23: Saiko

221 19 30
                                    

Izdihar's POV:

Hatiku berdebar setiap kali dia tiada di depan mataku. Risau dan takut sesuatu terjadi pada dirinya. Apabila dia di depanku, barulah aku dapat mengatur nafasku.

"Baby..." ucap satu suara sambil tangannya melingkar di pinggangku.

"Hey... balik pun. Rindulah..." aku membalas pelukan sang kekasih.

"I cepat- cepat balik sebab i tak nak you rindu i lama- lama," balas Emma berseloroh. Aku mencuit hidungnya. Pandai sungguh Emma menggoda. Kami mengambil tempat duduk di sofa tv.

"Dah settle yuran uni?" Aku mengusap lembut rambut yang terurai di wajahnya yang cantik. Tanpa aku sedari, aku telah mengucup lembut kepalanya.

"Dah..." balasnya sambil memeluk tubuhku erat.

"Sedih pula i you nak balik hari ni," luahku sedih. Jariku bermain di lengannya.

"Alaa... lain kali you datanglah kat tempat i," rengeknya sambil jarinya mengelus wajahku.

"Tak boleh kot. Seganlah. Housemate you semua perempuan."

"Alasan. Housemate you pun ada perempuan kot." Emma mulai merenggangkan tubuhnya dari aku. Dia mulai naik angin.

"She's my cousin. Berapa kali i kena cakap? You ni kan..." aku mengeluh. Penat dengan persengketaan yang berulang kali.

"Tapi i tengok you layan dia macam lebih dari seorang cousin." Pandangnya tajam seolah- olah aku seorang pesalah.

"She is like a sister to me. Sebab tu i over protective sikit."

"I tak cakap pun you over protective. So now you ngakulah ye?" Aku mengeluh pendek dan belum sempat aku membela diri, dia sudah membuat kesimpulan. "You know what... i think you have feelings for her."

Aku terkedu. Aku hanya mampu menggeleng. Tak tahu hendak membalas apa.

"So betullah kan you suka dia? Tengok. You diam je." Ujarnya dengan nada naik seoktaf.

"Gila ke apa nak tuduh i macam tu? Argh! Stresslah dengan you ni!" Aku bangkit berdiri dan mulai melangkah ke mana sahaja asalkan jauh dari Emma.

"See... you mengelak. You nak tipu tapi tak boleh, kan? Sebab tu you pilih untuk marah. Dahlah. I balik sekarang. Sorry ganggu life you dengan Hana."

Emma dengan cepat mendapatkan bagasinya di bilik tidurku. Aku menghampirinya dan menarik lengannya.

"Jangan pegang i! I knew it. You memang ada skandal dengan cousin you sendiri!" Teriaknya sekuat hati.

"No. I tak ada apa- apa dengan dia. Please, sayang. Janganlah macam ni. I love you." Aku menariknya ke dakapanku. Tangisan Emma mulai kedengaran.

"I tak percaya you tak ada apa- apa dengan Hana. Your face says it all," ucapnya.

"No! I don't like her. I hate her!" Jawapku dan tidak lama itu pintu utama dibukakan.

Hana.

"I don't believe you. If you genuinely mean what you just said, go ahead and repeat it to her." Arah Emma separuh berbisik.

"Dia tak ada kena mengena dalam hal kita," pujukku.

"Hana, Dihar nak kata sesuatu kat awak."

"Huh?" Hana melihat kami dengan wajah seribu persoalan.

I Hate That I Love YouWhere stories live. Discover now