02. Mulai Datang Pengganggu

193 33 12
                                    

Seorang lelaki dewasa yang mapan, tampan berpostur tubuh tegap, karisma yang memancar, memasang wajah datar serta obsidian kelam maniknya yang berkilat, menusuk tiap retina mata yang menatapnya memuja.

Ia, tak suka dijadikan pusat perhatian.

Semenjak lelaki itu menikah dengan salah satu anak bungsu kesayangan keluarga Lazuardy. Semua yang ada di diri pria itu semakin terlihat nyaris sempurna.

"Gue suka pak David deh, adem gitu vibesnya meskipun wajahnya datar. Kenapa ya? Padahal kita pertama kali lihat pak David vibesnya ceria deh, senyum terus, terus kenapa ya akhir-akhir ini masang wajah garang? Jutek? masa dia gak bahagia sih nikah sama bungsu Lazuardy?" Terdengar 1 pekerja wanita yang asik mengomentari hidupnya duduk disamping ruangan David. Entah David yang terlalu peka atau memang suara wanita itu yang terlalu keras, David reflek menolehkan dan memusatkan pandangannya pada wanita itu.

Tidak bahagia?

Dari sisi mananya ia tak bahagia bisa memiliki Jezia sebagai sosok isterinya?

David memelankan laju langkahnya, menatap 1 wanita diantara banyaknya pria yang sedang berkumpul disebelah ruangan pribadinya.
David menoleh kearah Dyana - sekertaris pribadinya yang ikut berjalan dibelakang tubuhnya seolah mengucap, 'kamu urus dia'

Jujur, ini yang David tak suka jika kantor konstruksi milik mertuanya membuka lowongan kerja untuk wanita.
Ia tidak suka jika kasusnya sudah begini, menggosipkan kehidupan atasannya untuk bahan makanan kegabutan mereka sehari-hari.

David kembali berjalan santai saat melihat Dyana mulai mendekati tempat duduk wanita beserta para pria yang entah kenapa mau saja diajak menggosip.

Mendudukkan diri didepan layar laptopnya serta menandatangani semua berkas yang harus ia acc untuk perkembangan proyek konstruksi yang akan mereka bangun.
David tiba-tiba menghela nafas saat pagi tadi Jezia jatuh sakit dirumah.
Tubuh gadis itu demam tinggi, hidungnya memerah, sepertinya cuaca yang tak menentu membuat tubuh gadis itu drop.

Pagi tadi David sudah niat diri untuk izin untuk tak masuk kantor. Tapi namanya juga Jezia, keras kepalanya membuat David terkadang dilanda pening karena mau tak mau lelaki itu harus menyanggupi keinginan istrinya.
"Mas masuk aja, aku disini sama bunda nanti ya? Mas gak boleh bolos! Aku aduin papa nih?" Ucapan bernada mengancam dari istrinya pagi tadi membuat David entah kenapa merasa gemas, sekaligus kesal karena tak bisa merawat istrinya dengan baik seperti suami-suami siaga diluar sana.

Tapi David sedikit lebihnya tau kalau istrinya berusaha tak egois atas dirinya. Istrinya tau kalau hari ini dirinya memiliki jadwal bersama klien.

Mendatangi lokasi pembangunan mall milik Anisa.

Semalam..

David sedikit terusik kala tubuhnya merasakan hangat dari tubuh seseorang yang sedang direngkuhnya.

"Mas..." Jezia memanggil, tubuhnya menggigil, suhu badannya panas tinggi membuat David sontak tersadar dari tidur nyenyak ya.

"M-mas,, peluk.." Jezia berucap dengan bibirnya yang bergetar tak karuan. David dengan sigap menarik tubuh mungil istrinya untuk ia dekap erat.

"Sayang? Aku ambilin obat ya? Kamu langsung minum ya?" Ucapan David mendapat gelengan lemah dari sang empu membuat David mengernyitkan dahinya.

"Ambilin kompres hangat mas, terus peluk.. udah.." gumamnya lemah.

"Je... Kalau gitu doang gak bakal bisa sembuh" David berucap khawatir lalu kembali berucap, "ke dokter ya? Mau?" Jezia membalas ajakan David dengan gelengan.

Lentera biru [ Saquel Di Dalam Sangkar ]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora