"Ya sudah, kita menunggu sambil duduk di kursi saja." Kana menarik tangan Gyan, membawa temannya duduk di kursi yang tersedia di halaman mansion itu.

"Gyan ... Iyel ingin bertanya sesuatu. Tapi jangan di beritahu siapa-siapa, ya?"

Gyan mengerutkan alisnya bingung mendengar ucapan Kana. "Apa? Iyel jangan membuat Gyan dug-dug ya!" kesalnya sambil memegangi dadanya. Jantungnya benar-benar berdetak lebih cepat, ia takut Kana melakukan kesalahan yang cukup fatal.

"Ish, Gyan kenapa! Kana hanya ingin memberitahu. Perut Kana suka tidak enak, kadang mual, terus Kana sekarang maunya di manja Mas Mew terus. Apa Kana ham--"

"HAMIL!" Gyan menutup mulutnya tidak percaya. "Iyel! Gyan senang sekali, akhirnya Iyel punya Baby." Gyan berucap senang, senyum manis tercetak jelas di bibir Gyan.

"Ya ampun Gyan, kata Iyel kan diam dulu. Ini belum yakin tau. Iyel belum pernah periksa juga." Kana memijat pelipisnya pelan, Kana hanya bisa berharap semoga tidak ada yang mendengar teriakan Gyan tadi.

"Ish, mau aku bantu periksa sekarang? Kita ke Dokter bagaimana? Iyel memangnya tidak memberitahu suami Iyel?" Gyan bertanya tidak sabaran.

"Nanti dulu, Iyel mau membeli yang biasa memeriksa hamil itu loh. Iyel sengaja tidak memberitahu Mas Mew, karena sebentar lagi kan Mas Mew ulang tahun. Jadi, bila Iyel benar hamil nanti agar menjadi kejutan untuk Mas Mew."

Gyan yang mendengar penjelasan Kana mengangguk paham. "Pintar sekali Iyel. Gyan akan berdoa, semoga Iyel benar-benar hamil." Gyan mendekat pada Kana, mengelus lembut perut Kana yang masih rata.

Plak!

Tepukan di pundak Kana membuat anak manis itu sedikit terkejut dan menoleh kesamping. "Huh, Kavaya ini mengejutkan saja." Kana mengusap pelan dadanya.

"Kalian ngomongin apa? Kenapa tidak membantu mencari bunga?" tanya Kavaya penasaran.

"Eumm ... itu." Kana menundukkan kepalanya, ia bingung akan menceritakan pada Kavaya juga atau tidak.

"Iyel ... tadi aku dengar loh Iyel berbicara apa." Kavaya tersenyum, mengusap lembut surai hitam Kana. "Semoga dalam perut Iyel ada bayi."

"Ish, jangan di bilangkan dengan Satya, ya? Nanti Mas Mew pasti akan tahu bila Kavaya menceritakan dengan Satya." Kana membawa tangan Kavaya untuk menyentuh perutnya. "Kata bayi jangan di beritahu," lanjutnya, membuat Kavaya terkekeh kecil.

"Tidak akan, semoga Adek bayi sehat selalu ya. Iyel juga harus sehat. Makan yang banyak, jangan lupa minum susu juga." Kavaya sedikit menasihati Kana.

"Hu'um ... nanti Iyel membeli testpack dulu, bila benar baru akan di periksa ke Dokter. Nanti Iyel meminta bantuan pada kalian." Kana menatap kedua temannya bergantin. "Okiee tidak?" tanya Kana, di sambut anggukan oleh keduanya.

***

Kana menatap Mew dengan alis menukik tajam. Si manis melipat kedua tangannya di depan dada. "MAS MEW!" Kana menjerit kesal dan Mew malah tertawa.

"MAS MEW KANA AKAN BERKEMUSUHAN LOH!" ancam si manis. "Mas Mew ini mengesalkan sekali ish! Tidak ingin lagi bobo bers--"

Mew langsung membungkam bibir Kana dengan tangannya. "Apa sih? Kenapa, hmm? Istri Mas ini kenapa?" Mew menarik tangan Kana pelan, membawa si manis ke pangkuannya.

"Mas Mew jangan berpura-pura tidak tahu! Kelinci Kana di kemanakan oleh Mas Mew?!" Kana memasang wajah galaknya, agar sang suami takut.

Bukannya takut, Mew malah mencubiti pipi Kana gemas. "Mas tidak tahu, kan Kana yang di rumah seharian masa nanya Mas?"

"Ish Mas Mew ini, Kana bertanya serius loh. Tadi kan ketika Mas Mew datang, Kana nya bobo. Kaan sedih sekali loh Mas Mew bawa kelinci Kana." Kana menarik dasi Mew kuat.

"Jawab tidak kelinci Kana di mana?" tanya Kana lagi. "Mas Mew...," Kana merengek karena tidak mendapat jawaban dari Mew, ia melepaskan tangannya dari dasi Mew.

"Mas hampir mati." Mew mengusap pelan lehernya dan melonggarkan dasinya. "Untung Mas sayang sama Kana." Mew memeluk erat Kana, tangannya meremas bongkahan sintal Kana.

Plak!

Mew menampar pantat Kana kuat. "Nakal lagi nanti Mas gituin, mau?" tanya Mew, tapi Kana malah mengangguk semangat.

"Boleh Mas Mew! Kana mau di tampar pantatnya, enak bila Mas Mew yang tampar." Kana tersenyum bayi, anak manis itu menggesekkan pantatnya tepat di kejantanan Mew.

"Shh ... enak sekali." Mew mulai memejamkan matanya, menikmati gesekan pantat  sintal sang istri. Kana yang tersadar langsung menghentikan aktifitasnya dan beranjak dari pangkuan Mew.

"Eumm ... Kana, Kana ingin mencari kelinci!" Kana berlari, keluar dari kamar. Mew mengerutkan alisnya bingung, padahal bagian bawahnya sudah berdiri tegak tapi Kana malah kabur.

Mew menunduk dan mengusap pelan miliknya. "Sabar, sama bayi ya gini," ucapnya pelan. Mew beranjak dari duduknya menuju kamar mandi.

***

"Dapat!"

Mew langsung menggendong Kana, ia akan membawa istri manisnya kembali ke kamar. "Nakal, Mas kira setelah selesai mandi akan di sambut Kana. Tapi ternyata Kana tidak ada di kamar."

"Mas Mew ini, Kana terkejut tau." Kana berucap pelan. "Seperti ini ya Mas Mew. Kana kan tadi suka bilang dengan Mas Mew bahwa ingin mencari kelinci, tapi belum dapat juga sampai sekarang," jelas Kana, membuat Mew mengangguk paham.

"Tapi kenapa tadi langsung lari setelah membuat dia bangun, hmm?" Mew berbisik dengan suara beratnya.

"Eumm ... Mas Mew, sebentar lagi Mas Mew ulang tahun! Kana sudah menyiapkan hadiah nantinya untuk Mas Mew!" Kana mengalihkan pembicaraan.

"Benarkah? Kana menyiapkan apa, sayang?" tanya Mew penasaran. "Tapi sepertinya bayi Mas ini sudah pintar mengalihkan pembi--"

Kana membungkam bibir Mew dengan tangannya. "Tidak ish, Kana nanti benar akan meyiapkan hadiah paling spesial untuk Mas."

"Baiklah, Mas akan menunggu hadiahnya." Mew berucap sembari menaiki sati persatu anak tangga menuju kamar mereka.

Tbc...

Jangan pelit vote sama komen.

See you🤙🏻

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 21 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Kana, My Baby Where stories live. Discover now