2.1 | TABUR DAN TUAI

Start from the beginning
                                    

"Nih, mau?" Eve menawarkan sebungkus keripik ubi pedas, diterima oleh Oliver dengan senang hati.

"Apa yang lo irikan dari hidup gue, Bintang?" tanya Oliver geram, mengunyah keripiknya dengan kesal. "Gue nggak ada pintar-pintarnya! Perlu lo tau aja, ada banyak orang yang nggak bisa gue tolong padahal gue ingin menyelamatkannya. Bisa-bisanya lo ... ah! Ingat, jangan pernah ganggu Eve, mengerti? Kelemahan gue memang Eve, tetapi kelebihan dan sisi terdalam gue juga ada di Eve."

Bintang mengangguk.

Oliver berdecak tak henti-hentinya. "Gue tahu, nggak mudah jadi lo. Apalagi buat lo bertahan sampai sejauh ini, tapi izinkan gue buat bertanya. Apa dengan membalaskan dendam bisa membuat diri lo bahagia, hm? Apa masalah lo bisa selesai?"

"Nggak," gumam Bintang, mengembus napas panjang. "Setelah gue pikir, gue yang bego. Padahal yang gue butuhkan bukan itu. Marah? Memang iya, tapi dibandingkan menyalahkan orang lain, gue harap gue bisa perbaiki diri sendiri. Pelan-pelan."

Oliver menjentikkan jari sebagai tanda menyetujui.

"Tapi, gue seakan buta." Bintang tertawa hambar. "Gue sama sekali nggak bisa berpikir jernih. Sekeliling gue seakan gelap, nggak bisa berbuat apa-apa. Bahkan bisa-bisanya gue mikir lo nggak ada masalah, Ver."

"Masalah terbesar gue mungkin memang bukan di keluarga." Oliver menatap sinis. "Tapi di sekolah ini. Ketidakpercayaan, kewaspadaan, banyak hal yang mengubah gue di sini. Gue yang hidup baik-baik saja, dan mengira sekolah ini sama baiknya, ternyata di luar ekspetasi. Gue malah pengin masuk ke sekolah biasa, tapi gimana juga gue tetap berterima kasih sama sekolah ini."

"Itu alasan kenapa ada template untuk siswa baru di sini. Tujuan kita menanyakan alasan bukan buat sekedar basa-basi, tapi memperkuat keyakinan seseorang untuk tetap bertahan di sekolah ini," ucap Eve, lalu menggeleng tidak percaya. "Tau-taunya lo datang ke sini malah buat balas dendam dengan Oliver. Bisa-bisanya."

"Buat pamer, pft!" Oliver menahan tawa. "Lo pikir gue percaya alasan konyol lo? Hm? Sandi hape lo bisa diartikan SOS, case ponsel lo jadi tanda ketika seseorang ingin berhenti tetapi harus terus melanjutkan hidup. Lo sebenarnya nggak mau pergi, Tang. Lo sadar itu?"

"Sadar," ucap Bintang. "Gue mau berdamai dengan hidup gue, tapi menerima semuanya juga nggak mudah."

"Bokap kandung lo--"

"Ya, gue tau siapa. Bahkan kedatangan gue ke sini bukan cuma buat jalani dendam gue ke lo, tapi juga buat dia," jawab Bintang malas. "Ditutupi seperti apa pun, pada akhirnya bisa ditemukan. Berkas, dokumen. Gue awalnya marah, tapi melihat kondisinya .... ah, ternyata dia jauh lebih kesulitan dibanding gue ternyata."

Eve meringis, menatap hati-hati. "Boleh gue tebak?"

Bintang mengangguk, tersenyum samar.

"Om Binar?" tebak Eve, ragu.

"Ya," gumam Bintang, tertawa pelan. "Gue nggak tahu harus senang atau sedih."

"Senang aja, etdah!" Oliver merangkul bahu itu, lalu menepuknya pelan. "Buka hidup lo yang baru, Tang. Gue, Eve, lo, bokap gue, Om Binar, kita semua pernah menyakiti seseorang, dan disakiti juga tentunya. Ah, mungkin omongan gue nggak bisa meringankan masalah lo, tapi harus diingat, gue sama Eve ada buat nolong lo, mengerti?"

Bintang memperhatikan kedua orang itu sejenak, setengah ragu. "Gue bakal merepotkan kalian."

"Tenang, gue juga bisa merepotkan lo, kok, Tang. Bantu tagih uang kas ke anak-anak kelas kita contohnya," jawab Eve, turut merangkul. "Meskipun ada kebohongan yang lo ucapkan, tapi makasih pernah temani gue waktu itu."

"Gue lagi!" Oliver tertawa terbahak. "Ingat! Gue jadi orang pertama di hidup lo yang bakal merepotkan lo. Lihat saja!"

Bintang terdiam sejenak, secepat mungkin ia mengerjapkan mata saat merasakan sesuatu yang mengganjal di sana. Secepat mungkin ia mengusap mata, tertawa pelan. "Kurang ajar lo berdua."

---

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

---

Thanks for reading! I hope you enjoy it!
Vote, komen, dan krisarnya sangat membantu!
Up : 28.11.22

Next Time, Find Me In Our World [TERBIT-COMPLETE]Where stories live. Discover now