Chapter 1

13.2K 64 3
                                    

-Sella POV-

"Kamu harus menikah, Sel!" kata Dad dengan tegas.

"Tapi, aku masih kelas 2 SMA, masa iya udah disuruh nikah?" kataku membantah omongan Dad.

"Dad gak mau tau, kamu harus menikah tahun ini juga!" Dad mengatakan dengan tegas dan tidak mau dibantah.

"Aku saja belum mempunyai calon," kataku tetap membantah omongan Dad.

"Dad sudah mempunyai calon untukmu. Dad yakin dia bisa menjagamu."

"Apa? Ta ... tapi, aku masih sekolah mana bisa aku menikah." aku tercengang mendengarnya. Bisa-bisanya Dad menjodohkanku dengan pria yang kukenal namanya saja tidak.

"Kenapa memang kalau kamu masih sekolah, kan bisa kamu menikah dalam agama bukan hukum, nanti kalau umur kamu sudah cukup baru kamu ke KUA biar dicatat di catatan sipil. Dulu saja Dad menikah dengan Mommy kamu saat masih SMA," jelas Dad panjang lebar.

"Tapi kan, Dad sama Mom waktu itu sudah berpacaran saling mencintai lagi, terus nenek sama kakek juga menyetujuinya kan? Lah, kalau aku? Emang udah pasti calon mertuaku menyukaiku dan menyetujuiku untuk menjadi menantunya? Aku kenal juga enggak udah main dijodohin aja," kataku dengan mengerucutkan bibirku karena merasa kesal. Kakek dan Nenek yang kumaksud adalah dari Mommyku karena dulu memang Dad dipaksa menikah saat Dad masih kelas 2 SMA, pada saat itu juga Dad melamar Mom didepan kedua orangtua Mom, kedua orangtua Mom menyetujuinya dikarenakan mereka ingin melihat anak gadisnya itu disayangi dan dikasihi oleh pria yang dicintainya. Dan menikah sebulan setelah melamar Mom waktu itu. Tapi, itu kan dilandasi dengan cinta. Bagaimana denganku kenal namanya saja tidak.

"Mereka sudah mengenalmu, Sel. Dan mereka menyetujuinya kalau kamu menjadi menantu mereka karena kami sudah menjodohkan kalian dari dulu. Orang yang akan dijodohkan adalah anak dari sahabat Dad dan Mom waktu masih SMA. Namanya Marcel Anata Kananda. Dad rasa Marcel bisa menjagamu dengan baik. Yah ...  walaupun kayaknya kamu sangat benci dengannya karena sifat bossynya itu. Tapi, Dad yakin kamu bisa merubah sifat bossynya itu," kata Dad panjang lebar. Aku tercengang saat Dad memberi tahu anak yang akan dijodohkan olehku adalah musuhku terbesar. Marcel. Dia anaknya om Celo dan tante Mara. Marcel adalah anak yang paling bossy di sekolah maupun di rumah. Maka dari itu, aku paling malas kalau keluargaku berkumpul ke rumah Marcel karena sudah dipastikan aku akan dijadikan pembantu oleh Marcel, padahal Marcel sendiri sudah mempunyai ART, begitu pun sebaliknya saat keluarga Marcel berkumpul ke rumahku pasti anak itu menyuruhku untuk mengambilkan apa yang dia mau. Kalau kayak begitu, apanya yang menjagaku? Jadi pembantu juga iya.

"Tap--" omonganku terputus oleh suara Dad.

"Sudahlah, pokoknya kamu mau tidak mau harus menerimanya! Karena kamu masih sekolah, jadi rahasiakan pernikahanmu pada pihak sekolah maupun teman-temanmu." Dad membentaknya dan langsung meninggalkanku dan Mom yang masih diam sejak tadi mendengar keributan antara ayah dan anak itu. Ya, mau tidak mau dia harus menerima perjodohan ini. Aku tahu pasti semua orangtua sudah memilihkan pasangan yang tepat untuk anaknya, tapi bagaimana denganku? Menikah disaat umurku masih beranjak 16 tahun? Apalagi orang yang mau dijodohkan adalah musuhku sendiri. Bagaimana dengan masa depanku nanti? Harapanku pupus sudah, menikah dengan orang yang kucintai hanya sebuah mimpi yang tidak pernah tecapai olehku.

Tak terasa air mata sudah mengalir dipipiku. Aku langsung memeluk Mommy yang ada disebelahku dengan erat dan Mommy juga memelukku dengan sangat erat.

"Don't cry, baby," ucap Mom menenangkanku. Sambil mengecup dahiku dengan penuh rasa sayang.

***

-Marcel POV-

"Aku gak mau, Pa," kataku menolak perjodohan yang sudah dibuat oleh kedua orangtuaku.

"Papa hanya ingin memberikanmu yang terbaik." Papa tetap membujukku untuk menerima perjodohan tersebut.

"Itu tidak akan memberikanku yang terbaik, Pa!" kataku dengan nada naik 1 oktaf. "Aku sudah mempunyai pacar dan aku sangat mencintainya," lanjutku.

"Yasudah, ajak pacarmu menikah tahun ini. Apakah dia akan mau?" Papa bertanya.

"Akan kucoba besok," kataku dan meninggalkan Papa dan Mamaku di ruang keluarga. Tapi, baru langkah ketiga, suara Papa menghentikan langkahku.

"Kalau kamu ditolak oleh pacarmu itu, kamu harus menikah dengan Sella," kata Papa dengan tegas.

"Oke," kataku. Aku hanya menghembuskan nafas gusar.

Kenapa dia harus dijodohkan dengan Sella? Musuh terbesarku. Kenapa tidak dijodohkan dengan Selena Gomez atau Pevita Pears, yang lebih cantik dari Sella?

Entahlah aku pusing memikirkannya, lebih baik aku mempersiapkan diri untuk besok melamar Sarah yang notabenenya adalah sahabat Sella. Aku juga tidak yakin jika Sarah menerimaku. Mana mungkin dia mau menikah saat umurnya masih beranjak 16 tahun yang mau menikmati hidup bebas tanpa terikat oleh apapun?

Sudahlah lebih baik aku tidur daripada memikirkan perjodohan ini. Toh, hanya menikah saja dan nanti aku akan membuat perjanjian pada Sella.

~TBC~

The Secret AgentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang