19. Hal Kecil Sederhana

Start from the beginning
                                    

Karina yang duduk paling belakang memegangi kaos Hendery sambil terus memperhatikan Jeno. Suaranya memang berasal dari arah Jeno tetapi jarak mereka dengan tembok sangatlah jauh, kalau pun bisa Jeno harus punya tangan panjang dulu untuk mengetuk-ngetuk tembok.

Dugg dugg dugg

Untuk kedua kalinya suara tersebut berbunyi kembali, mata mereka langsung menoleh ke sumber suara yang sekarang berganti ke tembok belakang mereka.

"Anj–" Isa buru-buru menutupi mulut Sunghoon ketika mendengar pemuda itu akan mengumpat. Dengan hanya sorotan cahaya dari laptop Jeno, Sunghoon dapat melihat Isa sedikit melotot kepadanya memperingatkan untuk tidak bicara sembarangan.

"Astaufirullah tuh kan gue juga bilang apa tadi nggak usah nonton horor, didatengi langsung kan," ucap Haechan yang awalnya terlihat berani mulai menampakkan ketakutannya. Pemuda itu bahkan membalas pelukan Yunjin dan Giselle.

"Tau! Baca istigfar banyak-banyak deh sekarang," seru Ryujin dengan mata masih terpejam.

"Istigfar tuh astaufirullah kalau sampai salah kayak yang dulu, kebangetan sumpah." Kini giliran Yeji yang berkomentar.

Mereka membaca istigraf sebanyak-banyaknya dengan Giselle dan Hendery yang membaca pujian menurut agamanya. Memang tidak terdengar suara hentakan tembok lagi melainkan suara erangan binatang seperti harimau yang membuat semua anak itu semakin ketakutan.

Karina bahkan yang awalnya tadi memengang kaos Hendery, kini berganti memeluk pemuda itu dari belakang. Jeno pun juga memegangi tangan Ryujin erat, sambil terus berusaha untuk menghubungi Pak Junho.

"Ryujin lo kan indomie tuh usir kek suruh pergi kita kan nggak ganggu," ujar Yunjin yang baru buka suara karna sejak awal sudah takut dan trauma insiden dulu ketika di ulti dua hantu.

"Ngusir? lo kira Ryujin pawangnya apa," sahut Beomgyu. "Eh tapi mana Ryujin? My best friend lo jangan ampe kesurupan Ryujin, mana dia? Sini, sini." Beomgyu mengerayai lantai mencari keberadaan Ryujin karna takut kalau tiba-tiba temannya itu kesurupan.

Dulu soalnya pernah waktu kemah di SMP suasananya mirip banget kayak gini, tau-taunya Ryujin nggak kuat dan kesurupan untung aja bisa dikeluarin dibantu sama Pak Ustad meskipun lumayan lama sih.

"Lo disitu aja gue gapapa, aman sama Bang Dery sama Jeno," ucap Ryujin.

Sementara Haechan sejak tadi sebenarnya juga sudah mengkhawatirkan 'mantannya' itu karna tau kalau Ryujin sangat benci dengan gelap.

Di tengah-tengah ketegangan itu Sunghoon masih sempet-sempetnya berpikir buat menggoda Isa. Mukanya mendekat ke telinga Isa membisikan sesuatu kemudian tersenyum, "sekarang atau nanti pas udah nyala?" Ucap pemuda itu.

Tadi lagi-lagi Sunghoon berkata kalau Isa harus membayar pelukannya itu dengan ciuman, tapi karna Isa bukan cewek yang dengan muda tertipu muslihat seorang playboy dia biarkan saja ucapan Sunghoon.

"Kok gue dicuekin?" Bisik Sunghoon.

Isa melirik. "Emang mau dicium bagian apa?"

"Terserah, lo juga dari tadi meluk tangan gue mulu kan jadi ciumannya yang lama."

"Boleh, aku tanya dimana dulu?"

Sunghoon menggerakan jari menyentuh pipi kanannya. "Disini," jawab pemuda itu.

Isa kemudian mengangguk. Tangan kanannya meraih kepala Sunghoon memutar wajah pemuda itu agar menghadap kepadanya, mereka berhadapan.

Sunghoon sendiri terkejut dengan gerakan Isa, dia jadi grogi kalau Isa beneran mau nyium dia. "G–gue becanda Sa.."

Oh, KKN! Where stories live. Discover now