Bang Aldi 2

237K 965 29
                                    

Aku pernah berciuman dengan mantan-mantanku sebelumnya. Benar-benar berciuman tidak lebih. Tak pernah ku bayangkan jilatan dan sentuhan jemari bang Aldi di vaginaku membuat tubuhku menggelepar tidak karuan. Rasa baru yang tidak bisa ku lukiskan dengan kata-kata tapi satu yang pasti sungguh luar biasa. Aku tak pernah merasakan perasaan ini sebelumnya.

Bagaimana lidah panasnya sangat ahli mengerjaiku. Di tengah kenikmatan yang kurasa, aku penasaran sudah berapa banyak wanita yang terpuaskan dengan lidahnya.

Aku yang merasakan kenikmatan itu hanya bisa mendesah pelan sambil meremas kepala Bang Aldi yang terlihat bergerak-gerak naik turun. Satu tangan bang Aldi juga merambat naik, meremas dada kananku yang masih tersimpan rapi di balik seragam dan bra yang aku pakai.

"Bang...." Aku merengek pelan, entah apa yang aku mau sebenarnya. Aku ingin berkata berhenti tapi sesungguhnya saat ini aku sangat menikmati ketika lidah bang Aldi terasa berputar menggoda klitorisku.

"Bang... Udah, gu-gue..." Desahku dengan nafas tersenggal-senggal ketika aku merasa ada yang akan keluar dari bawah sana. Bukannya berhenti jilatan dan gesekan jari bang Aldi malah semakin cepat. Tak lama tubuhku dibuat menggelepar ketika puncak kenikmatan yang baru pertama kali itu aku rasakan. Rasanya sungguh luar biasa.

Bang Aldi menyedot kuat lubang vaginaku yang semakin basah oleh cairan kenikmatan yang baru aku keluarkan, dijilatnya secara rakus hingga kembali bersih tak ada lagi cairan yang tersisa.

"Memek tembem. Kalo udah muncrat makin nafsuin" lagi-lagi mendengar ucapannya membuat tubuhku meremang.

Bang Aldi bangkit lalu merapatkan kembali pahaku menurunkan rok sekolahku yang sudah berkumpul di pinggang. Bang Aldi mengelus dahiku yang sudah banjir oleh keringat lalu mendaratkan sebuah kecupan singkat di atas bibirku.

"Memek kamu enak, Bel"

"Kalo mau yang lebih nanti malam jangan kunci pintu kamar kamu" setelah mengucapkan itu bang Aldi pergi begitu saja meninggalkanku yang masih terkulai lemas.

*****

Harusnya aku tak melakukan ini. Harusnya saat ini yang aku lakukan adalah mengunci rapat-rapat pintu kamarku bukannya menunggu kehadiran lelaki itu. Seakan baru tersadar apa yang aku lakukan ini sungguh berbahaya, dengan cepat aku bangkit menuju pintu untuk mengunci pintu kamarku itu.

Tapi, ternyata aku terlambat. Dadaku dibuat berdetak tak karuan ketika pintu kamarku tiba-tiba dibuka dari luar. Terlihat kepala Bang Aldi menyembul sebelum seutuhnya tubuh lelaki itu terlihat jelas oleh kedua mataku.

Aku bisa melihat seringai mesum yang tercetak dari wajah Bang Aldi.

"Keluar, bang. Tadi... Tadi gue belum sempet kunci pintunya" ucapku tergagap.

"Terlambat" bang Aldi menutup pintu kamarku, lalu menguncinya dari dalam. Kunci kamarku bang Aldi masukan ke dalam saku celananya.

Aku berjalan munduk ketika bang Aldi mendekat, mengikis jarak di antara kami. Kamarku ada di lantai dua, tidak ada celah untukku kabur. Tidak mungkinkan aku harus terjun melompati balkon.

"Stop, Bang" aku berteriak menyuruhnya berhenti mendekat, tapi yang ada dia semakin mendekat hingga kini kami sudah berdiri berhadapan di samping ranjangnku.

"Enggak akan ada yang denger sekalipun kamu teriak, Bel" ucap Bang Aldi seakan tahu apa yang ada di dalam pikiranku. Tadi, aku memang bersiap berteriak untuk meminta bantuan tapi rasanya percuma. Rumahku berjauhan dengan para tetangga. Dan, aku juga tahu kebanyakan tetanggaku orang-orang sibuk yang sangat jarang berada di rumah.

Tangan Bang Aldi terulur mengelus wajahku. Aku dengan cepat menyentak tangan itu menjauhiku.

"Please bang, gue mohon. Gue gak mau" ucapku mulai terisak. Aku duduk di samping kasur sambil menutup wajahku dengan kedua tangan.

SHORT STORY 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang