Part 9

42 9 1
                                    

Danur menggenggam tangan Rasmi dan mengajaknya masuk ke rumah.

"Mama!" seru Danur saat ia dan Rasmi sampai di ruang tengah.

"Kalian sudah datang?" Mahika berjalan menghampiri Danur dan Rasmi. Ia menyambut calon menantunya itu dengan senyuman lebarnya.

"Mama nggak heran kenapa Danur memilih kamu sebagai calon istrinya. Makin hari kamu makin cantik." Mahika menggenggam tangan Rasmi. "Kita lanjut ngobrol di dapur yuk."

"Ma, masa Mama langsung mau ajak Rasmi ke dapur. Kan kita bisa ngobrol dulu," protes Danur.

"Mama minta kamu ngajak Rasmi ke sini memang untuk masak bersama. Selagi tunggu makan malam kamu bisa kerjakan apa saja yang kamu mau. Oke?! Jangan ganggu Mama dan Rasmi," ucap Mahika.

"Nggak ada yang aku lakukan. Mending aku bantuin masak saja di dapur ya," sahut Danur.

"Enggak!" sahut Mahika.

"Ya sudah kalau gitu. Papa di mana?"

"Papa kamu ada di ruang kerja. Katanya ada sesuatu yang harus Papa kerjakan. Ayo Rasmi, ikut Mama." Mahika menarik tangan Rasmi untuk mengikutinya menuju dapur.

Jantung Rasmi terasa berdetak kencang setelah tadi ia rasakan seperti terhenti sesaat saat Mahika menyebutkan kata mama.

"Ada apa?" tanya Mahika saat ia merasa langkah Rasmi yang melambat.

Rasmi menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, Tante."

"Kok manggilnya masih Tante sih? Panggil Mama seperti yang Danur lakukan." Mahika mengulas senyumannya. Ia tahu jika saat ini Rasmi pasti merasa terkejut.

"I-iya, Tante ... Mama." Rasmi menunduk karena tersipu malu.

Sampai di dapur Rasmi membantu Mahika mengeluarkan bahan makanan dari lemari pendingin.

"Menu makan malam kali ini adalah seafood. Kamu suka kan?"

"Iya, Ma."

"Kita masak kepiting kari, cumi bumbu hitam sama udang asam manis. Kepitingnya tadi sudah Mama rendam pakai air panas."

"Biar saya yang cuci cumi sama udangnya, Ma."

"Iya, Sayang."

Sesaat Rasmi kembali tersipu saat Mahika memanggilnya dengan sebutan sayang. Menurutnya Mahika adalah wanita yang sangat baik. Kebanyakan para ibu dari kalangan atas pasti akan menentang jika anaknya menjalin hubungan dengan orang dari kalangan bawah seperti dirinya ini. Namun tidak dengan yang dilakukan Mahika.

"Sudah selesai mencucinya?" Pertanyaan Mahika membuyarkan lamunan Rasmi.

"Iya, sudah."

"Kamu tahu nggak? Sejak dulu Mama ingin sekali punya anak perempuan yang bisa menemani Mama kemana pun dan melakukan beberapa hal yang menyenangkan bersama. Memasak, ke salon, belanja, jalan-jalan. Tapi seiring waktu berjalan, melihat Danur semakin tumbuh dewasa, Mama sudah nggak ingin lagi melahirkan anak perempuan karena Mama yakin suatu saat nanti Mama akan mendapatkan anak perempuan yang Danur bawa sebagai istrinya."

Rasmi tersenyum mendengar cerita Mahika. Sikap hangat Mahika membuat dirinya sangat nyaman.

***

Lesmana berpapasan dengan Deepa saat ia berjalan memasuki rumah.

"Kamu mau ke mana?"

Deepa tersenyum. "Aku mau kencan."

Lesmana terdiam. Lagi-lagi putrinya akan menemui laki-laki yang sangat tak ia harapkan menjadi menantu.

DanuRasmiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang