Episode 2

131 13 4
                                    



Izuna berlatih seperti biasa hari ini. Namun Ia merasakan suatu keganjalan. Sudah beberapa minggu terlewati, namun ayahnya masih belum mengambil pergerakan untuk mengawasi kakaknya, Madara Uchiha.

Jika ingatannya benar, seharusnya dari kemarin atau bahkan sejak lama ayahnya sudah akan menyuruhnya untuk memata-matai kakaknya. Izuna menantikan hal itu walaupun Ia sudah melakukannya tanpa disuruh. Anehnya, hal itu tak kunjung terjadi. Dan hari ini seharusnya mereka akan pergi menyergap kakaknya. Dan anehnya lagi, hal itu juga belum terjadi.

Jika itu tak terjadi, apakah ada perbedaan antara kehidupannya ini dengan kehidupan masa lalunya?

Terdiam dengan pikirannya, Izuna menyadari kini ayahnya sudah akan pergi dengan seragam perang bersama kakak sepupunya, Hikaku Uchiha. Kebingungan, segera Izuna menghampiri keduanya.

"Ayah!"

Tajima dan Hikaku berhenti dan menoleh, "Izuna, tetap disini dan latihan. Aku akan segera kembali." Ucap Tajima tegas.

Izuna semakin kebingungan, apa ayahnya akan pergi menyergap Madara tanpa dirinya? Bukankah dirinya harus ikut?

"Apa ayah akan menyergap kakak yang bertemu dengan temannya itu?" Ucap Izuna memilih berterus terang, dirinya dilanda kebingungan yang luar biasa. "Jika benar begitu, tolong ijinkan aku ikut ayah!"

Tajima dan Hikaku memasang ekspresi terkejut. Dengan lembut dan tenang Tajima mengelus kepala Izuna, "Aku tak tahu bagaimana kau bisa mengetahuinya. Tapi ini adalah urusan penting bagi kami. Kau tak perlu ikut."

Tanpa sadar Izuna panik, "Tapi ayah! Aku—"

"Izuna, kami akan segera kembali. Tetap disini, tolong."

Kali ini ganti Izuna yang memasang ekspresi terkejut. Seumur hidupnya, Ia tak pernah melihat ayahnya seperti ini.


(°ロ°) !


Dalam hidup, privilege dan bakat dari lahir memang lebih istimewa daripada usaha atau kerja keras. Tapi usaha dan kerja keras tetap paling banyak dibutuhkan daripada hanya mengandalkan bakat dan privilege saja.

Sejak awal, Izuna tahu dirinya memang sudah istimewa, baik dalam kehidupan pertama, kedua, maupun di kehidupan kali ini. Ia kira akan lebih mudah, karena dirinya memiliki informasi lebih banyak dan kemampuan yang lebih unggul karena ingatan kehidupan masa lalunya sama sekali tak terhapus. Tinggal menyusun taktik dan strategi saja agar masalah dan penyesalan masa lalu takkan kembali terulang.

Seandainya akan semudah itu.

Izuna lupa memperhitungkan tentang perubahan gendernya yang sejak awal sudah merubah alur cerita kehidupan pertamanya yang kelam. Jadilah dirinya sekarang ini mengendap-ngendap memperhatikan sejarah awal konfrontasi pertemuan Hashirama Senju-Madara Uchiha di sungai yang menjadi saksi bisu para insan yang mengubah dunia itu.

Izuna sedikit merasa sedih dan simpati terhadap ayahnya. Di masa lalu, Tajima memang lebih lembut pada dirinya dibanding Madara atau yang lain karena dirinya cukup banyak memiliki kemiripan dengan ibunya. Kini, Tajima benar-benar mengistimewakannya karena Ia masih dengan wajah yang sama namun lebih feminim karena terlahir sebagai perempuan. Tapi tak pernah terpikir, Tajima akan bertindak sejauh ini tanpa dirinya.

Izuna benar-benar masih terkejut dengan perubahan sejarah di masa ini hanya karena gendernya berubah.

Jika perubahan sekecil ini Ia panik, bagaimana dengan masa depan nanti?

Izuna menggelangkan kepalanya pelan. Bagaimanapun Ia tak boleh panik dengan fakta dan perasaannya ini. Ia harus fokus. Bagaimanapun, Ia tak ingin melihat kakaknya kembali di manipulasi oleh pudding jelly kopi hitam pahit itu.

Izuna pelan-pelan mendekati area pertempuran. Berada di tempat yang tak begitu dekat, namun cukup ntuk bisa memantau. Ia memperhatikan pertarungan yang sudah terjadi dan sedikit merasa de javu dan bersalah pada Hikaku karena harus menggantikan posisinya. Sekarang, baik Madara maupun Hashirama saling menangkis kunai dengan batu yang mereka pegang.

Fokusnya beralih pada anak laki-laki bersurai putih di depan Hikaku. Izuna tak bisa menahan senyum. Sudah lama sekali Ia tak melihat rival dan musuhnya yang dulu berhasil membunuhnya. Melihatnya kembali di wujud anak-anak, membuat Izuna sedikit gemas.

'Sial, aku tak pernah ingat jika Tobirama pernah seimut itu.' Kini jiwa tante-tantenya meronta.

Konfrontasi itu akhirnya diakhiri dengan kebangkitan sharinggan Madara. Sejauh ini kurang lebih masih sama dengan yang dulu. Tatapan Izuna beralih ke Tobirama yang kini seolah-olah juga menatapnya.

Jantung Izuna nyaris berhenti.

Tunggu, kenapa Tobirama menatapnya? Ia berada di jarak aman dan tersembunyi, lalu kenapa?

Izuna melupakan fakta bahwa Tobirama Senju adalah shinobi tipe sensor.

Tak menunggu lama, Izuna segera pergi kembali ke markas Uchiha, sambil merutuki kecerobohan dirinya yang benar-benar konyol.

'Iiiisssshhhhh, bodohnya dirikuuuu.."


( ꒪Д꒪)ノ


Konfrontasi yang telah berlalu cukup banyak menguras emosi dan tenaga Hashirama, mau tak mau Ia harus kehilangan teman pertamanya yang berharga. Ia hendak berbalik mengikuti ayahnya kembali ke markas Senju sebelum mendapati adiknya, Tobirama, tengah menatap sesuatu ke arah hutan seberang sungai.

"Tobirama..?"

Tobirama menoleh dengan panggilan kakaknya, lalu mengikutinya dari belakang,

Dengan senyum tipis diwajahnya.


(・-・。)


Seperti yang Izuna duga, sepulang dari konfrontasi di sungai kini Madara lebih serius latihan. Tajima pun juga melatihnya dengan keras untuk mempersiapkan Madara sebagai pemimpin Uchiha di masa depan. Izuna kembali de javu, atau mungkin Izuna akan sering merasa de javu dan akan merasa de javu kedepannya karena ingatan masa lalu yang masih segar di ingatannya.

Terlalu banyak kata de javu disini.

Meski memiliki perbedaan situasi karena perubahan gendernya, Izuna hanya bisa berharap untuk segera beradaptasi dengan semua perubahan ini dan menemukan solusi untuk dan demi masa depan yang lebih baik.

'Semoga' pikirnya, walau tak bisa menahan senyum dengan kalimat terakhir yang terdengar seperti iklan di kepalanya.


"IZUNA! FOKUS LATIHAN!! JANGAN MELAMUN DAN SENYUM-SENYUM SENDIRI!!"

Swap On ItDonde viven las historias. Descúbrelo ahora