6

1.7K 302 72
                                    

Eka dan keluarga besarnya tiba dikediaman Bintang Suryapraja tepat pada pukul sepuluh pagi pada hari minggu. Bintang cukup terkejut dengan kedatangan keluarga Tejokusumo yang ternyata cukup banyak. Bukan hanya orangnya yang banyak tapi bawaan mereka juga banyak. Bahkan satu truck penuh hasil bumi dan hewan ternak tidak lupa mereka bawa. Bintang tahu keluarga Tejokusumo bukan keluarga sembarangan, tapi membawa hewan ternak saat lamaran itu juga bukan hal yang bagus. Mau ditaruh dimana hewan ternak sepasang-sepasang itu, apalagi rumah mereka berada di komplek perumahan yang tidak terlalu besar. Bintang sampai membuat tenda dihalaman rumahnya. Dalam hati ia bersyukur akan dapat besan orang kaya tapi juga tidak percaya diri karena anak perempuannya itu jauh dari kriteria feminim dan cantik. Nadia itu hanya dibekali otak encer selain itu semua B aja. Entah apa yang dilihat Eka Tejokusumo itu dalam diri anaknya yang kekanakan itu. Lihat saja sekarang, keluarga Eka sudah datang tapi Nadia belum mandi. Untung saja anak itu bisa mandi kilat, lima menit selesai dan wangi. Ia tidak perduli seandainya sang anak menuangkan satu botol parfum ke tubuhnya asal penampilannya rapi dan wangi.

Kembali pada hantaran yang dibawa Eka,sepertinya habis ini Bintang akan membuka toko kelontong saja. Lumaya kan ndak usah modal tapi dapat keuntungan. Kalau hewan ternak nanti ia akan nego dengan Eka, bagaimana kalau hewan ternaknya diganti mentahnya saja. Lumayan kan kalau diuangkan setidaknya lima puluh juta bisa dikantongin. Bintang tersenyum dengan idenya.

"Jadi pak Bintang setuju kalau cucu saya ini melamar dan menikahi Nadia kan?" Bintang mengerutkan keningnya.

"Setuju?"

"Iya, barusan pak Bintang mengangguk anggukkan kepala, itu tandanya setuju kan?" Bintang menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia tadi mengangguk-anggukkan kepala karena memikirkan idenya mengganti hewan ternak dengan uang, bukab tentang setuju atau tidak dengan lamaran Eka, kalau itu dia harus bertanya Nadia dulu, karena anaknya yang akan menjalani.

"Saya harus tanya Nadia dulu pak Brama. Lagipula Nadia masih kuliah, apa tidak terlalu muda untuk menikah? Saya tidak yakin anak saya itu siap untuk menikah."

"Nadia siap, pa. Sekarang mau dinikahkan dengan mas Eka, Nadia siap lahir bathin jiwa dan raga." Semua mata menatap kearah Nadia dengan tatapan terkejut sekaligus kagum. Brama sebagai wakil keluarga Tejokusumo langsung tertawa senang.

"Eyang suka gayamu, nduk. Kalau begitu kita tetapkan saja pernikahan sebulan lagi dari sekarang. Ubtuk semua biaya pernikahan dan tetek bengeknya ditanggung keluarga Tejokusumo dan saya tidak terima penolakan ataupun negosiasi. Keluarga pak Bintang bisa urun saran ingin konsep pernikahan seperti apa, tapi semuanya tetap tanggungan Tejokusumo. Aghni, ayo pasangkan cincinnya di jemari nduk Nadia. Oh ya pak Bintang, setelah ini, semua tanggung jawab Nadia akan diambil alih oleh Eka, termasuk biaya kuliah Nadia." Bintang dan istrinya hanya mengangguk dan tersenyum saja saat Aghni, mama Eka memasangkan cincin lamaran pada jemari Nadia. Selain itu satu set perhiasan diberikan pada Nadia dan Ibunya oleh Eka.

Acara lamaran terbilang lancar. Brama berhasil membuat keluarga Bintang Suryapraja tidak berkutik apalagi menolak. Lelaki itu tersenyum puas melihat cucu penerus keluarga Tejokusumo mendapat orang yang tepat.

"Kangmas kenapa senyum terus, tidak takut giginya kering."

"Kalau gigi kangmas kering kan ada nimas yang akan membuatnya basah kembali." Mentari hanya mengusap perutnya sambil membatin, kenapa juga dia mengomentari tingkah Brama hari ini.

"Ndak usah nyesel gitu dong ,nimas. Kangmas kan hanya bercanda, cah ayu."

"Kangmas lihat perempuan baju hijau itu tidak dari tadi lihat Guntur sampai segitunya, apalagi lihat Ayudia berasa mau makan orang."

"Dia bu Mega, yangti. Mantannya Om Guntur. Salah sendiri juga dulu putus sama Om Gun, sekarang Om Gun punya tante Ayu, nyesel deh. Perempuan itu sukanya gitu, ada uang abang disayang ngga ada uang abang ditendang."

BUKAN CINTA SEGITIGAWhere stories live. Discover now