Tawaran yang Menggiurkan

Mulai dari awal
                                    

"Apakah Zidan juga seperti itu?" tanya Rayna ragu.

"Tidak," jawab Alden tegas. "Zidan pria yang begitu setia, hanya saja sekarang dia lagi silau dengan kesuksesannya, dia sudah lupa siapa yang menemaninya dari nol. Kamu. Tapi kamu tenang saja, dia tidak pernah bermain wanita, dia benar-benar tulus sama kamu, dia rela seperti itu demi kamu."

"Lalu kenapa kamu tidak mencontoh pribadi Zidan. Kenapa kamu tidak mencoba menetap dengan satu wanita?" tanya Rayna heran.

Alden tersenyum tipis, dia menatap ke depan, pikirannya menerawang jauh ke dalam masa lalunya.

"Dulu aku pernah mencintai satu wanita. Dia baik, sangat baik, selalu perhatian. Suatu hari aku mendapat pekerjaan di luar kota, aku jarang menemuinya, tapi kalau masalah komunikasi kami selalu lancar. Tiba saatnya aku kembali ke kota itu, aku sengaja tidak memberitahu tentang kepulanganku padanya, aku ingin memberikan kejutan padanya." Lagi-lagi Alden tersenyum, tapi jauh di dalam lubuk hatinya, dia merasa ngilu. "Ketika aku sudah sampai di rumahnya, malah aku yang dibuat terkejut. Ternyata selama ini dia berselingkuh di belakangku, dan di depan mataku sendiri aku melihat dia sedang bercinta dengan pria yang tidak aku kenal. Dari situlah aku tidak percaya dengan yang namanya cinta, karena cinta tidak akan berakhir membahagiakan."

"Itu karena kamu salah ketemu sama cewek, jangan bilang kayak gitu. Pasti suatu nanti kamu bakal ketemu sama wanita yang benar-benar setia. Harusnya kamu jadi pria yang lebih baik, bukan jadi lebih buruk. Kamu sering gonta-ganti wanita, kamu nggak takut kalau nanti anak perempuanmu digituin juga sama laki-laki?" tanya Rayna menakuti.

"Rayna, jangan menakutiku seperti itu. Aku pastikan aku akan membunuh pria itu jika berani macam-macam dengan putriku!" geram Alden.

Rayna tergelak kencang. "Nah, kalau pemikiranmu seperti itu, mulai sekarang jadilah pria yang baik."

"Aku pasti akan berubah jika aku sudah menemukan wanita yang tepat."

"Ya makanya dicari dong, kalau ngomong doang ya aku juga bisa," cibir Rayna.

"Ini juga lagi usaha kok, wanitanya sekarang lagi ada di samping aku. Dia sekarang lagi mabuk."

"Ish! Sembarangan aja, aku masih waras ya, walaupun cuma sedikit," kata Rayna tak terima.

"Omong-omong, kamu nggak jenuh jalani hubungan seperti ini, Rayna?" tanya Alden, kali ini pria itu berkata serius. "Aku merasa, kok hubungan kalian begitu membosankan, ya?"

"Ya begitulah, namanya juga pacaran dewasa."

"Memangnya pacaran ala dewasa itu seperti apa?" tanya pria itu dengan dahi berkerut. Heran saja, dia baru kali ini dengar ada macam-macam jenis pacaran. "Apa pacaran dikategorikan menjadi pacaran anak kecil, anak remaja, dan juga dewasa?" sambung pria itu lagi.

"Ya nggaklah, aneh-aneh aja pertanyaan kamu itu. Maksud aku ya beda gitu loh, kalau pacaran pada umumnya itu, kan, ya saling gombal, dikit-dikit nelepon, panggil sayang-sayangan. Ya gitu," jelas Rayna.

"Terus kalau pacaran dewasa kayak gimana?" tanya Alden penasaran.

"Pacaran orang dewasa tuh kalau pagi, siang, sampai sore itu sibuk dengan kegiatan masing-masing. Nah malamnya baru obrolin tentang keseharian. Saling curhat hari ini ngapain aja, gitu loh."

Alden menggeleng tak setuju. "Kalau menurutku ini sih ya, pacaran orang dewasa itu ya saling menyalurkan hasrat."

Rayna terdiam cukup lama, dia menatap Alden dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.

"Maksudnya?"

"Nggak mungkin kalau kamu nggak paham, Rayna. Semakin dewasa, pasti kita bakal semakin penasaran untuk main-main."

'Apa itu alasannya Zidan berubah menjauhiku? Karena selama ini aku selalu melarangnya untuk menyentuhku? Tapi dia tidak keberatan kok, dia malah janji akan menyentuhku kalau aku sudah halal menjadi miliknya,' batin Rayna.

"Begitu ya?"

"Iya, kalau pacaran seperti apa yang kamu bilang, itu hubungan rasanya hambar," jelas Alden lagi, padahal dia hanya menjawab iseng saja.

"Kalau begitu apa kamu mau mengajariku?"

"Hah? Maksud kamu?"

"Bagaimana caranya jalani hubungan dewasa?"

Sial, harusnya Alden mengambil kesempatan dalam kesempitan, kan? Apalagi saat ini dia tengah berbicara pada wanita yang sedang setengah mabuk. Akankah dia menolak tawaran wanita itu?

"Kamu mau?" tanya wanita itu, kini wajahnya sudah mendekat di depan wajah Alden.

Selamat membaca, jangan lupa berikan votenya ya, terima kasih.

Terjerat Gairah Sahabat Kekasihku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang