5. You are my sweetie

276 45 78
                                    

Kini tiga pemuda bersaudara tengah melakukan perundingan dan perdebatan kecil. Sedangkan si bungsu Park hanya diam memangku dagu dengan sebelah tangan nya sambil memandang penuh jengah kedua sang kakak. Mau menengahi juga bakal tidak mempan, mau memberi pendapat juga bakal tidak di terima. Ya sudah, maka ia memilih untuk membiarkan manusia-manusia dewasa ini saling berdebat asal tidak adu tinju. Kalau sempat hal itu terjadi maka terpaksa Jimin ikut melayangkan tinju ke wajah tampan kakak-kakak nya.

"Sudah selesai belum adu mulutnya? Aku akan pulang sekarang."

Seokjin sebagi kakak tertua menoleh heran, apa kepulangan adik tersayang nya ini tidak bisa di tunda? Dia lho, lagi berseru ria berdebat dengan adik pertama nya, Yoongi.

"Secepat itu ?"

"Yaa, ada yang harus aku temui di rumah. Dia pasti kesepian menungguku." Jimin berucap malu-malu salah tingkah mengingat wajah gemas nya Millie.

"Siapa? Your lady?" Kali ini Yoongi yang membuka pertanyaan untuk si bungsu.

"Heum, begitulah. Bisa di bilang seperti itu." Sebetulnya bingung juga mau disebut apa, mau di bilang kekasih tapi belum berpacaran, mau di bilang orang lain tapi Jimin tidak bisa terima. Maka sebutan itu mungkin agak sedikit lebih cocok ya.

"Aku ikut." Ucap kedua kakak nya serentak.

Sekarang giliran Jimin lah yang heran, untuk urusan wanita saja mereka cepat nan tampak akur sekali. Tidak bisa, Millie kan di ciptakan hanya untuk nya. Tidak untuk yang lain termasuk kedua saudaranya. Dan lagi, jika kakak-kakak tampan nya ini ikut ke apartemen, ia takut ketahuan kalau ia sudah melakukan tindakan kriminal, yaitu menculik anak gadis orang.

Jimin memutar bola mata sinis, "Tidak ada ikut-ikut."

Si bungsu melangkah keluar, akhirnya ia akan pulang, tidak sabar untuk melihat kesayangan di rumah. Ingin memeluk saja nanti, itupun kalau di izinkan. Ia memasuki mobil dengan perasaan senang sambil mengalunkan siulan kecil dari bibir mungilnya. Ketika menjalankan mobil perasaan nya tidak tenang, seperti ada yang berbisik-bisik di kursi mobil bagian belakang, ia melirik ke spion depan dan mendapati Seokjin beserta Yoongi yang sedang berbisik ria sambil menahan tawa.

Astaga dari mana dua manusia gila ini bisa masuk ke dalam mobilnya. Apa tadi Jimin sedang di ikuti diam-diam? Untuk kesekian kali nya Jimin menghela nafas jengah melihat tingkah laku kedua saudaranya.

Terserah lah, memang nya mau di bagaimanakan lagi. Ini sudah terlanjur di pertengahan jalan, Jimin pasrahkan semua pada Tuhan yang Maha Esa. Andai nanti ketahuan Jimin akan meminta maaf dengan setulus hati. Walaupun tidak di pungkiri Jimin sudah takut setengah mati, rasa nya ingin pipis saja di celana. Ia hanya mencoba rileks saat ini.



****



Ketiganya sekarang sudah ada di apartemen, Jimin mengabaikan keberadaan kakaknya karena lebih ingin memilih cepat untuk mengecek ke dalam kamarnya. Oh shit, pintu kamarnya terbuka. Jimin panik setengah mati, ia mengecek seluruh isi kamar dan kamar mandi, hasilnya tidak ada sedikit pun terlihat presensi Millie. Apa yang harus di lakukan nya sekarang ? Beberapa kali memanggil nama Millie juga tidak ada sahutan.

Jantungnya bahkan sudah ikutan tidak beres berdetak. Ia takut kehilangan Millie, kecintaannya.

Dilanda rasa frustasi, Jimin menarik rambut dengan kedua tangan dan menuruni tangga dengan langkah gontai. Ia terduduk di anak tangga, Yoongi mendekati dengan raut wajah penasaran.


"Kenapa seperti orang gila ?"


Sumpah ya Jimin sekarang ingin marah, ingin menelan hidup-hidup tubuh Yoongi, dan mengobrak abrik seluruh isi bumi ini, atau sekedar menendang kelamin Yoongi kalau saja dia tidak mengingat kalau dirinya adalah titisan malaikat yang baik hati, tidak sombong dan rajin menabung. Maka sebagai respon yang baik ia hanya bisa memberi senyum pasrah pada kakak nya yang sangat menyebalkan ini.

DYSHIVVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang