Tak lama ia sadar bahwa apa yang diperbuat Namira sudah berlebihan. Jace mendorong pelan tubuh Namira, "Nam. Thank you so much for support me. But I can't. I do not have any feelings to you. I just respect you as my friend. What just have done, I will forget it. You can go home now. It's 10 p.m"

Namira mematung sesaat dan keluar dari mobil Jace. Perempuan itu menutup pintu mobil dengan membantingnya.

Jace didalam mobil menghela nafas. Dia merasa sangat bersalah kepada Nara. Ketika ia pulang nanti dia akan meminta maaf kepada Nara.

***

"Nara. Buka pintunya cantik" seru seseorang dibalik pintu.

Nara membuka pintu yang sejak tadi diketuk oleh orang dibaliknya. Setelah membuka pintu, Nara menghambur memeluk orang itu.

"Abang" ujar Nara menumpahkan air matanya lagi.

"Shhh. Nangis aja. Sampe kamu capek"

Beberapa saat berlalu. Nara mulai mengehentikan tangisnya. Masih didalam pelukan Tian, "Udah dong. Nggak capek apa nangis terus"

"Iya ini udah. Muka aku jadi jelek. Arrghh Jace brengsek"

"Abang. Ayo keluar. Ayo kita ke Dice*"

Jace membelakkan matanya, "Enggak! Nggak ada ke Dice"

"Abaangg" rengek Nara.

"Kamu mau apa kesana. Jangan sembarangan Nara" ujar Tian tegas.

"Kan ada abang yang jagain aku"

"No"

"Abaangg. Yaudah aku pergi sendiri ya. Emang aku nggak bisa apa"

Tian menghela napas. Menghadapi Nara sama saja menghadapi gadis keras kepala, "Fine. Tapi kita di bar nya aja"

"Okay"

***

"Nara. Stop. You already drunk"

"No. I am sober" jawab Nara sambil mengangkat kembali minumanya.

"Stop okay. You don't to push yourself"

"Bang. Kenapa aku nggak jadian sama abang aja sih. Kenapa sama adek abang yang brengsek itu"

Tian hanya diam membiarkan gadis mabuk didepanya ini meracau.

"Padahal aku udah bilang jangan ketemu Namira. I fuckin told him. Tapi apa. He kissed her. That motherfucker kissed her"

"Namira you fuckin moron. Bitch go to hell" sumpah serapah Nara

Tian kemudian bergegas memapah gadis itu untuk dibawa pulang. Gadis itu sudah mabuk. Nyatanya Nara memiliki toleransi terhadap alkohol yang rendah.

***

Sesampainya di apartemen Nara, Tian lalu memapah sang gadis itu menuju kamar tidurnya. Dibaringkanya dengan pelan tubuh sang gadis. Tian kemudian menyelimuti tubuh Nara. Tak langsung beranjak Tian memandangi dalam diam rupa sang dewi.

Dalam hati Tian, dia selalu berharap kebahagiaan datang untuk Nara. Ya, Tian memang memiliki rasa terhadap kekasih adiknya ini. Sama brengseknya bukan. Tetapi ia tak mau status yang disandangnya sebagai 'abang' harus hilang karena ia mengungkapkan perasaanya. Dia hanya tidak ingin menyakiti siapapun.

Ada perasaan menyesal kenapa dirinya dulu tidak menganggap perasaan Nara adalah sungguhan. Dia selalu berpikir bahwa Nara hanya sekedar mengagumi nya. Nyatanya dalam ketidaksadaran nya, Nara mengungkapkan seluruh isi hatinya.

—Flashback

"Abang kenapa sih gak pernah percaya sama aku. Padahal aku dari dulu udah bilang kan kalo aku naksir abang. Iyasih aku masih anak SMA terus abang udah kuliah. Tapi kan emang aku nggak boleh suka gitu?"

"Sekarang rasain deh aku jadian sama Jace. Sekarang aku sayangnya sama Jace. Tapi kenapa Jace brengsek banget sih, Bang? Abang nggak mau rebut aku dari Jace ya? Aku sedih banget abang. Masa dia ciuman sama Namira. Abang tau kan Namira itu manipulatif. Kenapa juga Jay nggak mutusin aku aja. Aku emang engga secantik Namira si, aku juga nyebelin bang. Bawel terus galak. Kalo Namira si kayaknya engga ya"

"Aku juga sebel sama abang. Kenapa dulu gak serius. Atau sekarang aja abang serius sama aku. Aku bakal putusan Jay. Soalnya dia jahat banget sama aku, dia bikin aku sedih bang"

"Abang...ayo cium aku. Plis aku mau balas dendam sama Jay. Mau ya...ya...abang plis"

—end

Racauan Nara lah yang membuat Tian memutuskan membawa pulang gadis itu. Bagaimana pun ia adalah lelaki yang memiliki perasaan terhadap gadis yang sedang tidur didepannya ini. Dia tidak mau mencuri kesempatan. Ia sayang Nara. Ia juga berusaha untuk menyayangi Nara seperti adiknya sendiri.

Diusapnya kepala Nara, kemudian dikecupnya kening Nara. Tian kemudian keluar dari kamar Nara. Ia memutuskan untuk menginap di apartemen sang gadis dan tidur di sofa ruang tengah. Berjaga barangkali gadis itu terbangun dan merasa sedih kembali.

.
.
.
.
.

POV Tian

POV Nara

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

POV Nara

Yogyakarta, 19 Oktober 2022

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.





Yogyakarta, 19 Oktober 2022

Between TwoWhere stories live. Discover now