🐟 02 🦑

16.7K 1.8K 101
                                    

Alarm berdering menandakan pagi kembali menghampiri seorang bernama Adrian.

"AAAH!!" Drian langsung terduduk.

"Sumpah? Kenapa kudu mimpi jatuh lagi sih? Mana jatuhnya di kantor Rion. Jam berapa sih?"

Drian melotot kaget saat melihat angka pada jam digital di nakas samping ranjangnya.

Jam 6 lebih 30 menit.

Drian bangkit dari kasur menuju kamar mandi, ia belum menyadari perubahan rumahnya itu.

"Anjing! Sependek ingatan gue, gue pasang alarm jam 5, bangsat! Kok jam 6 lebih baru bunyi sih, anying!" gerutu Drian sembari mandi.

"Untung jadwal ngajar masih entar siang. Lah, si Rion gimana?!! Entar tuh bocah telat bangun kalau kagak gue bangunin."

Selesai mandi, Drian berkaca di depan cermin.

"Eh?" Satu kata yang mewakili seluruh kebingungannya saat ini.

"WAJAH TAMPAN SIAPA INI?!!" teriak Drian kaget.

Drian keluar dari kamar mandi, mencari pakaian untuk menutupi aurora-nya.

Selesai berpakaian, Drian mengambil hp yang ada di nakas, searching dulu.

'Pindah tubuh'

Pencarian pertama, hasilnya malah kek :

Wattpad transmigrasi, dan cerita cerita fiksi lainnya.

'Apa manusia bisa pindah jiwa'

Hasil : lu ngelindur, bro?
Hasil : periksa otak deh
Hasil : pe'a!

'Perpindahan jiwa'
Hasil : KAGAK BAKAL ADA!!!

"Ahahaha ... Ngenes bet hidup gue." Mau nangis Drian.

'Berita terkini'
Hasil : Bunuh diri dari lantai 50.

Dikabarkan seorang dosen matematika dari Universitas swasta Dafael, bunuh diri dengan terjun dari lantai 50 perusahaan Dafael. Arion Mahanta Dafael ditunjuk sebagai saksi.

Sampai saat ini polisi menetapkan R sebagai tersangka kasus bunuh diri tersebut.

"Bunda, Anakmu masuk berita," ujar Drian.

Drian kembali bercermin, menikmati wajah barunya yang lebih tampan manis dibanding wajah lamanya.

"Lumayan lah—"

"ADRIAN!! BANGUN ENGGAK?!! SEKOLAH! ABANG BILANG JANGAN KUNCI APARTEMEN, BIAR KITA BISA BANGUNIN KAMU!" teriakan dari luar pintu apartemen itu mengusik Drian yang tengah mengagumi wajah barunya.

"Aish! Sabar sabar!" seru Drian sembari membuka pintu.

"Napa sih? Nggak usah teriak teriak. Pada tau tata krama kagak?" ketus Drian.

Devan, remaja yang tadi berteriak pun terdiam kaku. Ia kaget saat tak ada lagi raut ketakutan dari remaja yang selama ini ada di bawah kendalinya.

"Loh? Devan? Andra?" Drian menatap kedua remaja itu lamat lamat.

Drian gak salah lihat!! Dua orang ini keponakan Arion!! KEPONAKAN ARION MAHANTA DAFAEL!!!

"Lihat kucing kecil ini, dia berani memanggil kita tanpa sebutan 'Abang'. Menurutmu hukuman yang bagus buat dia apa, Dev?" rahang Andra mengeras, remaja itu emosi. Tapi karna apa?

"Hah? Lu berani ama gue? Gue laporin ke Rion, kena bogem lu!" Dih! Cepu!

Entah karna apa Drian kesal pada 2 keponakan Arion itu. Ingin rasanya Drian tendang mereka ke Antartika!!

My Best Friend is My DaddyWhere stories live. Discover now