Kesetiaan

877 37 0
                                    

Setelah beberapa hari sadar dan kondisinya semakin membaik, Dewa dipindahkan ke ruang rawat inap. Tubuhnya terlihat lebih segar namun tak dapat bergerak, apalagi kaki yang terlanjur patah.

Beberapa bagian tubuhnya kaku dan setiap hari mendapatkan terapi agar kembali normal berfungsi.

Laki-laki itu hanya bisa pasrah selama menjalani proses penyembuhan. Kadang di saat malam dia merintih kesakitan dan tak seorang pun yang tahu karena sudah tertidur lelap. Namun dia ikhlas menerima takdir. Ada banyak orang-orang terkasih yang menginginkan kesembuhannya. Itu yang membuat semangatnya tetap hidup.

Seperti pagi ini, ketika matanya terbuka, tampak sosok sang istri yang setia mendampingi.

"Mas, mau makan apa? Buah?" tanya Dara saat melihat suaminya terbangun.

Semenjak Dewa dipindahkan ke kamar perawatan, Dara memilih untuk menginap di rumah sakit dan mengurus suaminya bersama ibu mertua. Bergantian, dengan Arya sebagai supir yang mengantar jemput mereka disela kesibukan. Begitu juga Riri, sahabat sejati yang selalu mendampingi.

Orang tuanya sendiri diminta untuk mengurus Ciara. Anak itu lebih dekat dengan Ibu dan Bapaknya daripada bersama orang tua Dewa. Mungkin karena dulu sering dibawa oleh mendiang Laura datang ke rumah.

Dewa menggeleng.

"Bubur?"

"Ya." Dewa menganguk. Lengkungan tipis di sudut bibirnya tercetak saat melihat wajah sang istri.

Dara mengambilkan semangkuk bubur yang tadi pagi diantarkan oleh petugas katering rumah sakit. Subuh hari dia sudah terjaga dan menungu sang suami terbangun.

Tangan mungil itu dengan cekatan mengambil sendok dan mulai menyuapkan sedikit demi sedikit. Dewa membuka mulut dan menikmati sarapan pagi ini.

"Cia ...." katanya bertanya.

"Masih di rumah sama Ibu. Nanti dibawa kesini. Kan libur," kata Dara sambil mengaduk bubur dan kembali menyuapkan dengan pelan.

Lelaki mengangkat tangan kemudian menyentuh wajah istrinya sekilas.

"Jangan banyak gerak. Biar cepat pulih," kata Dara dengan senyum manis. Padahal dalam hati sedih melihat kondisi fisik suaminya.

Dewa yang semula tampan, kini berubah dengan beberapa bekas luka dan hidung yang patah. Dara selalu saja mengalihkan pembicaraan jika suaminya bertanya akan hal itu. Mungkin dia menyadari bahwa ada yang tak beres dari wajahnya.

"Ayo makan lagi." Dara melanjutkan suapan hingga setengah mangkuk habis dimakan oleh Dewa.

"Mas, ini obatnya. Bisa minum?"

Lelaki itu mengangguk. Dengan sabar Dara menuntunnya meneguk air agar tak tersedak.

"Mas istirahat dulu. Aku mau bersih-bersih."

Dara meletakkan gelas di meja dan segera berdiri. Tiba-tiba saja dia merasakan ada cairan yang keluar dari bagian bawah tubuhnya.

Dengan cepat dia berjalan menuju kamar mandi dan melihatnya. Lalu merasa lega karena hanya sedikit cairan yang keluar. Mungkin penyebabnya karena dia kelelahan. Tidak mungkin juga akan lahiran sekarang karena kandungannya baru memasuki usia 7 bulan.

Wanita itu membersihkan diri dan berganti pakaian. Mama mertuanya sedang pulang ke rumah dan beristirahat. Sementara ibunya dan Ciara juga belum datang sampai sekarang.

"Ra!" Pintu kamar mandi diketuk.

Dara keluar dan mendapati sang ibu berdiri di baliknya.

"Kapan datang, Bu?"

Pengantin PenggantiWhere stories live. Discover now