9~ Tidak Seperti Biasanya

Start from the beginning
                                    

"Ya lo sih, pingsan kok gak bangun-bangun!" Cibirnya yang membuat tanganku seketika menoyor kepalanya begitu saja sambil membalas cibirannya, "Namanya juga pingsan, Radelia. Sekarang siapa yang oon?"

Radelia justru nyengir gak jelas. Sahabatku ini memang aneh, dan aku sudah memakluminya.

"Jadi, kenapa bisa gak ada Joe pas gue bangun?" Tanyaku lagi.

"Tadinya, dia nungguin lo kok. Ada Nathan, Sheera, dan gue juga di UKS. Tapi, karena lo kelamaan pingsan, dia pulang duluan, ada acara keluarga gitu. Terus, Sheera juga ada les. Jadi, tersisa Nathan dan gue di UKS sampai akhirnya lo sadar."

"Sheera? Nathan?"

"Iya, Sheera sama Nathan. Mereka ngeliat lo digendong sama Joe, terus ikut ke UKS deh. Dua-duanya kayak khawatir gitu sama lo. Tapi, sejak kapan lo sama Sheera deket gitu?"

"Mungkin, karena gue deket sama Nathan, jadi kebawa deket sama dia juga kali." Jawabku sambil mengangkat bahu cuek.

"Tapi intinya, di balik cerita waktu lo pingsan, Joe dan Nathan keliatan banget khawatir sama keadaan lo." Godanya sambil mengedip-ngedipkan mata tak jelas.

"Ngapain lo ngedip-ngedipin mata gitu? Kelilipan?"

Tiba-tiba saja tangan menyebalkan Radelia menjitak kepalaku. "Sakit, Del!"

Belum sempat membalas, bel masuk pun berbunyi, membuat aku dan Radelia segera bersiap-siap memulai pelajaran.

***

Setelah bel istirahat berbunyi, aku segera meminta Radelia untuk duluan saja pergi ke kantin. Karena aku ada urusan. Ya, urusan dengan Joe. Dan Radelia mengetahuinya.

Setelah buku-buku di meja telah beres, aku segera berjalan menuju meja Joe, sebelum cowok itu pergi ke kantin bergabung dengan rekan-rekan setim basketnya, termasuk Nathan.

"Hei, Joe." Sapaku sedikit canggung. Bagaimana tidak? Ini pertama kalinya aku menyapanya seperti ini. Memang bukan Kinan yang seperti biasanya.

"H-hei." Sapanya balik dengan tatapan heran. Tentu saja dia heran. Memang, sejak kapan, sih, aku dan Joe saling menyapa seperti ini? Ya, sejak hari ini, detik ini juga.

"Mm... Joe?" Panggilku agak sedikit bingung, bagaimana caranya untuk mengucapkan terimakasih dan mengajaknya makan bersama di kantin. Itu hal yang mudah. Tapi, kenapa mendadak itu sulit sekali? Argh! Gerutuku kesal. Tapi, hanya di dalam hati.

"Ya? Ada apa?" Tanyanya balik. Oke, Kinan! Lo pasti bisa! Aku menyemangati diriku sendiri, sampai mulutku benar-benar mengucapkab sesuatu yang aku inginkan.

"Thanks ya buat kemarin. Gue udah denger cerita Radelia kok. Makasih banget ya, Joe!" Kataku dengan senyum semanis mungkin. Kulihat dia menatapku heran dengan memincingkan matanya. Mungkin ia heran dengan sikapku yang memang tak biasa.

"Mm... sebagai tanda terima kasih gue, gue akan traktir lo makan." Kataku sedikit ragu mengajaknya. Karena yang aku tahu, Joe selalu makan bersama rekan setimnya, termasuk Nathan.

"Oke." Jawabnya singkat tapi dengan senyuman yang aku pun terkejut melihatnya. Dia mempunyai senyum yang... apa ya?

Manis? Ya, seperti itu lah! Tapi, tetap saja, senyuman Nathan adalah yang paling manis dan mampu melelehkan hatiku.

***

Aku dan Joe sedang berada di meja kantin yang sama dengan Radelia. Kami pun sudah memesan makanan. Hanya nasi dan ayam goreng serta es teh yang mantap abis.

"Jadi, Joe, kapan pertandingan basket selanjutnya?" Tanya Radelia.

"Dua minggu lagi. Dan gue harap, kalian bisa dateng nanti." Jawabnya yang membuatku terdiam cukup lama. Ini hanya perasaanku saja, atau memang Joe menatapku penuh harap dengan tatapan dalam. Aku segera mengalihkan pandanganku. Jujur, aku sedikit gugup menerima tatapan seperti itu. Karena memang, aku jarang menerima tatapan seperti itu.

Tiba-tiba saja, seseorang bergabung di meja kami. "Hai, guys!" Sapanya dengan senyuman manis yang membuatku terbengong-bengong karena terkejut. Tak seperti biasanya Nathan terlihat sesemangat ini di tempat seramai ini. Karena berdasarkan kedekatanku selama ini dengan Nathan, dia termasuk tipe cowok yang agak jaim dengan keramaian. Mirip dengan aku deh pokoknya! Pe-de banget sih, lo, Kin!

"Joe? Tumben lo makan sama Kinan dan Radelia?" Tanya Nathan heran.

"Dia yang traktir gue." Jawab Joe dengan gaya kerennya sambil menunjukku. Eh, keren? Emang iya Joe keren. Tapi, tetap saja bagiku, Nathan-lah yang paling keren.

"Kinan? Lo ulang tahun apa gimana sampai traktir Joe gitu?" Tanyanya benar-benar tak percaya. Reflek dengan keseharianku bersama Nathan, aku menoyor kepalanya itu sambil terkekeh pelan. Kinan sisi Kak Lena muncul kembali. "Bukan, dodol! Ini sebagai tanda terima kasih gue buat Joe yang udah gendong gue ke UKS kemarin."

Nathan hanya ber-oh ria sambil mengangguk-anggukkan kepala.

Tak lama, bel pun berbunyi. Memaksa aku dan yang lainnya kembali ke kelas, meneruskan kegiatan belajar mengajar yang melelahkan.

"Jadi, Kin, lo bisa dateng ke pertandingan basket dua minggu lagi kan?" Tanya Joe ketika kami sampai di kelas, masih dengan tatapan yang sama seperti tadi. Tatapan penuh harap yang dalam.

"Gue usahain ya?"

"Oke." Katanya dengan senyum sumringah tercetak tepat di wajahnya. Dan ini, pertama kalinya lagi aku melihatnya senyum sebahagia itu. Benar-benar bukan Joe yang seperti biasanya. Atau, memang beginilah Joe yang sebenarnya? Hmm...

"Mikirin apa lo, Kin?" Tanya Radelia yang duduk tepat di sebelahku.

"Gue gak ngerti. Hari ini, Joe yang aneh, atau gue yang baru tahu Joe itu sebenarnya kayak gimana." Kataku dengan raut wajah berfikir.

"Kalau menurut gue, Joe yang aneh. Gue juga sadar kok, dia memang gak seperti biasanya hari ini. Terutama ke lo."

"Hah?" Tanyaku tak mengerti sambil mengernyitkan dahi bingung.

"Ya intinya, gue fikir..." kata Radelia terlihat bingung sendiri bagaimana mengatakannya.

"Dia suka sama lo." Terusnya yang membuatku membelakakan mata tak percaya. Kemudian, aku tertawa merasa lucu sendiri, "Becanda lo gak lucu sumpah, Del!"

"Ihh!!! Gue gak becanda! Lo juga sadar kan kalau Joe terlihat beda, gak seperti biasanya?" Gerutunya sebal sendiri.

"Iya sih, tapi masa iya Joe suka sama gue? Ya kali, Del!" Aku masih mengelak. Bayangkan saja, seorang Joe menyukaiku? Haha! Yang benar saja! Aku punya apa yang membuat Joe menyukaiku? Memang, dia terlihat beda. Tapi, apakah perbedaan itu memang menunjukkan perasaannya? Dan apakah itu juga berlaku bagi Nathan yang terlihat begitu semangat di tempat yang ramai seperti kantin tadi? Karena biasanya, dia tidak akan seperti itu.

Haih! Kenapa semuanya mendadak beda? Kenapa semuanya mendadak gak seperti biasanya? Ya ampun!

==============

Hai!!! Finally gue bisa update juga part ini di tengah-tengah kesibukan gue yang ya ampun! Tugas segunung! Bentar lagi juga UKK. Tanggal 28, cuy! Haduh! Pucing pala barbie! Wkwk :D

Jadi, gue mau minta kesabaran para readers untuk bersabar menunggu part selanjutnya! Eh, emang ada yang nungguin part selanjutnya? Yah, semoga aja ada. Amiinnn

Oh ya, author juga mau minta doanya semoga tugas-tugas author bisa terselesaikan dengan baik, dan author juga bisa mrngerjakan UKK dengan baik! Amiinnn! Oh ya, semoga nilai UKK nya memuaskan! Buat semuanya juga loh ya! Amiinnnn!

Bintang dan Semesta [SEGERA TERBIT]Where stories live. Discover now