah tampan yang berhasil menjadikannya pusat perhatian para pengunjung sampai pekerja seperti Namira.

Tak sedikit para gadis mencuri lirik padanya yang menawan, apalagi dengan suasana cafe berlantai dua yang ramai di malam minggu ini.

"Ra, tolong anterin ke meja nomor 23 di atas ya." Permintaan Karin sukses membuat Namira gelagapan, takut ketahuan kegiatan kurang kerjaannya.

Hal percuma sebab Karin sudah tau sedari tadi akan kegiatan rutin Namira belakangan ini.

"Bisanya ditatap aja ya, Ra. Soalnya buat dimiliki sulit," goda Karin yang membuat Namira salah tingkah.

"Apaan sih, Rin. Sana lanjut kerja." Namira langsung pergi dari hadapan rekan kerjanya itu sebelum kembali digoda habis-habisan.

"Selamat menikmati." Senyum ramah yang tak pernah pudar dari bibir tipis dengan bintik cokelat kecil disudut yang membuatnya semakin manis.

Selesai mengantar pesanan Namira kembali turun dengan nampan kosong dalam pelukannya.

Sambil menuruni tangga, Namira melirik ke sudut cafe tempat yang sekarang kosong tanpa laki-laki tampan itu.

Karena terlalu fokus menatapi membuat Namira hampir terjatuh karena kaki kiri yang tersangkut pada kaki kanannya. Untung ada seseorang yang dengan sigap menggenggam tangan kirinya dan spontan tangan kanan Namira bertumpu pada bahu tegap orang itu.

Pompa jantung melaju, darah berdesir cepat hingga wajah seperkian detik memerah malu. Nampan dalam peluk pun sontak jatuh hingga menimbulkan bunyi nyaring, membuat sebagian pengunjung mengalihkan pandangan.

Namira melemas saat tau laki-laki yang diamatinya sejak tadilah yang menolongnya.

Terlalu terkejut membuat keduanya masih bertahan dengan posisi itu, tanpa peduli banyak pasang mata memandangi.

"Kamu gapapa?" Kalimat pertama usai sadar lebih dulu dengan keadaan juga posisi mereka sekarang.

Selama ini, bukan Namira yang datang menghampiri meja laki-laki itu, ia hanya berani menatapi dari kejauhan saja, dan itu terasa cukup untuknya.

Dan kini berkesempatan interaksi langsung membuat Namira gelagapan mengambil nampan yang terjatuh dan merapikan rambutnya yang menghalangi pandangan.

"Ehh, aduh maaf, Mas. Gapapa, iya gapapa."

"Hati-hati," ucap laki-laki itu tak lupa dengan lesung pipi yang memperindah senyumnya.

~••~••~••~

Namira berlalu ke toilet setelah meletakkan nampan di meja pantry cafe.

Meski toilet tampak sepi, namun Namira tetap berusaha memendam keinginannya untuk berteriak.

Wajahnya merah padam dan tepukan pada pundaknya membuat Namira kaget setengah mati.

"Astaga, Karin."

"Lo kenapa, Ra? Sakit?" Namira tak mampu menjawabnya saat kembali teringat kejadian beberapa menit tadi.

"Kalau gak sakit, berarti lo lagi salting karena di tangkep Prince Charming tadi. Iri banget sama lo, apalagi tadi banyak cewek-cewek yang ngomongin itu." Karin terkikik geli sambil memajukan wajahnya dengan ekspresi menggoda yang menyebalkan.

Namira menjadikan wastafel sebagai tumpuan tangannya, ia lemas saking malunya.

"Aku malu, tapi seneng juga. Boleh minta dia jadi jodohku?"

Karin terbahak menertawakan ekspresi wajah Namira. Benar-benar menggelikan melihat teman sedang jatuh cinta.

"Cinta gak selamanya indah, Dek."

•𝙋𝙖𝙢𝙞𝙩•
~𝓞𝓬𝓱𝓪𝓷𝓼~

Pamit✓ [TERBIT]Where stories live. Discover now