03

604 116 7
                                    

Bersandar di dekat tangga, [name] mengetuk ngetukkan sepatunya dengan lantai sembari memainkan ponselnya. Dia memperhatikan setiap orang yang turun maupun menaiki tangga, berharap orang yang memiliki janji dengannya segera menyelesaikan urusannya.

"Oh! [name]!" Suara ceria itu berasal dari Denji yang berlari menghampirinya. Denji mengulurkan sekaleng kopi di tangannya, membuat [name] seketika memasang wajah bingung.

"Aku mendapat bonus di vending machine tadi. Aku tak suka kopi, jadi ini milikmu."

"Kau tak menendang vending machine lagi, kan?"

"Minumanku tersangkut di dalam jadi aku tak memiliki pilihan lain. Tenang, kali ini aku tak merusak kacanya." Denji menunjukkan tanda peace dengan kedua jarinya.

[name] menatap kaleng di tangan Denji, haruskah dia mengambilnya?

"Akan kuambil." Satu tangan seketika merebut kaleng kopi dari tangan Denji.

Setelah 15 menit berdiri di tempat yang sama, akhirnya sosok laki laki berambut hitam itu datang. Dia memberikan senyumannya pada [name], tak kuasa menahan rasa senangnya melihat perempuan yang dia sukai rela menunggu lama untuknya.

"Hey! Aku memberikannya untuk [name], jangan seenaknya mengambil barang milik orang lain!" Denji berusaha meraih kaleng di tangan Yoshida namun sayang Yoshida sudah meneguknya terlebih dahulu.

"[name] tak menyukai kopi, jadi sayang jika dibuang nantinya." Denji memasang wajah masamnya, dia berbalik kembali ke arah [name].

"Aku akan memberimu minuman lain jika aku beruntung lagi, tenang saja."

"Apa kalian selesai dengan sesi bicara kalian? Aku tak memiliki banyak waktu lagi. Aku memiliki janji kencan dengan [name]."

"HAAAA?!" Denji berbalik dengan wajah shock sementara [name] hanya menghela nafasnya.

"Kau?! Berkencan dengan laki laki ini?! Dengan laki laki sepertinya?!" Denji menunjuk wajah Yoshida.

"Dengar, kami hanya keluar bersama sebentar. Bukan berkencan." Jelas [name] pada Denji.

"Jadi kau bukan kekasihnya?" [name] mengangguk, laki laki berambut pirang itu akhirnya dapat menghela nafas.

"Waktu habis. Kupinjam [name] sampai besok, oke?" Yoshida segera menggenggam tangan [name] dan menuntunnya keluar dari bangunan sekolah.

"Apa aku membuatmu menunggu lama?"

"Kelihatannya?" Tanya [name] ketus dengan wajah "am I a joke to you?". Dia memasukkan ponselnya kembali sembari berusaha menyeimbangi langkah Yoshida.

"Aku akan mentraktirmu kopi sebagai permintaan maaf."

"Kenapa kau mengambil kopi yang Denji berikan padaku tadi? Padahal kau tak perlu melakukannya, uangmu jadi keluar dua kali."

"Aku haus."

[name] menautkan alisnya, meski dia tak yakin dengan jawaban Yoshida, dia akhirnya menerimanya saja. Lagipula dia juga tak terlalu mempermasalahkannya.

"Hey..." Lirih [name] namun masih dapat didengar jelas oleh Yoshida.

"Kau membencinya?" Tanya [name] langsung pada intinya.

"Kenapa kau bertanya seperti itu?"

"Membalas dengan pertanyaan, huh? Hanya ingin tahu saja. Kau terlihat membencinya jika itu berurusan denganku. Sekarang jawab pertanyaanku." Yoshida terdiam, dia tak suka kemana arah pembicaraan ini.

"Aku bisa membencinya juga tidak. Aku hanya memastikan dia tak melakukan hal aneh padamu."

"Seperti?"

"Kau akan tahu nanti. Sudahlah, sekarang fokus saja padaku selama kencan, oke?"

"Ya, ya, pegang janjimu besok."

***********

Duduk berhadapan dengan laki laki yang sedari tadi memperhatikannya membuat suasana semakin canggung. [name] tak ingin melakukan kontak mata dengan Yoshida setelah diperhatikan selama 5 menit tanpa henti.

"Ada yang salah dengan wajahku?" Tanya [name] memutus rasa canggung.

"Tidak, tidak ada. Hanya memperhatikan sosok calon kekasihku."

"Apa aku harus menolakmu lagi untuk yang ke-9 kalinya?"

"Dan akan kubuat yang ke-10 kalinya."

"Kau sangat keras kepala, ya?"

"Sama sepertimu."

[name] kembali memperhatikan jendela di sampingnya. Tak ada gunanya berdebat dengan Yoshida, pada akhirnya laki laki itu akan bisa membalikkan keadaan dengan mudah.

"Kau membenciku?"

"Hm?"

"Kali ini giliranku yang bertanya. Apa kau membenciku?" Ya, dia selalu berhasil membalikkan keadaan.

"Hmm... Mungkin? Aku benci saat kau meninggalkan kegiatan ekstrakurikuler hanya untuk mengikutiku. Aku sampai harus diseret ke dalam masalah itu karenamu."

"Setidaknya kau tak sendiri. Aku ada disana untuk menemanimu, kan?"

"Oh, kau selalu menemaniku saat masalah datang menghampiriku."

Seorang pelayan datang dengan nampan berisi pesanan mereka, menghentikan percakapan mereka untuk sejenak.

Beberapa pasang mata tertuju pada mereka. Terlebih dari anak anak perempuan yang mengenakan seragam yang sama sepertinya.

"Aku ingin semua ini segera berakhir." Gumam [name] setelah merasakan hawa intens dari kursi di belakang mereka.

"Pesanan kita baru saja sampai. Kau tak ingin menikmatinya? Lagipula aku yang akan membayar."

"Dengar, beberapa- maksudku semua orang disini menganggap kita sebagai sepasang kekasih sekarang."

"Lalu?"

"Ini hanya kesalahpahaman. Aku tak ingin-..." Yoshida menarik dagu [name] pelan, memastikan perempuan tersebut untuk menatapnya. Yoshida kembali memberikan senyumannya saat melihat kedua manik [e/c] yang menyejukkan itu.

"Mereka tak mengenalmu, [name]. Sekarang fokuskan saja dirimu padaku, oke? Semua akan baik baik saja." Sadar akan perlakuan Yoshida, ia segera menepis tangan itu. Dia benci semua tatapan orang orang di dalam kafe sekarang ini.

Terutama dari para kaum jomblo di pojok sana.

"Seharusnya aku tak pernah menyetujui ini."

"Kau tak akan menyesal, aku tahu itu."

"Untung saja ada makanan gratis."

*********

"Jadi kau memiliki urusan besok?" Yoshida melirik [name] di sampingnya. Mereka berdiri di kerumunan orang, menunggu lampu merah untuk menyala.

"Hm? Kau akan merindukanku?"

"Aku rindu momen dimana aku tak bisa melihat wajahmu untuk satu hari penuh."

"Jika itu yang kau mau. Jika anak itu mendekatimu, jauhi saja atau pergi padaku."

"Lagi lagi, sebenarnya kau ini menaruh dendam padanya atau bagaimana?"

"Hanya memastikan kau baik baik saja."

"Aku sudah merasa aman karena kau selalu mengikutiku kemanapun dan kapanpun."

"Apa itu pujian untukku?"

"Sebaliknya."

***

Just You [Hirofumi Yoshida x Reader]Where stories live. Discover now