7. Terjebak : Airport Chiampino, Roma, Italia

2 1 2
                                    

Saat ngetrip, tidak tahu mengapa, kalkulator backpacker bisa akurat banget, beda saat di rumah, kalkulator sering jebol bubar jalan. Contoh kasus, naik taxi di Jakarta kejebak macet bayar 300rebu cuek aja. Tapi saat ngetrip? Wooooo nanti dulu. Dan inilah yang terjadi... contoh kasus yang nyata.

Pesawat saya dari Chiampino airport menuju Porto Portugal adalah pukul 6 pagi (kalau tidak salah). So saya harus check in maksimal jam 4 pagi, bener kan? Waktu itu tiketnya kalau tidak salah harganya 9 atau 12 euro. Salah satu dari itulah. Lupa saya. Karena ada 3 tiket antar negara yang saya issued dengan harga 9 euro dan 12 euro karena dapat promo di budget flight lokal. Lupa yang mana harga 9 euro, dan yang mana harga 12 euro.

Saya cek tram dan MRT, terakhir adalah pukul 10 malam yang menuju Chiampino, biayanya 2 euro. Saya cek harga taxi, biayanya kisaran 50 euro. Lha saya jelas milih yang 2 euro laaahhhh.. Nginep di airport...? Siapa takut...! Udah sering cuuuuyyy... ! *kibasPoni

Lha biasanya juga kalau tidak punya budget untuk nginep di hostel dan tidak dapat host, solusinya ngemper di airport, jadi bukan masyalaaahhhhh....!

Maka saya berangkat ke airport Chiampino dengan MRT. Tiba di sana kalau tidak salah sekitar pukul 10 atau 11 malam. Saya langsung mlipir cari-cari pojokan. Siap-siap mapan ngemper. Di dekat saya juga banyak backpacker dari berbagai negara dengan posisi masing-masing. Ada yang anteng baca buku, ada yang angguk-angguk dengan earphone di telinga. Ada yang serius fokus dengan ponselnya. Bahkan ada yang bengong bego. Mungkin baru ditinggalin travelmatenya hehe.

Lalu saya....?

Pasang alarm, siap-siap tidur. Pelor. Nempel langsung molor. ^_^

Ketika kondisi saya antara iya dan tidak, alias nyawa belum ngumpul, tiba-tiba sekuriti meminta kami semua ke luar airport.

"W.H.A.T....?"

"Kenapa...?"

Sekuriti terus menghalau para pengemper. "Maaf, kami harus tutup pukul 12, airport akan dibuka lagi besok pagi pukul 4 pagi."

"W.H.A.T...?"

"Ada gitu airport tutup....?"

"Ini airport ato warung Wak Encum sebelah rumah gue....?"

Tapi mau tidak mau, suka tidak suka, kami semua tetap harus ke luar. Jadilah saya dan semua gembel internesyenel keluar dengan galau.

Kenapa galau?

Diluar suhunya minus dua derajat (-2º) cyyyiinnttt... Cakep banget kaan...?

Titik-titik kapas putih tampak turun malu-malu. Keluar dari pintu, dingin langsung menyergap dengan sukses. Saya coba-coba cari posisi. Ngadep kiri, kanan, depan belakang, duduk, jongkok, berdiri, melungker, rasanya kok tidak ada yang bener yah?

Tiba-tiba kami rame-rame, dan pelan-pelan mulai jadi pendiem, sibuk dengan pikiran masing-masing, mencoba menerima nasib sambil merasakan dingin yang mengigit. >_<

Saat itu saya nyengir miris.

"Ini gue kenapa sih...? Liburan apa cari mati..? Credit card ada, atm ada, cash money ada, trus kenapa lo ada disituasi ajaib gini...?"

Saat itu saya sungguh-sungguh berharap ada angkringan atau warung mie instant 24 jam seperti di Jakarta.

Semua yang saya punya, semua yang saya miliki, tidak berguna sama sekali disaat seperti itu. Sambil tersenyum galau, saya mulai membayangkan api unggun, ayam bakar, sup hangat, denting gitar dan nyanyian ceria di seputar api unggun, berharap mampu mengelabui pikiran saya dengan situasi yang sebenarnya.

Saya juga mulai mengingat semua cerita manis dan menyenangkan selama hidup saya, sehingga membuat saya tersenyum.

Akhirnya, saya berfikir untuk membuat surat wasiat hehe. Ya mungkin saja ini adalah episode terakhir hidup saya. Mungkin saya akan masuk TV dengan headline :

"Seorang gembel internesyenel telah meninggal dengan sukses gegara 2 yuro. Dia menuliskan wasiat, tolong rawat kelinci saya dengan baik...."

Wkwkwk...

Saya nyengir nelangsa membayangkan hal itu. Saya pikir, setidaknya, berita kematian saya cukup keren, lokasinya di Roma Italia bow, bukan karena kesenggol bajaj di samping Kali Ciliwung hehe...

DGI : Solo Backpackingजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें