Positif

1.3K 60 0
                                    

Bunyi muntahan terdengar dari kamar mandi. Dewa yang terlelap langsung membuka mata dan duduk bersandar di head board ranjang. Hari masih gelap dan dia masih mengantuk. Nyawanya masih setengah terkumpul dengan kesadaran yang belum sepenuhnya pulih.

Dia berjalan menuju kamar mandi saat suara muntahan terdengar lagi. Begitu pintunya terbuka, tampaklah Dara sedang mengeluarkan seluruh isi perutnya. Satu tangan istrinya berpengangan di pinggiran wastafel dengan keran air yang mengucur deras.

Refleks dia membantu memijat tengkuk dan bahu istrinya. Dara sendiri terlihat lemah dengan wajah pucat dan napas yang tidak teratur.

"Kamu kenapa?"

"Gak tau. Bangun tidur perut aku kembung terus mual banget," jawab wanita itu sambil memijat dahi yang berdenyut sejak tadi.

"Cuci muka dulu biar seger. Aku bikinkan teh hangat," kata Dewa mengambilkan handuk kecil untuk istrinya.

Dara mengambil handuk itu dan membasuh mukanya. Rasa mual itu sejak tadi belum juga hilang.

Setelah selesai, dia berjalan pelan ke kamar dan berbaring di ranjang. Pelan memejamkan mata. Kepalanya sama sekali tidak mau berkompromi, berdenyut terus sejak tadi.

Dewa masuk ke kamar dengan membawa sebuah nampan berisikan teh dan roti. Sepertinya dia akan terlambat berangkat kerja hari ini, padahal kerjaan sedang banyak-banyaknya. Kalau Dara sakit begini, dia mana tega.

"Air putih," pinta Dara.

Dewa mengambilkan segelas air dan membantu istrinya minum.

Dara meneguknya sedikit, namun perutnya kembali mual. Wanita itu berlari ke kamar mandi dan mengeluarkan isi perut. Kosong, hanya cairan lambung dan terasa pahit.

Dewa mengikutinya dari belakang. Entah sakit apa istrinya sampai begini. Sepertinya harus dibawa ke dokter.

"Kamu gak apa-apa?"

"Mual banget, Mas. "

"Kita ke dokter, ya," bujuk Dewa.

Dara menggeleng. Berjalan saja tubuhnya lemas, mana mungkin ikut antrean di rumah sakit.

"Kalau kayak gini aku beneran khawatir." Lelaki itu memijat bahu istrinya. Sekalipun itu tak banyak membantu, paling tidak memberikan sedikit rasa nyaman.

"Aku lemes. Pusing."

Mendengar itu, Dewa langsung memapah Dara menuju ke ranjang. Lalu memotongkan roti menjadi bagian yang lebih kecil kemudian menyuapkan istrinya.

Dara mengunyah dengan pelan, masih mual tapi masih bisa menerima. Tak terasa akhirnya sepotong roti habis.

"Mau cobain minum tehnya?" tanya Dewa.

Wanita itu menggangguk dan meneguk dengan pelan. Untunglah minuman ini bisa diterima, mungkin karena hangat sehingga perutnya terasa nyaman.

Lelaki itu menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuh istrinya. Lalu memijat kepala Dara dengan pelan. Tak lama mata wanita itu terpejam.

Setelah memastikan istrinya tertidur pulas, dia berjalan ke kamar mandi dan bersiap-siap untuk berangkat kerja. Lalu Dewa mengambil ponsel dan menelepon ibu mertuanya.

"Asalamualaikum, Ibu."

"Waalaikumsalam, Dewa. Ada apa, Nak?"

"Dara sakit, Ibu. Saya mau berangkat kerja sama antar Cia. Ibu bisa kesini?"

"Ya ampun, Dara sakit apa?"

"Gak tau, Bu. Mual-mual dari tadi. Saya juga bingung," jelasnya.

"Bisa jadi kecapean. Dari dulu begitu."

Pengantin PenggantiWhere stories live. Discover now