"Kok gak bagi gue Dar." Ajun cemberut, biasanya Dara akan menawarkan isi bekalnya kepada dirinya.

Dengan membawa dua mangkuk bakso mata Jaja memicing melihat Ajun duduk di samping Dara yang seharusnya itu tempat duduknya, Jaja menyuruh Ajun untuk geser karena setiap tempat yang Dara duduki di sampingnya hanya boleh Jaja saja.

Anggap saja Jaja obses!

"Ini makan ya sayang." Kata Jaja menaruh mangkuk baksonya di depan Dara.

Melihat itu Ajun menatap Dara terkejut. "Lo masih belum kenyang Dar abis makan bekel?" baru kali ini Ajun melihat Dara makan banyak.

Baru mau protes Jaja lebih dulu berbicara.

"Iya ini, dia lagi hamil anak gue soalnya."

Uhuk!

Mereka bertiga tersendat makanannya mendengar omongan Jaja barusan, Jaenal memperhatikan sekitar takut ada yang mendengar omongan ngawur temannya itu, lagian Jaenal mana percaya Dara dan Jaja bisa melakukan hal senekat itu!

Bugh!

"Akh Dar!" Jaja mengusap kakinya karena baru saja di injek Dara.

Benar saja, mereka semua jadi pusat perhatian.

"Makan, makan, bentar lagi masuk, berisik aja dah suami istri." Mendengar Jaenal berbicara seperti itu membuat Dara ingin melempar sendok ke arahnya.

Jaja menyadari itu, dia menarik sendok Dara dari tangannya dan menyuapinya satu bakso ke mulutnya.

Melihat pemandangan tersebut membuat mereka yang tadinya memperhatikan jadi memalingkan wajahnya ke arah lain, pasangan itu benar-benar tidak bisa mencuri perhatian sedikitpun!

"Tar malem kumpul yuk! udah lama ini kita nggak kumpul, gimana?" ajak Yuji setelah mereka selesai makan.

"Yuk!" sahut Dara setuju, karena jika mereka semua berkumpul untuk bertemu sudah pasti disana harusnya akan ada Laki-Laki yang Dara sukai.

"Ayuk!" ikut Ajun setuju.

"Di Cafe tempat gue kerja aja ya." Usul Jaenal karena kebetulan hari ini dia ada jadwal kerja part time.

"Iya sayang!" ujar Dara dan Yuji bersamaan.

Sudah biasa bagi Jaenal mendengar kedua temannya itu memanggilnya dengan sebutan 'sayang' baginya itu tidak berarti apa-apa sama sekali, berbeda dengan Jaja yang kini menatap nyalang ke arah Dara seolah Perempuan ini sudah lupa akan statusnya.


*******


Kelas IT 2 sudah lebih dulu keluar, karena dosennya berhalangan hadir maka hanya Kelas IT 2 sajalah pulang lebih cepat dari Kelas IT lainnya.

Jaja, Winda, dan Danny saat ini masih belum keluar Kelas, Winda sibuk dengan ponselnya melihat notifikasi grup, Danny juga sama halnya seperti Winda, sedangkan Jaja sama sekali belum melihat ponselnya, sibuk merapihkan barang-barang di mejanya.

"Jaja." Panggil Winda, bukan Jaja saja yang melihat ke arah Winda, Danny pun sama.

"Apa?" tanya Jaja sambil bergegas pergi keluar Kelas.

"Lo mau kemana?" Winda menyusul Jaja keluar Kelas.

"Kenapa memang?" tanya Jaja bingung, tidak biasanya Winda seperti ini.

Danny menyaksikan itu pun lebih memilih pergi menjauh dari Kelas, dia sudah ada janji pada Orang lain jadi sudah bisa di pastikan Danny tidak akan ikut kumpul. Melihat kepergian Danny, Winter hanya diam saja begitu pun Jaja sama sekali tidak peduli.

"Lo nggak baca grup emang?" tanya Winda balik.

Jaja menautkan alisnya, bingung. "udah aja bilang. Kenapa? Malah balik tanya."

"Ada kumpul hai ini, lo gak ikut?"

"Dimana?" tanya Jaja lagi, pura-pura tidak tahu.

"Cafe." Jawab Winda.

Jaja mengecek ponselnya dia bisa melihat notifikasi menggunung itu, sudah ada sekitar 250 pesan dalam grup.

"Ikut gak?" tanya Winda lagi.

"Nggak tau." Jaja membalikkan badannya melangkah pergi meninggalkan Winda, namun baru beberapa langkah dia berhenti. "Gue gak ikut kayanya. Kalian aja." Ucap Jaja sebelum benar-benar menghilang entah kemana.

Kelas Ilkom 4 masih fokus memperhatikan Dosen menerangkan bab materi terakhir sebelum UAS, mereka semua sangat fokus kecuali Ajun.

Ajun masih menerka-nerka perkataan Dosennya, menghayal entah kemana dengan pikirannya sendiri, wajahnya yang polos dan lucu, terkadang membuat Dara gemas apalagi saat Ajun kebingungan itu sangat – sangat lebih lucu.

Di luar Kelas Ilkom 4 Winda menunggu, dia sudah janji dengan Jaenal untuk pulang bersama sebelum kumpul. Bola matanya tanpa sengaja melihat Danny sedang jalan bersama Perempuan, pantas saja Danny tidak bisa ikut kumpul dengan teman-temannya ternyata ada yang lebih penting.

Satu jam sudah berlalu, Winda masih setia menunggu di depan Kelas sambil bermain ponsel, tidak menyadari Jaenal sudah ada di depannya merasa bersalah karena membuat Winda menunggu begitu lama.

"Maaf Win lama, harusnya tadi tunggu di kantin aja biar gak sendiri sama sekalian beli jajan." Jaenal harusnya tadi mengabari Winda saja untuk menunggunya di kantin atau kalau perlu memaksanya agar pulang lebih dulu.

"Gapapa." Winda sama sekali tidak keberatan menunggu lebih lama, lagi pula Jaenal pernah melakukan hal serupa.

"Kamu dimana?" Dara baru saja keluar Kelas di ikuti Ajun di belakangnya. "Kok pulang? Kamu nggak ikut? Ikut ya, harus! Aku tunggu di Rumah, aku tungguin pokoknya sampai kamu kerumah!" final Dara memutuskan sambungan telfonnya.

Jaenal yang mendengar itu menoleh ke belakang melihat Dara dan Ajun. "Jaja gak anter lo pulang?" tanyanya.

Dara menggeleng, dia juga tidak tahu kenapa Jaja menyuruhnya pulang dengan Ajun. "gue sama Ajun pulangnya."

Kebiasaan, satu kalimat yang keluar dari pikiran Jaenal untuk Jaja. Jaja itu aneh, dia yang jemput, dia juga yang ninggalin tanpa alasan.

Awalnya Jaenal tidak peduli, lama-lama jadi sesering itu Jaja melakukannya, kalau Jaenal tidak punya prioritas lebih penting mungkin sekarang Dara sudah dia antar pulang.

"Yaudah, hati-hati." Kata Jaenal sebelum mereka berdua pergi lebih dulu.

_______________________________________

Player With YouWhere stories live. Discover now