"Gimana mau mandi kalo ngelepas ini aja ngga bisa" Rere mencoba menggapai resleting bajunya, tapi tidak sampai. Devan menggulung kemeja putihnya berjalan mendekat, menyuruh wanita itu berdiri agar dia bisa membantu Rere melepas resleting gaunnya.

Dengan telaten dan hati-hati lelaki itu menurunkan resleting gaun menampilkan
punggung Rere yang mengenakan strapless bra berwarna senada dengan gaunnya. Devan meneguk saliva, pertama kali ia bisa memperhatikan punggung wanita secara bebas.

"Aku nggak bawa baju ganti" Rere mencebik. Menyadarkan Devan yang sedikit mupeng. Rere sedikitnya menyesali keputusan Devan untuk pulang ke rumahnya sendiri. Harusnya tadi dia memilih tetap tinggal di rumah mertuanya saja.

Devan membuang muka, berjalan membuka lemari pakaian, yakin kemarin meminta bantuan Clarissa untuk memenuhi kepentingan calon adik iparnya.
"Ada baju baru yang dibeli kak Claris kemarin, kamu bisa pakai" Devan berpindah duduk, berlanjut dengan smartphonenya.

Dengan resleting yang terbuka Rere berjalan mendekati lemari pakaian, tangan sebelahnya mencoba mencengkram sisi gaun agar tidak melorot. Sebelah tangannya memilah milah baju.
Matanya mendelik saat mendapati hampir semua pakaian yang terpajang di hanger hanya setelan gaun tidur tipis nerawang mirip lingiere. Wanita itu meneguk saliva. Tak yakin dengan apa yang dilihatnya saat ini.

"Gak ada baju lain ya?" Rere berbalik.

Devan yang sebelumnya fokus, mendongak, Rere menatapnya mencebik, Devan beranjak mendekat memeriksa. Tangannya bergerak lihai mengecek satu persatu baju kekurangan bahan yang tertata rapi di lemari, melempar setiap baju yang dirasa memang tidak cocok di kenakan Rere malam ini. Agak merinding mendapati banyak baju kekurangan bahan tertata rapi di lemari pakaiannya, tidak yakin baju yang seperti itu memang benar ada.

Rere semakin susah menelan ludah, matanya memandang aneh setiap baju yang Devan lempar.

"Udah kak jangan di lempar, biar aku yang nyari sendiri"

Sebagai perempuan ia malu, menyuruh Devan memeriksa baju-baju tak bermoral itu memporak porandakan lemari dan membuat mereka berantakan di lantai.

"Biar aku yang cari sendiri, kakak mending mandi duluan deh" mendorong Devan menjauh dengan susahnya. Gaun dengan resleting turun yang ia pakai menyulitkan gerakan Rere

"Kamu bisa pakai bajuku, paling tidak mereka nggak kek baju itu" matanya memperhatikan deretan baju di lantai.

Lama Rere mencari pilihannya jatuh pada guan putih dengan tali spagetti, berbahan tipis dengan belahan dada rendah dan bisa diperkirakan saat ia memakainnya gaun itu hanya memiliki panjang duapuluh centi dari lututnya. Rere mengembuskan nafas kasar. Tidak bisa berpikir lagi. Semua gaun yang coba ia bongkar hampir memiliki bahan yang sama tipis, dengan model menantang terbuka yang Rere sendiri tidak tahu bagaimana kakak ipar Devan bisa membeli semua ini.

Bunyi guyuran air terdengar hingga kamar, Rere buru-buru melepas gaun pengantinnya sebelum Devan keluar. Segera memakai gaun yang ditemukannya karena tidak mungkin dia memakai gaun ini saat berada di kamar mandi. Gaun pengantinnya terlalu susah untuk di angkat masuk kedalam kamar mandi.

Setelah berkutat cukup lama dengan keruwetan melepas gaun Rere akhirnya terbebas menghenbuskan nafas lega ia berbaring. Ingatannya kembali pada saat mereka melangsungkan pernikahan tadi pagi masih sulit untuknya tersadar jika ia sudah menikah dengan Devan.

"Udah ganti?"

Rere buru-buru bangun saat mendapati Devan sudah berdiri di depannya, mengenakan kimono mandi dengan aromo segar menguar kemana-mana.

Wanita itu mengangguk merespon.

Rere berjalan memutar, mencari sesuatu hal yang mana bisa membantunya menghapus riasan diwajahnya ia lupa jika masih memakai riasan, lelah ia mencari Rere berbalik memperhatikan Devan yang masih mengenakan kimono mandi lagi-lagi sibuk dengan smartphone nya.

Mr ArsitekWhere stories live. Discover now