Disini di tempat ini aku tak punya pilihan lain selain lari.
Terus berlari lari tanpa henti.
Ku usahakan untuk bernapas pelan pelan. Aku bisa mendengar suara itu.
Suara yang selalu menuntunku ke keluar dari kegelapan ini.
Ingin ku gapai cahaya itu tetapi disaat aku mencapainya tiba tiba terjatuh.
Dan terbangun dengan terengah engah.
"Hah..hah..ha, apa itu tadi? "
'Leo, kamu tak apa apakan? Apa ada yang sakit. Jika iya beri tahu kami pasti kami akan hapus manusia yang menyakitimu. Kalau Leo tak menyukai mereka kamu juga akan tak suka!'
"Aku tak apa apa, jadi tak perlu sampai segitunya kawan."
Perlahan lahan turun dari kasur. Berjalan ke gorden yang menghalangi masuknya cahaya.
Kubuka dengan lebar dan berdiri di balkon sambil memandangi para pekerja.
Empat tahun telah berlalu, kematian kedua orang yang ku sayangi dinyatakan karna kecelakaan.
Tetapi aku mempunyai firasat bahwa itu pembunuhan bukan kecelakaan.
Sekarang di umur 14 tahun, meski aku beda satu tahun dengan Ethel yang notabenya adik sepupuku.
Terlebih lagi cerita sudah dimulai, aku tak sabar bertemu dengan nya.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Cayena aku ingin melihat pertunjukan yang kau buat.
Cayena pov
Di pagi yang cerah aku menuju ke kamar ayah ku yaitu sangat Kaisar.
"Salam kepada ayah."
"Kamu pasti sibuk, tak perlu sampai mengunjungi ku"
"Bagaimana saya bisa seperti itu? "
"Iya, kamu memang anak terpuji. Lunden bawakan itu."
Lunden kepala pelayan istana yang menjaga kondisi Kaisar agar tetap stabil.
Ayah memegang sebuah kotak yang isinya adalah surat penugasan penguasa wilayah barat yang aku minta.
Kuanbil surat itu denga hati hati agar tak terjatuh.
"Terimakasih karena anda telah menuruti permintaan saya yang bodoh ini."
"Toh ini bukan apa apa, aku yakin kau akan menggunakan dengan bermafaat.
