10. Terjebak : Bagasi hilang di New Delhi, India

2 1 4
                                    


Ini pertama kalinya saya kehilangan bagasi selama traveling. Sesungguhnya backpack 28L yang isinya seperti biasa hanya 7kg itu bisa saya bawa ke cabin. Tetapi entah mengapa saya males bawa-bawa, dan saya pikir saya punya jatah bagasi 20kg. Kenapa tidak digunakan? Saat itu saya memutuskan untuk backpacking dalam waktu kurang dari seminggu, saat itu saya stress berat akibat urusan visa client di kedutaan, plus mengalami sedikit kecelakaan motor, ketika semuanya clear, saya memutuskan untuk memberi hadiah kepada diri saya sendiri. Dan saat itu adalah tahun baru, maka saya putuskan untuk merayakan tahun baru di Agra India. Sebab di kota Agra inilah terdapat salah satu destinasi impian saya, yaitu Taj Mahal. So saya dapat harga tiket yang jauh dari cakep, hampir 8 juta. Karena selain peak season, saya booking tiketnya juga mepet. "Males banget ga sih bayar segitu untuk ke India?" >_<

Seorang kawan yang sudah sering minta untuk trip bareng sejak 2011 --tapi selalu gagal karena berbagai sebab-- saya beritahu rencana trip ke India, dan kami sepakat untuk bertemu di New Delhi, pada akhir Desember 2014.

Dan ketika tiba di New Delhi, saya tidak menemukan bagasi saya. Jelas saya complain, tetapi petugas bilang itu bukan salah mereka. Saya digiring kepada petugas administrasi, mereka menulis sesuatu di dalam formulir, kemudian tersenyum, "oke, its done!"

Saya bingung, "lalu bagasi saya?" si petugas bilang, "paling lambat besok pagi dianter ke hotel tempat Anda menginap."

Saya sepakat, dan memberikan alamat hostel saya.

Esoknya saya tanya ke front office hostel, "apakah ada backpack saya dari airport?"

Mereka bilang tidak ada. Telepon konfirmasi juga tidak ada. Maka saya menuju airport sekaligus menjemput travelmate saya yang tiba hari itu.

Saya bertemu travelmate saya yang sudah tahu situasinya melalui WA dari saya. Kami mencari petugas untuk konfirmasi, dan dengan sukses mereka membuat saya marah. Di luar negri, saya belum pernah marah dan berteriak sekesal apapun, tetapi, bagi saya mereka sudah keterlaluan.

Pertama, mereka bilang tunggu, bagasi sedang dicari. Tetapi saya tunggu sampai 2 jam tidak ada petugas yang mengkonfirmasi. Saya kesal, saya minta tolong kepada mba-mba di dalam kubikel yang cantik kinyis-kinyis, tetapi apa jawaban mereka?

"Sorry, we are from Sw*ss Air, we cannot help you!" Kemudian melenggang cantik meninggalkan aquarium / kubikelnya. Saat itu saya hampir tonjok mukanya, tetapi dipisahkan oleh sekuriti dan mencoba menenangkan saya dengan mencoba kontak maskapai mal*nd*.

Saya diberitahu bagasi saya ada di pintu 9, saya langsung lari mencari pintu 9. Dan tahukah saudara-saudara, jumlah pintu cuma sampai 8, dan itu berarti tidak ada pintu 9.

What the hell it is....?

Saya kembali ke sekuriti tersebut, saya minta izin masuk tapi tidak diperbolehkan. Saya emosi tingkat dewa, saya marah, saya tantang dia untuk menembak saya. Semua orang memperhatikan saya, saya bilang kepada travelmate saya yang ngeri melihat saya ngamuk.

"Kalau terjadi apa-apa dengan saya, jangan bantu saya, rekam saja semua kejadiannya dengan handphonemu, kemudian kirimkan video nya ke timeline medsos saya."

Wajahnya stress sekali, saya minta dia berjanji untuk melakukan itu. Dan dia setuju. Kemudian ada turis dari Brazil, mereka berjanji akan menolong saya, karena mereka bisa masuk dan cukup waktu mencari maskapai m*l*nd* tersebut, dan menemukan petugas yang fotonya saya tunjukan.

Dengan tergopoh-gopoh si turis bilang, "Risa, this is that you can do, go to embassy and tell them what happened here, the girl said, her boss didn't let her to meet you up. If you need a witness, here my email and mobile phone."

DGI : Solo BackpackingWhere stories live. Discover now