07 || Bang Jun Jadi Bang Toyib

112 12 4
                                    

Kupikir setelah aku bangun tidur, aku akan mendapati Bang Jun yang tertidur kelelahan di sampingku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kupikir setelah aku bangun tidur, aku akan mendapati Bang Jun yang tertidur kelelahan di sampingku. Sayangnya, pikiran itu salah. Setelah pertengkaran dengan orang tuanya yang benar-benar melepas Tamtam di jalanan, Bang Jun yang berusaha mengejar Tamtam justru kehilangan jejak kucing hitam itu. Aku tahu cerita ini dari ibu mertua saat aku mengejar Bang Jun yang tiba-tiba masuk rumah, ambil jaket, lalu keluar lagi tanpa sepatah kata pun. Kedua mertuaku hanya geleng-geleng dan mendengkus kasar melihat anak laki-lakinya mengejar kucing yang entah sudah lari ke mana.

"Maafin, Ibu, ya, Sha. Kamu pasti kecewa banget liat suamimu lebih milih kucing nggak jelas itu," ujar ibu mertua setelah menceritakan kronologisnya.

Aku yang masih sedikit puyeng karena sakit di punggung yang terbentur mulai merambat ke leher dan kepala hanya menggeleng lemah. "Nggak, Bu. Nggak apa-apa."

Apa lagi yang bisa kukatakan selain itu? Aku masih tahu diri untuk tidak mengadukan semua yang terjadi dalam rumah tanggaku dan Bang Jun. Walau niat awalnya memang ingin mengadu, tapi aku pun tak sampai hati melihat suamiku bertengkar dengan orang tuanya perkara kucing. Bisa-bisa, suamiku dipecat jadi anak kalau orang tuanya tahu apa yang terjadi di rumah selama pernikahan kami yang baru seumur jagung ini.

Awalnya, aku masih berusaha optimis dan berpikir bahwa suamiku itu akan pulang. Mana mungkin hanya demi seekor kucing, ia meninggalkan istrinya cemas sendirian di rumah. Namun, hingga aku ketiduran dan bangun lagi, belum ada tanda-tanda kepulangan suamiku. Aneh. Aku tidak percaya.

"Bang? Bang Junpei?"

Berkali-kali kupanggil, berkali-kali pula tidak ada sahutan dari yang kupanggil. Aku bolak-balik ke rumah kopi, menyusuri setiap pojokannya, kembali ke rumah, keliling ke dapur, halaman belakang yang mentok sama tembok rumah orang lain, mencari-cari alas kaki yang dipakai suamiku, tetapi nihil.

"Masa beneran nggak pulang, sih? Apa tanya Ibu aja, ya?"

Bergegas kuberlari ke kamar dan mengambil ponsel. Sebelum menghubungi ibu mertua, tentu saja aku mencoba menghubungi Bang Jun terlebih dulu. Pikiranku hampir saja melanglang buana dan men-judge kalau suamiku pergi dari rumah untuk menemui perempuan lain. Bagaimana tidak? Yang menjawab panggilan teleponnya adalah mbak-mbak operator bersuara merdu dan selalu mengatakan, "Nomor yang Anda tuju tidak dapat dihubungi. Cobalah beberapa saat lagi."

Astaga. Apa Bang Jun mau cosplay jadi Bang Toyib yang nggak pulang-pulang 3 kali puasa 3 kali lebaran?

Aku tidak punya pilihan lain selain menelepon ibu mertua sambil menyiapkan baju untuk ke kampus hari ini. Ada presentasi progres penelitian yang harus kudatangi. Beberapa kali bunyi tut-tut itu menemani telingaku, akhirnya panggilanku dijawab oleh manusia sungguhan—bukan operator.

"Halo, Sha. Ada apa pagi-pagi udah telepon?"

"Bu, maaf kalau Sasha ganggu pagi-pagi. Apa Mas Jun pulang ke rumah Ibu?" tanyaku dengan intonasi yang sedikit berhati-hati.

Pernikahanku Tak Semanis Caramel Macchiato Buatan Abang ✔On viuen les histories. Descobreix ara