1. Planning a Trip

47 14 26
                                    

"Aku baik. apa maksudmu jauh dari hal berisik?"tanya si gadis dengan kebingungan. "Ah itu maksudku kita sedang berada di ujung bukit dekat dengan lereng pegunungan."

🍒

Masa Modern - 2035

"Mengapa aku bisa ada disini?! dan kenapa ada perban di kepala dan juga perutku, lalu siapa kau? Apa kau yang telah mengobatiku?"

racau si gadis yang mengeluarkan banyak pertanyaan dengan sekaligus sambil melihat keadaan sekitar, lalu memegangi dahi serta perutnya yang telah diobati. dan juga terakhir si gadis melihat pria di ambang pintu depannya sedang berdiri sambil tersenyum pada dirinya.

Pria itu tersenyum manis padanya, Wajah tampan dengan rahang yang tegas serta tinggi badannya yang gagah ditambah urat-urat dan otot-ototnya yang terlihat begitu menonjol lalu rambut hitamnya yang begitu rapi dengan setelan baju kemeja putih dan celana hitam khas orang kantoran tampak begitu sempurna jika dilihat dengan seksama.

senyuman manis yang ia miliki mampu menggetarkan hati para kaum hawa yang melihatnya. Namun, berbeda dengan gadis di depannya ini yang melihatnya dengan raut wajah bingung dan juga datar.

Dari ambang pintu pria itu berdiam diri sebentar sambil bersedekap dada dengan gerakan yang perlahan-lahan menghampiri si gadis sambil berbicara dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, tak lupa dengan senyuman manis yang ia miliki sambil mendekati tempat tidur si gadis tersebut.

"Aku akan jawab semua pertanyaanmu, tapi dengan satu syarat aku tidak bisa memberitahumu sekaligus apalagi dengan begitu tergesa-gesa, Makanlah terlebih dahulu baru sesudah itu akan aku ceritakan mengenai semua peristiwa yang terjadi padamu dan mengapa kamu ada disini? Bagaimana? Apa kamu setuju jika kita makan terlebih dahulu, hm?" ujar si pria masih sambil mempertahankan senyuman manisnya pada si gadis.

Menghela nafas kasar lantas si gadis berkata "Baiklah, Asalkan kamu janji ceritakan semua kejadian yang aku alami sampai aku bisa berada di rumah terpencil ini!" Sambil menatap mata si pria di depannya mencoba mencari kebohongan lewat netra mata indahnya yang berwana biru seperti batu safir dan lautan yang jernih.

"Baik, tapi maaf aku tidak bisa berjanji untuk hal yang lebih mendetail tentang cerita ini. Ingatanku hanya separuh dari yang jelas aku lihat dan tak terlalu mengenal orang serta lokasi kejadian yang menimpa kita berdua. Jadi akan aku ceritakan seingat yang ku bisa." Pria itu menyelesaikan obrolannya sambil berlalu lalang meninggalkan si gadis yang masih berdiam diri di tempat tidur dengan keadaan muka cengo karna tak menyangka dengan jawaban si pria.

"Hei, Kau sudah berjanji padaku! Tepati ucapanmu dasar pria BRENGSEKKK!" tukas si gadis dengan nafas memburu tidak terima dengan wajah merah padam.

Ucapan si gadis itu tanpa pikir panjang dan beban karna sudah lama ia menahan amarah yang sudah lama ia pendam selama ratusan tahun menghadapi pria di hadapannya ini sehingga di ujung ubun-ubunnya tanpa ia sadari mengepul mengeluarkan asap pertanda kekuatan yang tadinya menghilang kini telah kembali karna sebuah lonjakan energi antara komunikasi dengan si pria dan tak terasa juga ruangan kamar itu mendadak menjadi panas seketika padahal tadi udara di kamarnya biasa saja terasa sejuk.

Pokoknya bagaimana pun dia harus mendapatkan jawaban yang dia inginkan dari si pria yang berlalu lalang tadi bergerak menuju tempat lain selain kamar ini serta melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda karna ia sekarat.

Pria tadi menghentikan langkah kakinya sejenak, menolehkan wajahnya ke samping kanan sebentar, tapi tidak dengan anggota tubuhnya yang lain masih membelakangi si gadis tersebut.

"Kau tahu nona sopan santun itu penting, Belajarlah! Jangan menilai orang hanya dengan covernya saja, ingat itu! ku tunggu kau di meja makan lantai satu nona"

Unforgettable Beautiful MemoriesWhere stories live. Discover now