ep.4

1 1 0
                                    

Setelah menguatkan diri sejak kejadian kemarin, Amel sekarang sudah bersiap kesekolah lagi. Hatinya masih merindukan teman-temannya di Semarang sana. Tapi Amel tak bisa terus-terusan tenggelam dalam pilu dan kesedihan.

Ia masih bisa bertemu dan melakukan hal-hal menyenangkan lagi bersama mereka. Namun bukan sekarang. Amel yakin akan tiba waktunya.

Menarik napas panjang, Amel turun kelantai bawah, dimana letak ruang makan berada. Meja sedikit besar itu, sudah terisi beberapa makhluk. Termasuk Galang dan orangtuanya yang memang belum pulang ke Bandung.

"Bun, Amel berangkat dulu yah, assalamualaikum" Amel menghampiri wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu, lalu membungkuk guna menyalimi tangannya.

Amel melangkah kearah pria paruh baya diujung meja sana setelah bersalaman dengan Cantika--Bundanya. "Amel pergi dulu ya Yah, assalamualaikum" ujar Amel tersenyum lalu melangkah bergantian kearah tante dan omnya diseberang meja sana. Yang tentu diterima dengan baik olehnya. Galang? Jangan tanyakan lagi, dia tak peduli. Dan lebih fokus menyantap nasi gorengnya daripada menatap Amel. Mungkin masih marah? Amel tak peduli.

"Loh kok mau berangkat aja, Mel? Sarapan dulu lah sayang" ujar Cantika menghampiri anak bungsunya. Terlihat jelas ada nada kekhawatiran diwajahnya melihat sikap Amel yang tak seperti biasanya.

"Males Bunda, Amel sarapan disekolah aja" Amel tersenyum meyakinkan, lalu mulai berjalan kearah rak sepatu, guna memakai sepatu miliknya.

Cantika menukik alis"hey? Amel kenapa sayang? Kok kayak gak biasanya?"

Melihat Cantika menghampirinya, Amel menghela napas lalu berdiri setelah mengikat sepatunya.
"Amel gak apa-apa bunda, bunda gak usah khawatir. Amel cuma gak selera makan, dan sedikit rindu dengan teman-teman Amel" terdengar lirihan rindu diakhir ucapan Amel, membuat Cantika menjadi kasihan kepada anaknya. Pasti karena anaknya merindukan teman-temannya di kota mereka dulu.

Cantika merasa bersalah, dengan keputusannya pindah ke Jakarta. Namun ia bisa apa? Mereka memang terpaksa pindah mengikuti Bima--ayah Amel yang dipindah tugaskan kesini. Cantika memeluk anaknya,Amel membalas pelukan itu dan sedikit merasakan kelegaan dalam hatinya saat kehangatan Cantika menyapa tubuhnya.

"Udah, Amel gak usah sedih lagi. Nanti kalau ada waktu, Bunda bakalan ajak Amel ketemu teman-teman Amel yah? Atau mereka Bunda suruh kesini aja buat ketemu Amel, gimana?" ujar Cantika disela-sela pelukan mereka

Amel mendongak lalu tersenyum"iya Bunda, makasih udah selalu ada buat Amel. Amel gak akan sedih lagi kok, Amel janji"

Cantika balas tersenyum hangat, lalu mencium kening Amel lembut layaknya ibu yang sangat-sangat menyayangi darah dagingnya"itu baru anak Bunda, gak boleh cengeng"

Amel mengangguk lalu berjalan keluar rumah setelah melambaikan tangan pada Cantika dan keluarganya yang lain didalam sana.

•••










"Amel!"

Amel yang baru saja turun dari mobil hitam milik Ayahnya yang dikemudikan Pak Anto--selaku supir keluarganya, menukik alis bingung saat namanya dipanggil. Amel mengedarkan pandangannya, dan menemukan gadis manis didepan gerbang sekolah tengah melambai dan tersenyum padanya.

"Najwa" balas Amel balas melambai. Lalu berlari kecil menghampiri sahabat barunya itu.

"Lo dianter sama siapa? Bokap lo?" ujar Najwa

"Enggak, itu Pak Anto. Supir keluarga gue"

Najwa mengangguk dan menggandeng lengan Amel untuk berjalan bersama menuju kelas mereka berada, 11 IPA 2.

RANTING RAPUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang