6 - Play Ground

16 4 10
                                    

Sore hari yang cerah di akhir pekan, memang akan menyenangkan jika dihabiskan untuk bermain di taman. Di suatu sudut di area bermain skate, terlihat Chuji yang sedang mengajari pacarnya menggunakan sepatu roda sembari tertawa senang. Di sisi lain Doyum sedang main ayunan dengan Jiung yang mendorongnya hingga hampir terbang. Yechan juga ada di sana, terperangah melihat bagaimana vampir itu mengajak main adik kesayangannya yang hanya tertawa alih-alih takut. Sementara Geonu hanya duduk sembari menatap Doyum takjub, bersama makhluk-makhluk yang hanya bisa dilihat dan didengar olehnya.

"Kau pasti cemburu kan?"

Geonu melirik ke sisi kirinya sebentar, lalu kembali menatap ke depan.

"Untuk apa juga cemburu dengan vampir beta yang hanya sedang mencari makan dengan cara mengasuh bayi."

"Kekasihmu lebih lengket dengan vampir putih itu."

"Ya, harus kuakui mereka memang sedekat itu."

"Lihat? Kau cemburu, manusia."

"Mereka memang lengket, seperti induk ayam dengan anaknya yang baru menetas. Sudahlah, diam atau ganggu orang lain saja sana!"

Hantu tanpa kepala yang berisik itu pun akhirnya menghilang. Sementara Geonu kembali fokus menatap Doyum, yang berayun semakin jauh. Semakin jauh hingga ia benar-benar melompat, mengikuti sumbu parabola dan mendarat di kanopi sebuah pohon berdaun lebat yang aku tidak tahu namanya. Geonu yang melihatnya pun segera berlari ke arah dimana Doyum jatuh, sedangkan Yechan berlari ke arah Jiung.

"Apa yang lakukan pada Tuan Muda, hah?! Kalau sampai Tuan besar tahu kita bisa dibunuh!"

Jiung mengendikkan bahu cuek sembari berjalan santai menyusul Geonu. "Hanya kau, aku tidak."

Doyum yang masih tersangkut di atas pohon, hanya tersenyum menatap Geonu di bawahnya. Hingga Jiung dan Yechan tiba.

"Menurutmu apa yang kau lakukan pada Doyum-ku, hah?! Lihat! Pohonnya sangat tinggi!"

"Doyum-mu? Memangnya kalian sudah resmi menjadi mate?"

Geonu menunduk. Kalau dipikir-pikir Doyum memang belum sepenuhnya menjadi miliknya. Tapi memang belum saatnya.

Jiung memejamkan mata dan mengangkat tangannya ke atas. Ia menggunakan kekuatan telekinesis untuk menurunkan Doyum, yang langsung berlari dan memeluk orang yang membuatnya tersangkut di pohon itu.

"Hyung ayo lakukan lagi! Itu tadi sangat menyenangkan!"

"DOYUM! TADI ITU BAHAYA!" kata Geonu dan Yechan hampir bersamaan.

Doyum menatap keduanya bergantian, dengan bibir ditekuk sedih, lalu kembali menatap Jiung, bermaksud mencari pembelaan.

"Mereka benar, itu berbahaya. Kau bukan aku yang akan tetap hidup meski jatuh bebas dari pesawat yang sedang mengudara."

Doyum pun melepaskan Jiung dan berjalan gontai mendahuluinya.

"Aku belum pernah melihatnya merajuk seperti itu," kata Geonu.

"Jika dia masih sama seperti saat masih kecil, seharusnya dia hanya akan merajuk tidak lebih dari lima menit," kata Jiung sembari melirik arlojinya.

"Ya, dia masih seperti itu. Emosinya mudah berubah dengan cepat," timpal Yechan.

Mereka hanya berjalan mengikuti Doyum yang tanpa tujuan, hingga tiba di area skate.

"Cukup! Aku tidak mau main sepatu roda lagi!"

"Oh ayolah, kalau kau berusaha pasti bisa!"

Tepat di depan Doyum, ia melihat Jimin sedang berjongkok sembari berpegangan pada Chuji yang berdiri. Mereka berdua masih memakai sepatu roda. Sementara Geonu menahan tawa melihat senior yang menurutnya agak sok keren itu hampir menangis hanya karena sepatu roda.

Just Be With YouWhere stories live. Discover now