Prolog

132 9 13
                                        

Hari ini, Reva nyaris mematahkan batang keyboard lagi.

Pemeliharaan sistem tiba-tiba dijadwalkan pukul enam sore pada game online Devloy yang baru saja rilis bulan ini. Memang pada masa perilisan, Castaway menerima laporan berupa bug-bug kecil dalam akses menu permainannya. Tim developer sudah mengajukan hari Kamis dini hari untuk menutup server sementara dan memperbaiki semua kecacatan tersebut, namun crash hebat kemudian terjadi beberapa jam sebelum maintenance.

"Mending direpotin sedikit atau banyak user hilang? Gini yang katanya direpotin sedikit!"

Kalau Reva hampir, Dean―pentolan dari tim gim Castaway―sudah membanting keyboard-nya hingga semua orang di ruangan bisa melihat ceceran dari tuts-tuts benda malang itu. Reva menghirup suasana yang mendadak canggung dengan mengedarkan atensi pada anggota lain yang masih setia di ruangan. Jevan segera beranjak dari kursi untuk menenangkan Dean agar kepalanya tidak semakin copot, lalu Andi sedang empot-empotan menghitung jumlah biji tuts seharga kerugian yang akan dia laporkan ke keuangan, dan juga ada Matthew yang masih tenang di tempat duduk sembari menyeruput kopi madu panasnya.

"Nggak ada mending-mendingan, gue mau pulang!"

"Eh iya, sabar dulu. Bentar lagi kelar, Dena, Dena." Jevan sengaja memanggil Dean demikian ketika lelaki itu sudah hilang akal. Andi bangkit kemudian meringis melihat ternyata dua tangkupan tangannya sudah penuh dengan kotak-kotak alfabet yang ia pungut barusan. Sang keyboard hancur total.

"Dean, lo mah ... udah dibantuin masih aja nggak sabar. Ini keyboard mau dilaporin habis kecelakaan apa lagi ke Bu Ida?"

"Bilang aja kesenggol kucing Pak Galih," celetuk Matthew, mengambinghitamkan kucing kantor yang sering berlalu-lalang di bilik kantor.

"Ngaco lo, kalau kucingnya diusir nanti gantian Pak Galih yang banting keyboard."

"Mana gue peduli!" Dean mengusap hidungnya yang berair. Mungkin dia memilih untik menangis melalui dua lubang hidungnya. "Gue emosi. Dari awal muncul komplain gue udah saran buat cepet diadain maintenance, tapi nggak didenger dan lihat! Ujung-ujungnya kena efek ke fitur lainnya! Gini yang lembur siapa? Yang susah siapa? Gue juga!"

Satu tarikan hidung Dean merebak dalam satu ruangan. Jevan menggaruk-garuk kepala, enggan menanggapi lantaran tidak tahu benar mengenai dapur tim Castaway. Proyek gim terbaru Pak Heksa sebagai game chief Devloy yang dinanti-nanti tanggal perilisannya, sependengaran Reva memang cukup kacau dari segi manajemen developer. Banyak arahan yang kurang jelas sehingga membingungkan anggota tim, termasuk di dalamnya Dean sebagai perwakilan dari departemen program. Lelaki itu stres hebat. Satu departemen merasa iba dan memutuskan untuk membantu pekerjaannya―atau setidaknya memberi dukungan emosional dengan lembur bersama dan membuatkan laporan biaya insidental untuk berbagai properti korban amukan Dean.

"Ayo udah, Dean. Sinkronisasi bentar doang habis gitu udah kelar."

"Udah, Jev. Gue sama Matt kelar sinkronisasi. I think it's done?"

Reva angkat bicara. Dari seberang bangkunya, Matthew tampak mengangguk pasti. Bunyi renyah mouse akhirnya berhenti dan serentak mereka bersatu dalam tarikan napas kala proyektor menampilkan rangkaian perintah panjang bak cerita dongeng. Hingga kode tersebut mencapai akhir, kelima staf Devloy itu berteriak kencang. Pekerjaan mereka telah selesai.

"Ayo, kacung. Kita pulang ke gubuk masing-masing."



---



You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 04, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Location UnknownWhere stories live. Discover now