10. Tamparan Pertama

520 15 0
                                    

Hampir dua Minggu setelah kejadian itu. Affandy tidak pernah marah kepada istrinya. Walaupun dia tetap cuek terhadap Hulya.

Saat pulang kantor, Affandy terpikir tentang Hulya. Pria itu mulai candu dengan keberadaan istrinya. Walaupun saat ini ia memang belum cinta atau pun sayang.

Affandy Frazendra menyetir sambil memerhatikan apotek yang ada di pinggir jalan. Dia sudah merasa gerah akan hal itu. Affandy harus menuntaskan sesuatu untuk membuat pikirannya tenang.

"Cari apa, mas?"

"Eummm ... Ada obat tidur, mbak?"

"Ada."

Entah apa yang akan dilakukan oleh pria itu. Yang jelas Affandy sengaja membelinya. Kepalanya sakit kalau harus memikirkan hal yang ingin ia lakukan saat ini.

Sampailah dia di rumah. Sialnya, belum juga masuk ke dalam. Tiba-tiba saja seorang wanita menghampiri dirinya.

"Tiffany. Kamu ngapain?" tanyanya.

"Aku hubungi kamu tapi gak kamu angkat."

"Aku sibuk sayang. Pekerjaan di kantor banyak."

Ceklek!

Pintu terbuka, Hulya terdiam melihat dua orang itu sedang berada di depan pintu rumah.

"Ayo, sayang. Pintunya udah di buka sama pembantu kamu."

Tiffany menarik tangan Affandy. Hulya tidak bisa apa-apa, dia ingin sekali ribut dengan wanita itu. Namun dia takut jika Affandy akan melakukan hal kasar kepadanya.

Hulya menutup pintu, menghampiri kedua orang yang sudah duduk di sofa. Affandy melihat Hulya, namun wanita itu langsung memalingkan wajahnya.

"Hulya-"

"Kamu mau minum apa?" tanya Hulya kepada Tiffany.

"Kamu nawarin aku?"

"Iya ... Aku pembantunya Affan. Kamu tamu istimewanya."

"Mmm ... Minum air biasa aja."

Hulya hendak berlalu pergi. Kemudian Tiffany memanggilnya lagi. "Tunggu pembantu."

"Ada lagi?"

"Jangan lupa cemilannya."

Tinggallah Affandy dan Tiffany di sana. Affandy merasa tidak suka dengan penyebutan Tiffany kepada Hulya.

"Jangan panggil dia gitu."

"Lho. Kamu marah?"

"Bukan marah sayang. Nanti kalau Hulya aduin ke mami gimana?"

"Kamu ada niat nikahin aku gak sih?"

"Ada lah, sayang. Aku lagi nunggu momen yang pas buat cerain Hulya."

"Tapi kapan?" tanya Tiffany.

"Kamu sabar ya."

Hulya datang membawa sesuatu yang diinginkan oleh Tiffany.

"Heh. Kamu mau kemana?"

"Ke kamar," jawab Hulya.

"Duduk!"

"Aku gak mau."

"Sayang suruh dia di sini. Aku mau dia liat kita bermesraan."

"Hulya. Duduk cepat!" perintah Affandy.

Hulya akhirnya duduk di sofa itu. Dia melihat Tiffany sengaja menggoda Affandy.

"Cepat pulang Tiffany. Aku udah gak tahan. Aku mau Hulya sekarang," batin Affandy. "Cuma Hulya yang bisa bantuin aku.

Setulus Hati Hulya | [TAMAT]Where stories live. Discover now