Prolog

708 195 672
                                    

En garde! (Waspada!)

    Socrates bilang, kehidupan yang tidak teruji adalah kehidupan yang tidak bernilai.

    Prêts? (Bersiap?)

    Albert Camus justru berpikir bahwa hidup itu absurd. Karena baginya, kehidupan pada dasarnya tidak memiliki makna dan tujuan tertentu.

    Allez! (Mulai!)

    Bagi Camus, menerima dan menjalani hidup dengan apa adanya adalah tindakan yang paling tepat saat tahu bahwa hidup itu absurd.

***

Raksa mengambil sebuah buku harian yang tersimpan rapi di dalam lemari kaca, membukanya dan sesekali meraba tekstur tulisan yang tertoreh di kertas kemuning itu.

    Tiap kali aku lagi bertanding, mereka nggak pernah dateng. Sekali pun nggak pernah. Alesannya karena sibuk ngurusin kamu.

    "Kak, maaf ...."

    Pas aku lagi beribadah di kamar, Bapak teriak nyuruh aku jagain kamu. Aku sakit hati, Sa. Beribadah pun nggak dikasih kesempatan buat tenang.

    Dan kamu tahu apa yang Bapak lakuin waktu itu? Dia lebih sibuk sama handphone-nya. Orang tua apa kayak gitu?

    Dari situ aku benci banget sama kamu. Tiap kali kamu nangis, pasti aku yang disuruh nenangin kamu. Seolah kamu rebut semua ketenangan dan kebahagiaan yang aku punya.

    "Kak, maafin Raksa ...."

    Aku jadi takut banget buat pulang, Sa. Tiap nyampe rumah, aku langsung diomelin, dimarahin, dibentak. Bersuara dikit dibilang melawan. Nggak bersuara dikira nggak ada rasa empati.

    Di balik itu semua, sebagai saudara, aku tetap ngerawat kamu sampai besar, sampai kamu berhasil menggapai apa yang kamu cita-citakan. Semoga nanti kamu nggak ngerasain apa yang aku rasain sekarang.

    By the way, makasih udah mau baca diari ini. Kalau nggak, ya udah. Biar diari ini yang jadi saksi bisu seberapa serakahnya Raksa kecil di hidupku. Orang yang pernah ngebuat aku berniat terjun bebas dari rooftop sekolah.

    Buku berjudul 'Jangan Kepo, Nanti Sakit Hati' itu kembali ia letakkan di dalam lemari kaca. Menutup rapat dan menguncinya kembali. Tanpa sadar tirta mengalir dari kelopak matanya.

    Perlahan, sepasang kaki melangkah maju, mendekati sebuah floret yang digantung rapi di sebelah lemari kaca. Pedang kesayangan kakaknya saat bermain anggar itu terlihat begitu memukau.

    Raksa meraih benda itu, memegangnya penuh hati-hati. Sebuah pedang yang membawa kemenangan berkali-kali, hingga si empunya memilih hengkang dan fokus terhadap pekerjaannya sekarang.

    "Sayangnya, cuma plantae dikotil yang punya asam traumalin, bukan animalia. Homo sapiens kayak kita butuh waktu untuk menyembuhkan luka-luka itu."

***

Begitu pun menurut Ibnu Rusyd bahwa kebahagiaan terletak pada intelektualitas untuk memahami pemahaman yang tertinggi, yaitu tentang keabadian Tuhan.

🤺 En garde! Prêts? Allez! 🤺
(Waspada! Bersiap? Mulai!)

🤺 En garde! Prêts? Allez! 🤺(Waspada! Bersiap? Mulai!)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Muda MoodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang