02. Menculik Calon Pengantin Pria

651 425 518
                                    

Halo, kalian baca pari ini jam berapa? 🍎

***

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Bimantara tidak menduga hal seperti ini terjadi padanya. Dia benar-benar tidak bisa menebak rencana gadis nakal ini. Bantuan yang ternyata diminta Cheryl, tidak sedikit pun terlintas di pikirannya.

Cheryl terus menariknya, dan membawanya keluar restoran. Sebetulnya, dia bisa saja melepaskan tarikan Cheryl, karena tenaga gadis ini tidak terlalu besar. Namun, ada rasa penasaran yang membuatnya membiarkan hal ini terjadi. Dia ingin tahu, apa motif yang membuat gadis ini sangat berani bertingkah. Dia juga merasa hal ini cukup lucu. Jadi, dia akan mengikuti permainan yang sedang dibuat oleh gadis nakal ini.

Sesampainya di tempat parkir, gadis itu menghentikan langkahnya. Lengan gadis itu masih setia menggenggam pergelangan tangannya. "Mobil Kak Bima yang mana?" tanya gadis itu.

Bimantara menunjuk sebuah mobil berwarna hitam yang terparkir di ujung. Gadis itu menarik lengannya lagi, kali ini tidak berlari, hanya berjalan cepat.

"Kak Bima cepet buka pintunya," ucap Cheryl setelah mereka sampai di depan mobil miliknya.

"Emangnya kita mau ke mana?"

"Jalan aja dulu, nanti aku pikirin." Gadis itu sesekali menengok ke belakang. Sepertinya ingin memastikan, kalau orang tuanya mengejar atau tidak. "Cepetan, Kak!" desaknya.

Bimantara mengambil kunci mobil yang berada di saku celananya. Setelah membuka kunci mobil, gadis itu segera berlari menuju kursi penumpang.

Kini mobil hitam ini keluar dari area parkir. Bimantara mengemudi dengan kecepatan normal. Dia hanya mengikuti jalan, karena Cheryl belum memberitahu tujuan mereka.

"Kak Bima, mau kan, nikah sama aku?" Itulah kalimat pertama yang gadis itu tanyakan setelah selama kurang lebih sepuluh menit hanya diam.

"Kenapa saya harus nikah sama kamu? Yang dijodohkan dengan saya, kan, Inka." Laki-laki itu berbicara tanpa menatap lawan bicaranya, karena dia harus fokus melihat jalanan.

"Aku lebih cantik dari Inka," jawabnya percaya diri. Hal itu membuat sudut bibir Bimantara melengkung. "Kak Bima enggak percaya? Coba liat baik-baik, aku ini lebih cantik." Gadis itu memajukan wajahnya, agar lebih dekat dengan Bimantara.

Laki-laki itu melirik sekilas. "Saya lagi nyetir."

Gadis itu menarik wajahnya lagi. "Oh, iya. Bahaya. Nanti aja, liatnya kalau udah lampu merah."

"Sebenarnya apa tujuan kamu?" tanya Bimantara to the point. Dia harus tahu apa yang sebenarnya gadis itu rencanakan, agar dia bisa mencari cara untuk mengatasi kekacauan ini.

"Bukannya udah jelas?" Gadis itu memberi jeda pada kalimatnya. "Aku mau nikah sama Kak Bima."

"Kenapa kamu mau nikah sama saya?"

My Sweetest AppleOn viuen les histories. Descobreix ara