00. Prolog

443 49 12
                                    

***

Dulu sekali Jennie pernah berucap jika ia hanya akan menikah dengan lelaki seumuran yang menjadi cinta pertamanya. Tekadnya bahkan sudah sangat bulat hingga berani bersumpah akan memberikan segala barang kesayangan pada teman-temannya jika hal tersebut tidak terwujud di kemudian hari.

Kegigihannya untuk mendapatkan balasan cinta dari seorang kapten basket bernama Jeon Jungkook ketika masih berada di sekolah menengah atas patut di acungi jempol. Cap buruk mengenai dirinya tidak pernah dihiraukan selagi Jungkook masih berada dalam jangkauan.

Meski kala itu Jungkook telah memiliki kekasih yang begitu dicintai, Jennie tetap berusaha untuk mendapatkan sedikit celah di hati sang lelaki. Hal tersebut dilakukan karena Jennie percaya kehidupan pernikahan akan awet dan bahagia jika bersama cinta pertamanya. Ia pernah mendengar mitos seperti itu ketika masih berumur dua belas. Dan benar-benar ingin mewujudkan ketika sudah dewasa seperti sekarang.

Hingga pada akhirnya, di usianya yang memasuki dua puluh tahun, Jennie dipaksa untuk menjalani pernikahan bersama putra dari rekan bisnis sang Ayah. Padahal kala itu, perjuangannya untuk mendapatkan cinta Jungkook sudah di depan mata.

Jungkook sudah tak lagi memiliki kekasih setelah adanya kesalahpahaman yang sengaja dibuat oleh Jennie. Membayar seseorang untuk membuat Jungkook percaya jika kekasihnya telah mendua. Namun nyatanya ketika semua rencana yang dibuat susah payah telah berhasil, Jennie justru harus bersama lelaki lain. Jennie tentu tidak terima.

Penolakan dan pemberontakan terus ditunjukkannya sejak awal pertemuan dengan sang calon. Ia bahkan sengaja berpenampilan seperti seorang wanita penggoda demi membuat sang calon dan keluarganya merasa tidak suka. Namun segalanya berakhir sia-sia. Yang ada Jennie justru mendapat amukan dari Ibu dan Ayahnya karena sudah membuat malu.

Lantas haruskah Jennie merelakan sosok cinta pertamanya lepas untuk yang kedua kalinya? Mungkin memang harus demikian untuk sementara. Karena acara pernikahannya telah ditentukan dan akan dilaksanakan dalam waktu dekat. Jennie tidak punya pilihan lagi.

Konsep pernikahan hingga aneka makanan yang disediakan disesuaikan dengan keinginan Jennie. Calon suaminya begitu menghargai dan menyayangi dengan tulus. Apapun yang Jennie ingin selalu dituruti dengan mudah. Usianya lima tahun lebih dewasa dari Jennie. Terlihat sangat tegas dan berwibawa hingga Jennie selalu dibuat tak berkutik ketika lelaki itu telah memerintah.

Wajahnya tampan luar biasa, bahkan mungkin lebih tampan dari Jungkook yang selama ini Jennie idamkan. Harusnya ia bersyukur mendapat yang demikian. Namun Jennie tetap saja menolak menerima kenyataan dan tetap berharap Jungkooklah yang menjadi suaminya.

"Kalian boleh berciuman"

Ucapan tersebut berhasil menarik Jennie untuk kembali pada kenyataan. Saat ini, ia telah resmi menjadi istri orang. Pun janji suci pernikahan telah terucap bergantian. Jennie tidak bisa berbuat apa-apa lagi untuk saat ini. Ia hanya bisa berharap sang suami telah memiliki kekasih lain diluar sana hingga memutuskan untuk menceraikan Jennie suatu hari nanti. Bagaimanapun, Jennie masih menginginkan Jeon Jungkook.

"Kau melamun?"

Jennie melirik lelaki tersebut sekilas, sebelum kembali menunduk kalut sambil memilin gaun pengantinnya dengan perasaan gugup. Sorakan jahil dari para tamu undangan yang menyuruhnya untuk segera berciuman benar-benar membuat Jennie merasa tidak nyaman. Jennie malu, pun ia juga belum pernah melakukan yang demikian seumur hidupnya karena terlalu serius mengejar cinta Jungkook.

Seolah mengerti dengan apa yang Jennie rasakan, lelaki itu mengulas senyum manisnya sambil menarik Jennie untuk mendekat. Tangannya menyentuh dagu Jennie dengan lembut, mengarahkan wajah cantik tersebut untuk menghadap padanya, kemudian memberikan satu kecupan manis pada pelipis yang berhasil membuat para tamu bersorak kecewa.

"Aku tau, kau belum terbiasa seperti ini. Aku juga sama. Kau yang pertama" ujarnya yang membuat Jennie merasa tersipu.

"Mana mungkin orang seperti Oppa tidak pernah melakukan hal seperti itu dengan seorang wanita dewasa" sahut Jennie.

Lelaki itu tersenyum lembut sebelum menarik Jennie untuk masuk dalam pelukannya. Jennie tidak menolak sama sekali. Ia justru mengulurkan kedua tangan untuk membalas pelukan tersebut dengan sangat erat. Siap mendengar apapun yang akan sang lelaki ucapkan dengan sungguh-sungguh sambil tersipu malu.

"Ayah pernah mengatakan padaku tentang perjodohan kita saat aku masih sekolah. Jadi, kupikir tidak ada gunanya menjalin hubungan dengan yang lain jika aku sudah memiliki calon istri. Aku hanya fokus pada pendidikan dan membenahi diri agar siap untuk menjadi pendampingmu"

Dan Jennie berhasil di buat tertegun mendengar jawaban itu.


***

TBC

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.

TBC



24 Desember 2022
-Zoynie

Perfect Marriage || TNWhere stories live. Discover now