"Ada apa?" ucap Ariana yang merasa diperhatikan.

"Terima kasih karena kau sudah memperhatikan," ungkap Tae Yong dengan seulas senyum tipis dari bilah bibirnya.

Ariana menjadi termenung sesaat. Rasanya baru kali ini ada yang bilang bahwa ia telah berbuat perhatian. "Jadi begini rasanya?" gumamnya.

"Waee?" Tae Yong menjadi heran.

"Ah, tidak." Ariana menundukkan wajah seraya memegangi tengkuk lehernya untuk mengalihkan rasa canggung.

Jo Tae Yong mulai mendekat dan mendaratkan satu kecupan pada pucuk kepala Ariana hingga si empu memandang tajam penuh dengan pertanyaan. Pria itu mengukir senyuman seraya menundukkan wajah dan melangkah lebih dulu meninggalkan Ariana di dalam ruangan.

Entah apa yang harus Ariana ungkapkan saat itu, perasaannya campur aduk. Ingin menolak, tetapi jujur saja ia sama sekali tidak merasa keberatan oleh perlakukan Jo Tae Yong barusan. Ia mengerjapkan mata berharap bahwa semuanya akan tetap terkendali. Ia tidak boleh goyah. Demi cintanya pada Jeong Jimin. Bibirnya mengatup rapat. Kedua tangan mencengkeram hand bag. Berusaha menahan rasa rindu dan kecewa yang datang secara bersamaan. Matanya kembali terpejam seakan bayangan Jimin sedang datang menjamahnya.

"Ari."

Ariana terkesiap dalam lamunan ketika mendengar namanya dipanggil.

"Sedang apa kau di sini? Aku menunggumu dari tadi di empat parkir," kata Tae Yong sedikit heran.

Ariana mengendalikan diri kemudian berjalan menuju mobil yang terparkir. Namun, langkahnya mendadak terhenti karena dadanya mendadak terasa sedikit sesak.

"Nona Go." Jo Tae Yong menyadari hal tersebut dan bergegas menghampiri. Sedangkan Ariana kini hanya bisa memegangi dadanya yang mulai sesak dengan wajah tak nyaman, pun dengan kedua irisnya yang tampak berkaca.

"Ada apa denganmu, Ari?" Tae Yong tampak khawatir.

"Aku sangat merindukannya," pungkas Ariana. Tae Yong mengernyitkan kening, sedikit tidak paham. Namun, tak selang lama ia mulai mengerti apa yang dimaksudkan oleh Ariana. Jeong Jimin.

"Apa kau ingin menemuinya?" ia menawarkan diri untuk mengantarnya ke kantor Jeong Jimin.

Tanpa membuang waktu. Tae Yong mengantarnya ke tempat tujuan.

"Ari, kau pergilah! Temui kekasihmu itu, aku akan menunggumu di sini," ujar Jo Tae Yong setelah keduanya sampai di tempat tujuan, kantor Jeong Jimin. "Aku akan menunggu di kafe," imbuh Tae Yong.

Ariana tidak merespons apa pun. Ia malah ikut ke dalam kafe dan memesan minuman. Jo Tae Yong mulanya hanya berdiam diri mencoba mencerna apa yang sebenarnya diinginkan oleh perempuan tersebut. Namun, ia seakan acuh. Tae Yong hanya membawakan minuman yang Ariana pesan barusan. Wanita itu memang terlalu rumit untuk bisa ia pahami, tetapi meski demikian ia ingin berusaha untuk bisa tahu lebih banyak tentang Ariana.

Ariana dan Jo Tae Yong tidak tahu kalau di dalam kafe itu ada Jeong Jimin beserta beberapa staf kantornya. Sepertinya mereka memang sedang berkumpul untuk membicarakan pekerjaan atau sekadar minum santai? Entahlah.

Jeong Jimin yang mulanya sedang fokus, kini teralihkan oleh kehadiran Ariana bersama Jo Tae Yong. Pandangannya semakin menajam pada keduanya.

"Sebaiknya kita pergi dari sini," ujar Jimin pada staf kantornya.

Ariana yang menyadari hal tersebut akhirnya bergegas untuk menghadang Jeong Jimin sampai pria itu kesulitan untuk melanjutkan langkah.

"Ari, sedang apa kau di sini? Mengapa kau menghalangi jalanku?" tanya Jeong Jimin menjadi heran.

LDRWhere stories live. Discover now