ꕤ 03 : Datang Kembali

123 40 4
                                    

  
 

Jungkook mendorong keranjang besar berisi banyak labu untuk dimasukkan ke dalam ruang penyimpanan. Di rumah neneknya memang ada ruang penyimpanan khusus yang menyimpan hasil perkebunan karena neneknya memiliki banyak ladang perkebunan dan menghasilkan uang dari hasil panennya. Senyuman lebar terukir di bibirnya saat menatap neneknya yang sedang memetik tomat untuk ia panen, bagi Jungkook sosok neneknya merupakan rumah terbaiknya. Wanita tua itu adalah sandaran hidup terindah sekaligus guru terbaik yang diberikan Tuhan untuknya.

Jungkook bahagia hidup berdua dengan neneknya dengan hidup yang sederhana, dia sangat amat bersyukur bisa merasakan kehangatan dan kasih sayang besar yang diberikan neneknya. Neneknya telah banyak berjuang untuknya, dia merupakan pahlawan terbaik di hidupnya. Jungkook sadar di hidupnya hingga saat ini ia selalu merepotkan neneknya karena penyakit yang sudah ia derita sejak lahir. Untuk tetap bisa bertahan hidup Jungkook harus mengecek kesehatannya secara rutin serta menjalani pengobatan yang tidak bisa ia hentikan agar tubuhnya bisa diajak beraktivitas normal.


“Kau lelah?” Neneknya bertanya seraya berjalan menghampirinya.

Jungkook menggelengkan kepalanya, “Tidak, ini menyenangkan.” Jungkook berujar santai yang langsung dibalas dengusan kecil oleh neneknya.

“Selalu saja begitu. Aku itu bertanya kau lelah atau tidak, bukan menyenangkan atau tidak!” Neneknya mendesis kesal.

Jungkook tertawa kecil. “Tidak, Nek. Aku tidak lelah sama sekali, mungkin karena ini terasa menyenangkan makanya aku tidak merasa lelah sama sekali.” Jungkook bertutur dengan lembut.

“Besok kau sudah harus kembali ke sana, hari ini istirahatlah lebih cepat.” Neneknya memberi titah padanya.

“Baik.” Jungkook menganggukkan kepalanya. Besok memang jadwalnya kembali ke rumah sakit untuk menjalani pengobatan.

“Awas saja kalau kau main-main lagi.” Neneknya memperingatinya dengan tatapan sengit. Ia tentu saja sudah hafal di luar kepala bagaimana tingkah nakal dan pembangkang cucunya.

“Tidak akan.” Jungkook terkekeh kecil lalu melangkahkan kakinya pergi menuju kamar. Pemuda itu sudah merasa puas bisa menghabiskan waktu bersama neneknya dan melakukan kegiatan yang dia inginkan selama beberapa hari ini sebelum ia kembali ke rumah sakit.



ꕤ—ꕤ—ꕤ


Dahyun mengerutkan keningnya saat melihat Yuna menghentikan langkah kakinya seraya merogoh isi tasnya. Adiknya tampak kebingungan mencari sesuatu di dalam tasnya, guratan panik juga sedikit terlihat di raut wajahnya. Helaan napas panjang pun keluar dari mulut Dahyun.


“Apa yang sedang kau cari?” tanya Dahyun pada adiknya itu.

“Sebentar, sepertinya ponselku tertinggal. Kakak menunggu sendiri tidak apa-apa, kan?” tanya Yuna seraya menaikkan sebelah alisnya.

“Tidak apa-apa.” Dahyun menjawab sambil mengangguk pelan.

“Aku akan kembali secepatnya.”

Yuna pun beranjak pergi kembali ke kamarnya untuk mengambil ponselnya. Dahyun sendiri memilih untuk duduk sambil menunggu gilirannya masuk ke dalam ruangan sang dokter. Dia memang sudah memiliki janji temu hari ini untuk membicarakan kondisi kesehatannya.

Dahyun menundukkan kepalanya seraya memainkan jari-jari tangannya sambil menunggu Yuna kembali menemaninya. Merasa lehernya terasa sedikit nyeri, Dahyun pun mendongakkan kepalanya lalu mengedarkan pandangannya untuk menatap sekelilingnya. Namun gadis itu langsung dibuat tertegun sesaat karena matanya berhasil menatap satu sosok yang sudah tidak asing lagi baginya.

5 Days With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang