***
Adel sudah kembali dari sekolah, sudah mengganti seragam sekolahnya dengan kemeja biru muda berlengan panjang dan celana panjang berwarna hitam juga. Rambutnya ia ikat kencang agar tidak menggangu aktivitasnya nanti.
Mbak Dita pun sudah datang ke rumahnya agar mereka bisa pergi ke tempat yang memakai jasa EO tempat Mbak Dita bekerja secara bersamaan. Sebelumnya Adel sudah bilang pada Naomi dan juga Mama Adina kalau hari ini ia tidak datang ke toko bunga dengan alasan ada urusan pribadi, Mama Adina pun tidak banyak tanya dan mendoakan agar urusan Adel tersebut berjalan dengan lancar.
Ngomong-ngomong, saat ia berangkat sekolah tadi pagi ternyata ibunya sudah ada di rumah, sayangnya begitu ditanya semalam habis dari mana, ia malah kena marah seperti biasanya. Adel pun hanya bisa tersenyum menahan kesedihan.
"Yuk Mbak, kita berangkat. Maaf ya, dibikin nunggu lama," ujarnya begitu keluar dari kamar.
"Iya Del, santai aja. Masih ada setengah jam lagi kok. Udah nggak ada yang ketinggalan kan?" Adel pun mengangguk. Semua yang dibutuhkannya sudah masuk dalam sling bag-nya.
Ketika mereka hendak pergi, secara tiba-tiba ibunya Adel keluar dari kamarnya itu. "Mau kemana lo, Del?" tanya sang ibu dengan wajah garang.
Mbak Dita tampaknya terkejut mendengar pertanyaan ibu Adel yang terdengar kasar itu.
"Del, Mbak tunggu diluar ya?" Mbak Dita merasa tidak bisa ikut campur dalam urusan antara ibu dan anak itu. Ia pun segera melangkah keluar setelah Adel menganggukkan kepalanya tanda setuju.
Kini Adel sepenuhnya menatap sang ibu dengan raut takut. "A-aku mau kerja, Bu. Sampai malam, nggak apa-apa kan?" tanyanya gugup.
"Kerja sampai malam? Lo mau jual diri ya pasti? Ck, ya udah sana. Lo mau kerja apa pun itu gue nggak peduli, asalkan nanti uangnya bagi dua sama gue!"
"Ibu! Aku bukan mau jual diri! Aku kerja halal, emang waktunya aja sampai malam," Adel membela dirinya. Rasanya sakit sekali ketika ibunya mengatakan hal itu. Bahkan suaranya mulai bergetar antara menahan tangis dan juga takut ibunya marah karena ini untuk pertama kalinya ia berbicara dengan nada tinggi.
Benar saja, ibunya langsung membulatkan mata ke arahnya dengan tajam. Berkali-kali Adel meneguk ludahnya takut.
"Oh ... mulai berani teriak-teriak sama gue ya? Baru mau kerja aja lo udah sesongong ini, apa lagi nanti hah!" Sebuah tamparan keras melayang ke arah pipinya. Adel langsung memegang pipinya yang terasa panas dan perih itu.
Mbak Dita yang mendengar suara tamparan segera masuk dan memeluk Adel saat melihat Adel sudah bersimbah air mata.
"Bu Sarah! Ibu kok tega banget tampar Adel? Istighfar Bu, Adel ini anak ibu, kenapa di kasari terus?!" bentak Mbak Dita yang merasa tidak terima dengan apa yang sudah di lakukan Ibu Sarah. Ya, nama ibunya Adel adalah Sarah.
"Bu Sarah tahu nggak, kalau yang udah ibu lakukan kepada Adel benar-benar keterlaluan banget? Ibu itu nggak pantas buat jadi ibu kandungnya Adel, tapi lebih pantas jadi ibu tirinya!"
"KAMU!"
"Ibu jangan!" seru Adel ketika ibunya hendak menampar Mbak Dita. "Cukup Bu, Mbak Dita jangan ditampar. Kalau ibu mau, tampar aku aja lagi. Aku nggak apa-apa," ucapnya pelan.
YOU ARE READING
Result Of Mistake
General FictionSama-sama berusia muda, sama-sama masih ingin merasakan kebebasan namun karena satu kecerobohan yang diperbuat semua berubah dalam sekejap. Menjalin sebuah ikatan dengan cara terpaksa merupakan mimpi buruk bagi keduanya. Bersama tanpa cinta seperti...
✨ 03. Anak Yang Menyedihkan ✨
Start from the beginning
