Bab 12

1.4K 45 0
                                    


Nathan merenung sambil membawa mobilnya berjalan pelan di dekat sungai Han, siang tadi termasuk hal paling melelahkan dalam hidupnya, dia merasa sangat lelah setelah menghadapi rapat dengan pemegang saham, semua yang hadir murka saat mengetahui apa yang dia lakukan, semuanya merasa khawatir jika saham milik mereka akan anjlok di pasaran, pendiri Wol Entertaiment juga sama berangnya, suasana tadi siang memang sangat ricuh, kepala Nathan terasa pusing, dia menatap nanar ke arah di hadapannya sambil mengingat jalan keluar yang diajukan oleh Managernya.

Meskipun tidak semuanya setuju, tapi setidaknya 80% menyetujui usulan tersebut, mereka setuju jika pihak agensi akan mengadakan konfrensi pers dan memngkonfirmasi tentang pernikahan dirinya. Mereka sudah setuju dengan berita acara bahwa dirinya sudah bertunangan dengan Kirana sejak lama, dan saat ini orang tuanya sudah memintanya untuk menikah.

Setidaknya jalan keluar itu dirasa cukup untuk dijadikan alibi, selama prosesnya dilakukan dengan sangat rapi.
Saat Nathan tengah sibuk dengan isi kepalanya, tanpa sengaja dia melihat Kirana, setelah beberapa kali berusaha menjernihkan penglihatan, sosok yang ada di pinggir jalan memang benar gadis itu.

Nathan segera menghentikan mobil, dia beranjak keluar dan menghampiri Kirana, gadis itu tampak terkejut saat melihat dirinya. Namun Nathan tidak bisa membuang waktu, dia segera mengajak gadis itu untuk pergi bersamanya, meski awalnya terlihat enggan, tapi pada akhirnya Kirana menurut. Masuk ke dalam mobil dan ikut bersamanya, di sinilah mereka saat ini, tengah berjalan melewati pintu masuk apartemen milik Natha.

Sesampainya di dalam Nathan meminta Kirana untuk duduk di sofa, posisi mereka saat ini sudah berhadapan, lalu Nathan mececarnya dengan berbagai pertanyaan seputar masalah ponselnya yang tidak dapat dihubungi, Nathan merasa sangat perduli dengan kesehatan gadis itu serta bayi yang ada dalam perutnya. Sekalipun saat ini Kirana tampak jauh lebih sehat, namun tetap saja Nathan merasa dirinya selalu khawatir.

Setelah mendengar penjelasan Kirana, akhirnya Nathan mengutarakan maksudnya, dia mengajak gadis itu ke sini untuk memberitahunya bahwa Nathan akan segera menikahinya dalam waktu dekat. Ekspresi Kirana berubah menjadi antara percaya dan tidak percaya, Kirana takut jika Nathan ternyata memiliki rencana lain untuk hidupnya, Kirana mengutarakan rasa khawatir akan karir dan masa depan Nathan, dan hal tersebut membuat Nathan merasa semakin menjadi manusia paling brengsek di dunia.

Gadis bodoh macam apa yang mengkhawatirkan pria yang sudah menghancurkan masa depannya? Perkataan Kirana membuat hati Nathan terasa sakit, gadis itu masih menyimpan perhatian untuknya setelah apa yang Nathan lakukan, Nathan merasa berunrung saat dia bertanya tentang berita di televisi, dan Kirana menjawab dia tidak sempat untuk menontonnya, Natham bisa memastikan bahwa berita di rumah sakit saat Kirana pingsan, tidak akan pernah sampai ke telinga gadis itu sendiri.

Nathan seketika tertegun, dia mengeraskan rahang saat melihat kilau berlian memantul dari jari tangannya. Saat ini ingin rasanya dia memukul seseorang hingga tidak bernyawa lagi. Gadis itu sudah memakai cincin yang sebelumnya tidak pernah dia lihat. Ekspresi wajah Kirana terlihat takut, namun saat ini dia memberanikan diri untuk mendongak, Kirana menutupi benda tersebut dengan tangannya yang lain, dan hal tersebut malah membuat Nathan menarik paksa tangan Kirana dalam sekali hentak.

"Katakan padaku apa kau menerima lamarannya?! Apa kau berniat akan menikah dengan orang lain?!" Nada suara pria itu sedikit meninggi dan terdengar berat, Nathan sengaja menatap Kirana dengan pandangan sangat marah, sekuat tenaga dua berusaha menahan desakan emosi yang mulai membara, namun dia tidak tahan jika harus membiarkan semua itu terjadi, Kirana harus menikah dengannya, dan Nathan juga tidak akan pernah hidup tenang jika melihat gadis itu bersama dengan pria lain.

Kirana menundukkan wajah tanpa menjawab, hanya bahunya yang sesekali terlihat bergetar. Hal tersebut sontak membuat Nathan terkesiap, dia segera menyumpahi diri sendiri karena sudah membuat gadis itu menangis. Tanpa Nathan sadari, dia sudah membawa tubuh Kirana kedalam pelukannya, mengusap punggung gadis itu dengan setulus yang dia mampu, seumur hidup Nathan tidak bisa jika harus melihat seorang wanita menangis.

"Maaf, aku hanya tidak dapat membayangkan jika kau dan bayi itu akan hidup bersama orang lain. Aku akan menikahimu secepatnya, aku mohon kembalikan cincin itu padanya," Nathan merasakan tubuh Kirana menegang, perlahan dia berusaha untuk melepaskan diri.

"Nathan-ssi, apa kau sudah bertemu dengan Aidan Oppa? Bagaimana kau tahu bahwa cincin ini dari seseorang?" Kirana bertanya seraya mengusap air mata menggunakan punggung tangannya. Mata segelap malam itu terlihay berkilat saat menanti jawaban, Nathan hanya tersenyum kecut menyadari bahwa hal tersebut luput dari perbincangan.

Emosi telah terlebih dulu menguasainya, sementara dia belum sempat menceritakan perihal pertemuannya dengan Aidan.

"Aku sudah bertemu dengannya, aku harap kau tidak menerima lamaran pria itu," Nathan berkata dengan hati-hati, dia tidak ingin membuat Kirana kembali menangis, "Namun aku tidak bisa memaksakan kehendak jika kau tidak ingin hidup bersamaku, meskipun begitu, aku  ingin kau tahu bahwa aku akan tetap mempertahankanmu dan dia—bayi—untuk bisa hidup dengan baik bersamaku."

Nathan menghela nafas sebelum melanjutkan perkataannya, sementara Kirana masih berusaha mencerna semuanya, mungkin Nathan terlalu bernafsu dalam mengungkapkan sesuatu. "Kiran-ssi, aku ingin kau menikah denganku. Aku butuh persetujuanmu karena itu adalah salah satu kunci agar konfrensi pers dapat digelar, jika kau setuju maka aku ingin segera bertemu dengan keluargamu secara langsung."

Untuk beberapa saat Kirana hanya mengerjap cepat, tenggorokannya bergerak saat dia menelan saliva, terlihat jelas bahwa gadis itu sedang berusaha melawan kegugupan yang tengah melandanya.

"Mungkin ini bukan lamaran romantis yang penuh dengan bunga dan sebagainya, tapi aku berkata tulus ingin melindungimu. Meski aku tidak dapat menjajikan bintang untuk kau genggam, aku akan berusaha untuk menjadi Suami dan Ayah yang baik," Nathan berkata dengan penuh tekad.

Jantungnya bertalu dengan kecepatan luar biasa saat dia menunggu jawaban dari Kirana, Nathan melihat jari tangan gadis itu saling meremas satu sama lain, Hal tersebut membuat kesabaran yang dimiliki Nathan hampir meledak karena tak kunjung mendengar suaranya.

"Aku...."

Winter Flower [Flower Series #1]Where stories live. Discover now