Baik masing-masing dari mereka tau mengapa. Semua terlihat baik. Ya hanya satu alasan itu. Jika semua terlihat baik mengapa harus memperkeruhnya? Di sisi lain, rasa ketidakpuasan itu menyesakan hati. Ketidakpuasan atas segala hal yang turut andil dalam konflik batin ini.
Terkadang dirinya menyalahkan dirinya sendiri,. Mungkin salahnya,. Yang terlalu naif,. Mungkin salahnya yang terlalu lama,. Mungkin salahnya yang terlalu cuek,.. Mungkin salahnya yang masih belum bisa memutuskan segala sesuatu nya sendiri,.. Sehingga 'pihak lain' mungkin merasa melakukan segalanya sendirian...
Sehingga sampailah mereka pada suatu keputusan bersama yang,. Pemuda manis itu setuju melakukannya karena ia percaya itu yang terbaik,. 'Lowkey..' Ia percaya pada orang itu.. Namun ternyata,.. selama prosesnya, itu tidak mudah. Ia hanya jujur menjawab bagaimana perasaannya,.. Tapi pandangan orang lain, terutama toxic people itu berbeda..
Semua kemungkinan negatif melintas di kepalanya... Segala hal yang menurut nya menjadi sisi buruknya... Ia akui ia tak romantis,. Keras kepala,. Cuek... Tapi dibalik itu semua ia hanya tak tau bagaimana cara melakukannya... Mengungkapkannya... Tidak bermaksud mengacuhkan 'pihak lain', ia menyayanginya...
Pemuda menghela nafas panjang lagi. Ruangan itu benar-benar mulai meredup karena hari semakin malam. Masih belum memiliki niat untuk berdiri sekedar menyalakan lampu. Ia termenung sendirian di kegelapan, hingga sesuatu menyadarkan,.
Pemuda itu melongok ke bawah. Ada Hazard yang mengeong pelan sambil melakukan head butt pada kakinya. Seolah berkata, 'Jangan seperti ini, pergi dan nyalakan lampunya'. Pemuda itu tersenyum tipis. Walau bisa melihat dalam kegelapan, tapi kucing itu tahu jika ada sesuatu yang salah dengan tuannya. Mencoba untuk menghiburnya atau setidaknya melakukan sesuatu yang harus di lakukan.
Akhirnya pemuda itu bangkit juga. Dengan gontai menyalakan saklar yang ada di dinding ruangan. Begitu lampu itu menyala, matanya otomatis menutup karena ulap cahaya yang tiba-tiba. Kontras memasuki mata karena sebelumnya mata itu membiasakan diri dalam kegelapan.
Pemuda manis itu mengangkat Hazard. Membawanya ke dalam pelukannya. Mengelus bulunya yang halus. Berbeda dengan biasanya, kucing putih itu tidak memasang wajah yang jutek. Mata besarmya hanya memandang 'pho' nya dalam-dalam, seolah memberi semangat.
"Mungkin... Pho terlalu cuek ya Luk,.. terlalu lama..."
"Meow?"
"Setiap harinya ada hal datang,.. Kami.. sama sama memendamnya, bukankah begitu Luk? Kau juga merasa begitu? Mood yg berubah-ubah,. Drama..."
"Meowww"
"Pho hanya merasa,.. Kami harusnya lebih terbuka lagi ya Luk?" Hazard tak bersuara. Dilihat nya ada air yang turun dari pipi itu, buru-buru disekanya dengan tangan.
"Pho yang cuek dan pemalu, kadang bingung bagaimana harus romantis dengannya. Pho Tau cemburunya besar,. Saat Pho bekerja dengan orang baru, dengan lawan main pho, sikapnya di depan pho masih sama seperti biasa. Dia berusah untuk toleran, Tapi pho tau bahwa mungkin dirinya juga memendam rasa tidak suka. Hanya saja karena menghormati keputusan Pho dirinya menjadi seperti itu. Dia menghormati lingkungan Pho. Dia juga menginginkan pho lebih ekspresif lagi saat ia bekerja dengan yang lainnya, tapi mungkin saat itu pho terlalu pasif. Walau sikapnya masih sama,. Tapi pho bisa melihat ada sesuatu yang ingin disampaikannya.. kami ini sangat berbeda ya Luk?"
Hazard bermain di dada Gulf.
"Terkadang,. Pho menjadi seperti dia dan dia yg menjadi seperti diri Pho. Dulu dia yang agresif dan pho yanh pasif. Namun, Ketika Pho menggebu-gebu dengan hubungan kami,. Dia yang malah berusaha untuk se lowkey mungkin,. Kami belum punya cukup waktu untuk membicarakan dari mana dan sejak kapan semua menjadi seperti ini.. Ah,. Ini benar-benar membingungkan ya Luk?"
أنت تقرأ
The Vibes
عاطفيةIni hanyalah sebuah kisah,.. tentang dua anak manusia dengan atmosfer begitu nyata... Disclaimer : Insyallah fiksi, tapi kalau kejadian ya maklum :v Aulia1299 proudly present : - The Vibes ; Mewgulf -
SS2 Chapter 8 : Wait Me Back!
ابدأ من البداية
