Part 7

53 8 0
                                    

"Kita mampir ke supermarket sebentar, Sayang."

"Untuk apa?"

Deepa tersenyum menanggapi pertanyaan kekasihnya ini. "Tentu saja kita harus belanja dulu. Kita datang mendadak, Rasmi pasti nggak punya banyak bahan makanan. Apalagi sekarang dia sudah mulai kerja. Dia pasti nggak ada waktu buat belanja," ucap Deepa.

Abiyana terkekeh mendengar ucapan Deepa. "Kalau kamu yang belanja berarti ini bukan traktiran dari mereka."

Deepa kembali tersenyum menanggapi ucapan Abiyana. Sebenarnya belanja bahan dapur bersama Abiyana adalah hal yang paling membahagiakan dalam hidupnya. Saat berbelanja dirinya selalu membayangkan akan seperti apa kelak saat ia menjadi seorang istri. Impiannya adalah menjadi seorang pengantin wanita, menjadi istri dan menjadi ibu dari anak-anak yang ia lahirkan.

"Sudah sampai." Abiyana memarkirkan mobilnya di basement.

Deepa keluar dari mobil. Ia langsung menggandeng lengan Abiyana seraya berjalan memasuki supermarket.

"Di tempat ramai seperti ini akan ada banyak perempuan yang mengincar kamu kalau kamu nggak aku kekepin kayak gini." Deepa tersenyum masam saat Abiyana menatapnya dengan tatapan ingin memprotes.

Abiyana tak bisa berkutik. Ia menghela nafasnya panjang dan hanya diam dan mengikuti keinginan kekasihnya ini agar tak menjadi masalah.

"Kenapa?" tanya Deepa ketus.

"Nggak apa-apa. Ayo masuk."

Tempat tujuan Deepa langsung ke arah rak sayuran dan daging.

"Memangnya kamu tahu Danur di rumahnya Rasmi atau enggak?" tanya Abiyana.

"Oh iya. Sayang, kamu coba hubungi Danur."

"Iya." Abiyana merogoh sakunya untuk mengambil ponselnya. Ia langsung menghubungi sahabatnya sejak kecil itu.

"Kamu di mana?" tanya Abiyana tanpa basa-basi setelah Danur mengangkat telponnya.

"Aku di rumah. Kenapa?"

"Ck. Aku sama Deepa mau ke rumah Rasmi. Kita mau nagih traktiran Rasmi yang keterima kerja," ucap Abiyana.

"Kamu tahu dari mana Rasmi sudah keterima kerja?" tanya Danur.

Abiyana terkekeh. "Dasar teman nggak perhatian. Selama ini kamu nggak pernah tahu di mana aku kerja ya?!"

"Eemm ... emangnya kamu kerja di mana?" Bukannya menjawab, Danur malah balik bertanya.

"Ya sudah. Kamu buruan datang ke rumahnya Rasmi. Sampai jumpa di sana." Abiyana langsung mematikan sambungan telponnya tanpa basa-basi lebih lama lagi.

"Sudah?" tanya Abiyana pada Deepa.

"Iya."

***

"Danur!" seru Mahika saat ia melihat putra semata wayangnya berjalan tergesa seraya mengenakan jaket.

"Iya, Ma?" Danur menghentikan langkahnya untuk menjawab panggilan mamanya.

"Kamu mau ke mana?" tanya Mahika.

"Aku mau ketemuan sama Abiyana dan Deepa," sahut Danur. Ia sengaja tak mengatakan kalau dirinya akan pergi ke rumah Rasmi.

"Ohh ... Mama kirain kamu mau ke rumahnya Rasmi," ucap Mahika.

"Memangnya kenapa, Ma?" tanya Danur.

Mahika berjala mendekati Danur. Ia mengulas senyumannya agar putranya ini tak salah sangka kepadanya. "Bukannya Mama melarang kamu untuk menemui Rasmi. Tapi kalian itu masih belum menikah. Hubungan kalian belum halal dan belum resmi. Apapun bisa terjadi. Jangan melakuka hal yang lebih beresiko. Mama tahu kalian pasangan muda yang sedang dimabuk cinta dan sedang meletup-letup gejolaknya. Tapi kalian harusnya bisa menahan sampai kalian resmi menjadi psangan suami istri. Mama hanya nggak mau cucu Mama hadir sebelum adanya pernikahan. Kamu mengerti kan maksud Mama?"

DanuRasmiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang