626 102 3
                                    

Berapa bulan berlalu. Azumi akhirnya menetap sementara di kediaman Kamado dengan drama air mata dari Kamado bersaudara membuatnya tidak tega. Ia terlalu lemah dengan anak-anak.

"Selamat pagi, Kie-san." Sapa Azumi yang baru saja menikmati udara pagi.

"Pagi." Balas Kie sambil menatap Azumi lembut. "Habis berlatih seperti biasa, Azumi-san?"

Azumi terkejut. Bagaimana bisa Kie tahu tentang kegiatan setiap paginya?

Kie yang melihat wajah terkejut Azumi hanya tersenyum kecil dan memberikan teh hangat yang baru saja ia buat.

"Bunyi pedangmu terdengar jelas untukku, Azumi-san. Suamiku pernah melakukan hal yang sama denganmu jadi, tentu aku hafal suara berisik itu setiap subuh." Jelas Kie.

"Sejelas itu, ya?" Azumi terkekeh pelan dan menyesap teh buatan Kie tadi. "Umai."

Kie tersenyum dan mengajak Azumi untuk masuk sarapan. Anak-anaknya sering mencari Azumi memastikan agar dia tidak pergi.

"Hanako-chan, selamat pagi." Sapa Azumi melihat gadis kecil yang sedang duduk dengan mata yang masih tertutup.

Astaga dia sangat lucu.

Yang lainnya akhirnya bangun dan memulai sarapan mereka untuk memulai aktifitas sehari-hari yang akan mereka lakukan.

Matahari semakin naik. Azumi menatap Nezuko yang sedang merajut syal.

"Untuk siapa itu?" Tanya Azumi tiba-tiba membuat Nezuko kaget dan menatapnya.

"Ah, ini untuk Nee-san. Musim dingin semakin dekat dan Nee-san harus tetap hangat." Jawab Nezuko sambil tersenyum manis.

"Benarkah? Kalau begitu," Azumi merogoh kantong dan memperlihatkan sebuah jepitan rambut berwarna pink dan menjepitnya pada rambut Nezuko. "Ini hadiahku. Jaga dengan baik, ya."

Wajah Nezuko berubah senang dan segera memeluk Azumi erat. "Aku akan menjaganya dengan baik!" Ucapnya membuat Azumi terkekeh dan memeluknya erat.

Nezuko lebih dekat dengan Azumi lebih dari saudara-saudaranya yang lain dan hal itu kadang membuat masalah karena merasa bahwa Azumi hanya menyukai Nezuko dari pada mereka.

"Tapi, bagaimana jika mereka bertanya tentang ini?" Tanyanya sambil menunjuk jepitan di rambutnya.

"Tenang saja. Aku punya masing-masing hadiah untuk kalian. Tidak ada masalah, kan?" Jawab Azumi.

Nezuko tertawa pelan dan mengangguk mengiyakan.

Siang harinya, Azumi terduduk merenung pada sebuah batang pohon di samping rumah Kamado. Hatinya tidak tenang akan sesuatu dan ini, bukan firasat bagus.

"Kumohon.. bukan mereka.." Gumamnya dengan tangan sedikit gemetar.

"Nee-san!" Teriak Takeo dari bawah membuat Azumi sadar dan segera melompat turun tepat di hadapan anak itu.

"Hm? Mau menebang kayu?" Tanyanya melihat Takeo yang sedang memegang kapak.

Takeo hanya bisa mengelus dadanya sabar dan mengangguk. "Ha'i. Apa Nee-san bisa menemaniku?"

Senyum jahil Azumi muncul. "He? Bukannya kau anak pemberani dan kuat? Kenapa aku harus menemanimu?"

Wajahnya memerah. "Kaa-san.. menyuruhku agar memintamu menemanimu." Ucapnya pelan sembari menunduk.

"Kie-san yang meminta, ya? Baiklah kalau begitu. Ayo pergi, pria kuat." Canda Azumi yang dibalas cibiran kesal oleh Takeo.

.

𝐎𝐩𝐩𝐨𝐫𝐭𝐮𝐧𝐢𝐭𝐲 | 𝐊𝐢𝐦𝐞𝐭𝐬𝐮 𝐍𝐨 𝐘𝐚𝐢𝐛𝐚Where stories live. Discover now