[20]-Cincin

113 87 13
                                    

Rio menolak tawaran penjaga kasir tersebut dengan halus."tidak, terimakasih."

Kartu ATM Rio di kembalikan oleh penjaga kasir tersebut. Setelah itu ia membawa barang belanjaannya di bantu oleh yang lain.

Mereka berjalan keluar mall dan berjalan menuju parkiran motor.

Rio melirik jam tanganya."setengah jam lagi istirahat kedua... Lo pada mau balik ke sekolah atau seharian ini kita full bolos? " tanya Rio.

"Gue sih pengennya full bolos." sahut Putra di angguki oleh yang lain.

Rio mengangguk pelan."okay, tapi kita singgah di rumah gue dulu buat letak ni barang belanjaan. Besok kita numpang letak di bus aja." usul Rio di setujui oleh mereka.

Mereka menaiki motor masing masing dengan kantong plastik besar yang mereka bawak.

Motor mereka melaju melewati jalan raya menuju rumah Rio yang lumayan jauh dari tempat mereka berbelanja.

Setelah menempuh waktu 30 menit akhirnya mereka sampai di rumah Rio dan Seva.

Seva turun dari motornya dan membawa barang belanjaan mereka di bantu oleh Rio ke dalam rumah.

Yang lain masih di atas motor dengan alasan malas untuk turun.

Setelah meletak barang barang itu di dalam rumah mereka kembali melanjutkan perjalanan mereka menuju markas horvios.

Sesampai di markas horvios Rio dan yang lain berjalan memasuki markas dan duduk di atas sofa.

Rio menyenderkan badanya di sofa sembari merenggangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku.

Seva sendiri duduk di sebelah Rio sembari meminum susu kotak.

Di markas tidak ada orang lain selain mereka. karena anggota horvios yang lain masih berada di sekolah, lagi pula mereka tidak ada membuat janji ngumpul tadi.

Teman teman Rio duduk di sofa yang tersedia di sana.

"Seva, gue mau nanya sama lo. Tadi lo ada ngomong sama seseorang? " tanya Putra mendadak membuat seluruh atensi langsung tertuju pada Seva.

Mendengar pertanyaan itu Seva langsung gelagapan. Ia menatap Rio sejenak lalu mengangguk.

"i-iya kak."

Kening Rio berkerut mendengarnya, ia memposisikan tubuhnya untuk duduk menghadap Seva."sama siapa lo ngomong? " tanya Rio.

Seva menelan slivanya dengan susah payah."aku tadi ketemu kak Vegas..." cicit Seva.

Putra menepuk meja lalu berdiri."gue tau siapa Vegas yang dia maksud."

Mereka semua menatap Putra bingung pasalnya pemuda itu sangat jarang bersikap seperti ini.

Rio mengerutkan keningnya sembari mengingat ngingat siapa orang yang bernama Vegas.

Putra menatap Seva dalam."Vegas yang lo temui tadi itu pakai jaket hitam dengan gambar ular? " Seva mengangguk membuat Putra semakin yakin bahwa itu orang yang sama.

"Fix! Lo semua enggak nyadar? Dia udah bicarakan Vegas berkali kali sama kita tapi kalian tetap gak nyadar? " mereka menatap Putra heran. Mereka seperti tak asing dengan Vegas namun mereka tak ingat dengan orang yang bernama Vegas itu.

Putra berdecak."ck... Lo pada serius gak ingat Vegas?! Vegas Putra Damian. Dia wakil ketua Vezero sekaligus sahabatnya Theo! " mereka langsung teringat dengan Vegas.

Sosok Vegas memang jarang sekali berurusan dengan mereka. bahkan, mereka sangat jarang bertemu dengan sosok itu.

Rio menatap Seva tajam."lo gak ingat apa yang pernah gue bilang? Gue pernah peringati lo buat jangan dekat dekat sama anggota Vezero terutama anggota inti! Tapi kenapa lo gak ngerti juga Seva! " Seva menundukkan kepalanya.

Our Love Meeting  [End]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt