Delapan

1.5K 292 16
                                    

Harry's POV

Aku menunggu didalam mobil didepan gedung kampus Katie, rencananya kami akan bertemu Louis dan Eleanor disuatu restoran untuk makan malam bersama. Katie setuju saat aku memberitahunya kemarin, karena hari ini hari kamis dan ia tidak ada sif kerja. Begitu melihat Katie berjalan diantara teman-temannya, aku langsung turun dari mobil dan melambai padanya.

"Hai!" lambainya balik dan berlari kearahku, aku terkejut saat ia memelukku dan refleks aku pun memeluknya balik.

"Uh, maaf.. aku hanya--." kata Katie dengan malu.

"Tidak apa-apa," kataku seraya membukakan pintu mobil untuknya.

Karena sekarang masih sore, aku mengajak Katie mampir ke salah satu mall di Manhattan, aku butuh Katie membantu memilihkan kado ulang tahun untuk keponakanku.

"Keponakanmu perempuan?" tanyanya. Aku mengangguk dan kami berdua memasuki toko mainan dimall tersebut. Aku benar-benar tidak tahu mainan macam apa yang disukai anak perempuan berusia empat tahun pada umumnya jadi aku membiarkan Katie yang memilih.

"Harry, anak perempuan tidak suka bermain dengan robot Iron Man." kata Katie sambil tertawa, membuatku ikut tertawa dan meletakkan kembali robot tersebut.

"Bagaimana dengan ini?" tanyanya seraya menyodorkan satu kotak peralatan memasak untuk bermain.

"Kau kira ia akan suka tidak?" tanyaku.

"Seharusnya iya," jawabnya sambil bergidik bahu. Aku pun setuju dan membawanya kekasir. Sekeluarnya dari toko mainan, Katie berkata ia perlu menggunakan toilet wanita dan meninggalkanku didepan toko mainan selama beberapa saat. Aku melihat-lihat sekeliling, mata ku pun tertuju pada seorang wanita yang tengah berjalan kearahku. Sharon.

"Harry!" katanya saat melihatku. Aku mengilaskan senyum canggung dan membalas sapaannya.

"Apa kabar? Sudah lama tidak bertemu," katanya.

"Baik, kau sendiri? Sudah resmi menikah dengan lelaki itu? Siapa namanya?" tanyaku sarkastik.

Sharon memutar bola matanya, "Kyle. Belum, tapi segera. Kau sendiri? Sudah menemukan penggantiku?" tanyanya bertepatan saat Katie berjalan menghampiri kami. Aku langsung menarik pinggang Katie dan mendekapnya dengan sebelah tangan.

"Ini Katie. Pacarku." jawabku santai dan aku bisa mendengar Katie menarik nafas terkejut. Sharon memandangi Katie dari atas sampai bawah.

"Oh, hai aku Sharon." katanya tanpa mengulurkan tangan. "Well, aku sedang terburu-buru sebenarnya, sampai jumpa lain kali."

Katie melongo melihat Sharon berlalu pergi, tanganku yang tadinya berada dipinggang Katie kini kusembunyikan didalam kantong celana jeansku.

"Ayo jalan-jalan lagi," kataku pada Katie dan ia mengangguk.

Saat dimobil, keheningan membentang diantara kami berdua. Bahkan suara musik dari radio pun tidak bisa menengahi kesunyian didalam mobil.

"Tadi.. uh, saat kau memperkenalkan aku sebagai pacarmu? Apa--"

Aku langsung menoleh pada Katie, "Maaf aku berkata seperti itu tadi, aku tidak bermaksud. Hanya saja tadi itu mantan pacarku dan ia menanyakan apakah aku sudah menemukan penggantinya, lantas aku refleks menarikmu. Maaf jika kau tidak nyaman tetapi aku bisa meyakinkan bahwa yang tadi hanyalah keceplosan, aku tidak bermaksud." kataku.

"Tidak apa-apa," gumam Katie dan ia duduk merosot dijok penumpang.

****

Selama makan malam bersama Louis dan Eleanor, Katie kerap kali melamun dan harus dipanggil berulang kali untuk menarik perhatiannya. Makanannya pun hampir tidak disentuh, kedua ujung bibirnya ditarik kebawah dan ia jarang sekali berbicara.

"Kau kenapa?" tanyaku ketika Louis dan Eleanor sedang tidak memperhatikan.

"Tidak apa-apa," jawabnya. Satu hal yang aku ketahui tentang wanita yaitu jika mereka menjawab 'tidak apa-apa' artinya, 'ada apa-apa'.

"Apa kau sakit?" tanyaku lagi dan Katie menggeleng lalu meletakkan garpunya dan bangkit berdiri.

"Permisi, aku akan ke toilet sebentar." katanya pelan. Aku menghela nafas saking bingungnya harus bagaimana. Apa aku mengatakan atau melakukan sesuatu yang membuatnya seperti ini?

Aneurysm H.STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang