5. Habis Gelap Terbitlah Terang

4 1 4
                                    

Kadang saya berpikir, Tuhan itu sense of humor nya unpredictable banget ya, beberapa minggu lalu saya terseok-seok sedih, perih, pilu dan merana, tetapi kemudian Dia membuat saya bisa merasakan kasih-Nya melalui kebaikan host saya. Rasanya seperti naik jet coaster banget, nano-nano lah.

So, saya memahami satu hal, ketika kita mampu MEMELUK KEBAHAGIAAN DAN KESEDIHAN DENGAN SAMA MESRANYA, maka rasa bahagia dan sedih yang memang selalu akan datang silih berganti, tidak lagi terlalu mempengaruhi emosi kita. Saat itu, bisa dipastikan kebahagiaan dan kedamaian hidup telah bersemayam dalam diri kita. CMIIW.

Setelah semua cerita tersebut, mungkin pemirsah yang cetar membahana badai bisa memahami, mengapa solo backpacking lebih menarik untuk saya, bukan berarti saya tidak mau traveling dalam grup, hanya saja, SAYA PREFER SOLO BACKPACKING atau berdua saja ;-)

Dipikir-pikir, setiap kali ada sesuatu yang menyakitkan, maka selalu ada sesuatu yang membahagiakan menghampiri setelahnya. Saya mulai memahami sebuah kisah klasik tentang seorang sufi yang sedang menanjak melintasi perbukitan tandus gersang dan berbatu, dia terus melangkah sambil tertawa dan bersiul-siul, sementara kaki-kakinya penuh luka dan berdarah akibat kerikil-kerikil tajam yang melukainya.

Banyak yang terheran-heran, kemudian bertanya kepada si sufi untuk mengobati rasa penasarannya.

"Kita sedang berada dalam situasi sulit, bahkan mungkin kita akan segera mati, lalu, kenapa kamu justru tertawa-tawa?"

Dengan woles si sufi menjawab. "Adakah diantara kalian yang mampu bersembunyi atau menghindar dari kematian...?" Orang-orang saling bertatapan, kemudian menggeleng, "Jika tidak, mengapa harus membuang energi dengan takut kepada kematian?" Mereka tertegun, seperti baru memahami sesuatu.

Si sufi melanjutkan. "Kalian bertanya, kenapa saya gembira dalam situasi sulit dan menyakitkan ini? Karena kita semua tahu, di puncak sana, ada pemandangan indah yang bisa kita nikmati, ada bunga-bunga, pepohonan, air berlimpah, di sana ada kehidupan yang sama-sama kita dambakan. Bukankah itu alasan kalian untuk mendaki? Lalu kenapa mengeluh? Mari kita sama-sama bergembira menyambut kehidupan baru. Rasa sakit ini akan segera berganti bahagia, karena tidak ada yang abadi di dunia ini, kecuali perubahan."

Saya tidak memungkiri kemungkinan ada yang suka dan ada yang tidak suka dengan tulisan / sharing saya. Buat saya tidak apa-apa, karena saya tahu, bahwa tidak seorangpun mampu membuat semua orang menyukai kita, walau seberapa keraspun kita berusaha untuk berbuat baik.

Bagi saya, bila apa yang saya sharing bermanfaat, at least saya punya kontribusi kebaikan bagi semesta, dan saya membiarkan semesta untuk mengembalikannya kepada saya dalam bentuk apapun. Sebaliknya, bila ada yang tidak suka, itu urusan mereka dengan semesta, bukan dengan saya.

Kalau mereka tetap tidak suka dengan saya. Saya bisa apa....?

Hidup Cuma sekali dan waktunya singkat. Bagi saya, memikirkan penilaian orang lain adalah sesuatu yang hanya membuang-buang waktu saja, kenapa? Sebab pemikiran serta setiap penilaian yang ke luar dari mulut orang lain tidak berada dalam kontrol kita. Kita tidak mampu membuat semua orang setuju dengan pemikiran kita.

Tetapi kita bisa mengontrol diri kita, perasaan kita dan cara kita mensikapi mereka. Saya memilih untuk mengabaikan siapapun yang hanya bisa menilai, tetapi faktanya mereka tidak mengenal saya.

Yang mau berteman, mari sini. Yang tidak ingin, silahkan, saya tidak akan memaksa.

DGI : Solo BackpackingWhere stories live. Discover now