Jeong Jimin hendak mengejarnya. Namun, langkahnya terhenti karena mengingat kembali misi dirinya yang ingin agar Ariana bisa sedikit mengurangi egonya selama ini. Dengan berat hati ia pun memilih pergi dari rumah itu dan membiarkan Ariana menangis seorang diri di dalam kamarnya.

Percayalah, pria itu pun sedang tidak baik-baik saja. Apabila Ariana kesakitan, maka Jimin juga akan merasakan hal yang sama.

***

Patah hati tidak akan membuatnya patah arang. Ariana akan tetap bersemangat dalam menjalani hari-harinya seperti semula. Ia bangun tanpa terlambat sedikit pun, tetapi tetap sedikit mengabaikan sarapan paginya dan dilanjutkan dengan segudang kesibukannya setiap hari di kantor.

Inilah yang ia benci. Ketika pekerjaannya selesai, ia harus berdiam diri tanpa mengerjakan apa pun yang pada akhirnya hanya akan membuat dirinya termenung dan kembali merasakan patah hatinya oleh ucapan Jeong Jimin semalam.

Ariana mulai rapuh, hatinya kembali terasa pedih, ia ingin menangis. Ia butuh seseorang untuk mencurahkan hatinya. Namun, pada siapa? Ingin menghubungi Jeong Jimin. Namun, ia sadar bahwa hubungannya telah usai.

Air matanya tak terbendung sampai menetes berkali-kali. Ia pun menyekanya dan mengingat seseorang yaitu Jo Tae Yong. Saat itu juga ia bertanya-tanya dan memikirkan bagaimana kondisi pria itu sekarang.

Seusai makan siang, Ariana memutuskan untuk pergi ke kantor Jo Tae Yong. Sekretarisnya bilang bahwa pria itu tidak masuk ke kantor karena mengalami insiden.

Ariana sadar bahwa Tae Yong masih terluka. Ariana tidak tahu pasti di mana rumah Jo Tae Yong, terakhir ia pernah berkunjung ke rumah pria tersebut ketika masih di sekolah menengah atas bersama dengan Jimin dan Jeka. Ia memberanikan diri untuk meminta alamat rumahnya pada sekretaris itu.

Sesampainya di sana. Ariana disambut oleh seorang wanita paruh baya setelah ia menekan tombol bel di hadapan pintu.

"Siapa, Bi?" seru ibu Jo Tae Yong yang sering dipanggil Nyonya Jo.

Ariana pun melangkah bersama dengan asisten rumah itu dan berdiri tak jauh dari hadapan Nyonya Jo. Ia menyapa dan membungkuk layaknya orang Korea ke arah Nyonya Jo.

Wanita paruh baya itu tertegun memandangnya.

"Saya minta maaf karena telah mengganggu waktu Anda. Saya ke sini untuk menjenguk Jo Tae Yong," ucap Ariana mengungkap niatnya bertandang ke kediaman keluarga Jo.

"Eomma!" Tae Yong memanggil ibunya.

Nyonya Jo menoleh ke arah kamarnya kemudian mengerjapkan mata dan menoleh pada Ariana.

"Ikutlah denganku!" pinta Nyonya Jo.

Ariana mengangguk dan mengikutinya dari belakang. Wanita paruh baya itu menghentikan langkahnya kemudian mendekat pada Ariana dan menyentuh pundaknya.

"Ngomong-ngomong, siapa namamu?"

"Namaku Ariana," sahutnya dengan penuh kesopanan. Nyonya Jo mengangguk dan melanjutkan langkahnya.

"Eomma!" Tae Yong kembali memanggil ibunya.

"Wae geureehh?" Nyonya Jo masuk ke dalam kamar putranya tersebut.

"Aku tidak ingin makan sendirian. Aku ingin Ibu menyuapiku!" Pria itu mengeluh seperti anak kecil. Ia tidak tahu kalau Ariana sudah berada di dalam kamarnya yang megah.

Tae Yong cemberut dan merentangkan salah satu tangannya ke arah ibunya karena ingin dipeluk. Sementara satu tangannya lagi masih mengenakan perban karena lukanya semalam.

"Jangan seperti ini! Lihatlah ada seseorang yang ingin menemuimu," ujar nyonya Jo dengan menoleh ke arah Ariana.

Tae Yong mengikuti ke mana arah kedua iris ibunya memandang, sampai ia terperanjat karena melihat Ariana yang berada di sana.

LDRWhere stories live. Discover now