Chapter 2

132 27 4
                                    

cover yang ini buatan sendiri. ha
kemampuan editing merosot bersama usia

.

.

.

Tangan Chanyeol bergetar selagi ia merogoh ponselnya dari saku mantel. Nada sambung monoton yang menggema di telinganya terasa menyakitkan di dalam mobil sewaan yang pengap.

Kyungsoo akhirnya menjawab panggilan sebelum nada sambung terakhir. "Apa-apaan ini?" Chanyeol langsung menyemburnya keras-keras. "Novel siapa itu? Itu bukan novelku! Aku tidak menulis itu!"

"Aku tahu. Kami sedang mengeceknya," Kyungsoo menjawab rendah, seakan-akan ia merapatkan rahangnya sambil berbicara.

"Kau tahu?" ulang Chanyeol. "Kau sudah tahu, dan kau tetap membiarkannya tetap terbit? Tarik kembali semua bukunya sekarang."

"Mustahil," sergah Kyungsoo. "Ini bukan waktu yang tepat untuk bicara. Kutelepon lagi nanti."

"Halo? Do Kyungsoo? Do Kyungsoo!" Chanyeol berseru pada ponselnya. Layar menunjukkan panggilan mereka sudah terputus. "Sialan!"

Bagaimana sekarang? Apa yang harus Chanyeol lakukan? Memamerkannya? Memamerkan cerita yang bahkan bukan miliknya? Atau Chanyeol sebaiknya menjelaskan bahwa itu bukan ceritanya? Pura-pura tidak ingin membahasnya? Aneh sekali kelihatannya, karena ia yang lebih dulu mengungkit-ungkit novel itu.

Chanyeol berharap ia bisa mati saja sekarang. Ini salahnya. Seharusnya ia tidak terhasut omongan orang-orang. Seharusnya ia tidak kembali ke dunia penulisan. Bencana seperti inilah yang terjadi pada manusia serakah sepertinya. Chanyeol takut Loey kehilangan popularitas sebagai penulis, sebagai gantinya ia akan populer sebagai pencuri tulisan orang lain.

Tulisan siapa itu sebenarnya? Dari mana tulisan itu datang? Bagaimana bisa Kyungsoo bisa menerbitkan tulisan itu di bawah namanya? Chanyeol harus menemukan penulisnya.

Tapi, itu urusan nanti. Sekarang Chanyeol harus memikirkan dulu bagaimana ia meloloskan diri dari situasi ini.

Chanyeol melirik novel yang tergeletak di kursi penumpang di sebelahnya. Tangannya menyambar novel itu dan membuka halamannya. Ia mulai membaca cepat-cepat. Chanyeol tidak perlu tahu semua, hanya gambaran kasar ceritanya sudah cukup.

Untuk saat ini, ia akan berpura-pura bahwa itu adalah tulisannya. Ini tidak sulit.


***


Baru satu hari sejak novel Loey terbit, jadi Danbi belum menemukan ulasan atau apapun di internet tentang buku itu yang bisa mengonfirmasi ketakutannya: bahwa karya yang dicintainya mungkin telah dicuri.

Tapi, untuk apa? Loey sudah punya nama sebagai penulis. Genre yang mereka tekuni pun berbeda. Tidak ada alasan bagi merkea mengambil karyanya diam-diam.

Danbi membuka blognya. Masih sepi di sana, seperti biasa. Jemarinya bergerak-gerak ragu di atas keyboard laptop beberapa saat sebelum ia memutuskan untuk mengetik.

Apa ada di antara kalian yang sudah membaca novel baru Loey? Aku merasa aneh. Ceritanya sama persis dengan naskah yang kukirimkan ke Penerbit River... Apa ini hanya kebetulan?

Danbi memutuskan untuk mengirim email keduanya ke penerbit. Ia menghabiskan waktu sampai dini hari untuk menghapus dan mengetik badan emailnya, berusaha menyampaikan pikirannya tanpa bermaksud menuduh atau menuntut sesuatu. Ia hanya ingin meminta kejelasan atas apa yang terjadi. Danbi juga melampirkan tangkapan layar dari blognya sebagai bukti bahwa ia benar-benar menulis cerita itu dan sudah mengunggahnya jauh sebelum ia mengirim naskah itu.

Pretty GhostwriterWhere stories live. Discover now