Rintik-rintik hujan terus berjatuhan diiringi dengan kilatan cahaya putih beserta suara yang mampu membuat jantung siapa saja berdetak lebih kencang.
Angin malam terus berhembus menerpa tubuh seorang gadis yang tengah duduk di bangku halte dengan kedua tangan yang saling meremat lengan nya masing masing.
Wajah nya memucat. Kedua nafasnya terasa berat akibat dingin.
Gadis itu memejamkan matanya dengan bibir yang sedikit bergetar.
"Astaga..." suara dari seseorang membuat gadis itu langsung membuka matanya dan menoleh ke asal suara.
Ia tak memperdulikan pemuda tersebut. Ia mengubah posisi duduknya agar lebih tegap. Kedua tanganya menyilang. Matanya kembali tertutup.
"Apa kau kedinginan nona?" tanya pemuda itu saat melihat gadis itu.
"Tidak." gadis itu menyahut dengan suara serak dan pelan.
Pemuda itu melepas jaket miliknya lalu memakaikan nya pada gadis itu.
Gadis itu kembali membuka matanya menatap sosok pemuda tampan yang menatapnya dengan tatapan hangat.
"Gue gak apa apa. pake lagi jaket lo." katanya dengan posisi yang sama.
Tanpa aba aba pemuda itu meletakkan telapak tangannya di kening gadis itu. Seketika ia tertegun saat merasakan panas di kening milik gadis tersebut.
Ia kembali menarik tanganya."nona.. apa kau sakit?" tanyanya.
Gadis itu menggelengkan kepalanya."udah gue bilang gue gak apa apa..." katanya.
Pemuda itu menghela nafas. Ia tak mengerti dengan jalan pikiran gadis tersebut padahal jelas jelas ia merasakan kening gadis itu terasa sangat panas dan ia mengatakan tak apa apa?
Keduanya sama sama diam sebelum akhirnya pemuda itu kembali membuka suara."kenapa kamu bisa disini noona...? Apa kau menunggu bus?" tanya pemuda itu mencari topik.
Tak ada sahutan dari gadis itu. Pemuda itu menoleh ke arah gadis itu. Ia tersentak kala melihat gadis itu diam dengan bibir yang mengigil dan mata yang terpejam.
Pemuda itu berdiri tepat di hadapan gadis itu. Ia sedikit membukukan badanya."noona... Bangunlah... Ada apa dengan mu?" tanya nya seraya menepuk nepuk pipi gadis itu.
Tak ada sahutan dari sang gadis membuat pemuda itu semakin cemas. Ia meraih tangan gadis itu dan memeriksa denyut nadinya.
"Masih berdetak," gumam nya," astaga... nona... bangunlah... heii! bangun ada apa denganmu nona?" paniknya.
"Astaga... apa dia pingsan?" tanya pemuda itu ntah pada siapa.
Ia meraih handphone nya yang berada di saku celananya. Ia coba menyalakan handphone nya namun nihil. Handphone nya tetap tak menyala.
"Pake mati lagi... Apa dia punya handphone? Tapi tak sopan jika aku harus memeriksanya..." gumam nya dengan perasaan yang campur aduk. Panik dan cemas.
Pemuda itu berjongkok di hadapan gadis itu lalu meraih kedua telapak tangan gadis tersebut." sangat dingin."gumam nya.
Ia menggesek gesekan tangan sang gadis menggunakan kedua tangan nya. Ia berusaha untuk menghangatkan tangan sang gadis.
Cukup lama seperti itu. Ia melihat ada sebuah cahaya terang yang menuju ke arah nya.
Itu cahaya dari sebuah mobil. Mobil itu berhenti tepat di depan halte. Pintu mobil terbuka dan keluarlah sosok lelaki tampan yang menggunakan baju formal nya.
Ia menatap pemuda tadi dengan raut wajah khawatir."siapa dia? Dan ada apa denganya?" tanya lelaki itu.
"Aku tidak tau bang... Dia tiba tiba pingsan." kata pemuda itu.
"Rain, Bawa dia ke dalam mobil. Kita antar dia ke rumah sakit sekarang." kata lelaki itu.
Rain mengangguk. Ia bangkit dari duduknya. Saat ia ingin mengendong tubuh sang gadis Rain bergumam." maaf aku sudah lancang noona." lalu ia mengendong gadis itu ala bridal style.
Ia segera berjalan ke arah pintu mobil yang sudah dibuka oleh lelaki tersebut.
Ia segera menindurkan sang gadis di bangku penumpang.
"Pakaikan selimut ini padanya segera." kata lelaki itu menyerahkan selimut kepada Rain.
Rain segera menerima sodoran selimut dari lelaki itu. Tanpa basa basi lagi segaralah Rain menyelimuti tubuh gadis tersebut.
Lelaki yang sepertinya abang dari Rain tersebut segera berjalan ke arah bangku supir dan Rain segera masuk ke dalam mobil.
Rain dan abangnya duduk bersebelahan di dalam mobil dan gadis itu sudah berbaring di bangku belakang.
Abangnya Rain segera menjalankan mobilnya dengan kecepatan yang lumayan cepat.
"Motor kamu besok kita ambil. Besok kita berangkat bersama sama. Sekarang nyawa gadis itu yang harus kita selamatkan." kata abang nya Rain dengan nada formal.
Rain mengangguk."iya bang."
Sesampainya di rumah sakit cepat cepat Rain turun dari mobil dan membuka pintu dimana gadis itu berbaring.
Rain mengeluarkan tubuh gadis itu dengan perlahan. Setelah itu ia segera mengendong nya ala bridal style dan berjalan ke dalam rumah sakit.
"SUSTER!" teriak Rain menggema di dalam rumah sakit membuat beberapa pasang mata tertuju padanya.
Segeralah datang seorang suster dengan raut wajah panik nya."ada apa tuan?"tanya nya.
"Apa kau tak lihat ada seorang gadis yang pingsan? Ambil brankar dan cepat tangani dia!" suara Rain sedikit memelan namun juga meninggi ia menatap sang suster dengan tatapan kesal.
"b-baik tuan... Saya akan segera menanganinya." kata suster itu lalu berlari tidak tau kemana.
Tak lama setelah suster itu pergi suster itu kembali dengan beberapa suster lainya yang tengah mendorong sebuah brankar.
Segeralah Rain menidurkan gadis yang tak tau siapa itu di atas brankar.
Segeralah keempat suster itu membawa gadis itu ke dalam salah satu ruangan dan datanglah seorang dokter yang langsung memasuki ruangan itu.
Rain menghela nafas seraya mengusap wajahnya.
Abang nya datang dengan sedikit terburu buru. Tampaknya abangnya Rain itu baru saja memakirkan mobilnya.
"Bagaimana dengan keadaan nya?" tanya abang nya rain.
"Dia sedang di tangani bang." jawab Rain.
"Ayo duduk, kita tunggu sampai dia selesai di tangani."
Rain mengangguk. Ia mengikuti abang nya dari belakang."bang... Mama?"
"Tidak usah pikirkan wanita itu," kata abang nya Rain dengan raut wajah yang berubah datar.
"Maaf." gumam Rain yang masih dapat di dengar oleh abang nya.
Sekitaran 20 menit kemudian pintu ruangan tadi terbuka dan memperlihatkan seorang dokter.
Segeralah Rain dan bangnya berdiri dari duduknya. Rain dan abangnya berjalan ke arah sang dokter.
"Bagaimana keadaan nya dok?" tanya Rain.
Dokter itu menghela nafas."dia pingsan akibat demam tinggi dan kedinginan. Dia memiliki imun tubuh yang rendah. Itu sebabnya dia pingsan, Selebihnya tidak ada yang perlu di khawatirkan, Dia akan sembuh secepatnya, lebih baik dia menginap di sini dulu, besok jika sudah sembuh dia boleh pulang." jelas dokter itu panjang lebar.
"Terimakasih banyak dok." ucap Rain.
YOU ARE READING
Strong Man [End]
Teen Fiction[Part lengkap] "Aku mungkin memang kuat tapi kali ini aku lebih milih buat nyerah." -Rain Alaska ambrata-
![Strong Man [End]](https://img.wattpad.com/cover/327147253-64-k395494.jpg)